"Jangan nangis mulu jelek."
Gyuvin terkekeh kecil menatap Yujin yang bersila di atas karpet, kanvas menyandar pada easel tepat di hadapannya. Lucunya, sambil memegang kuas, anak itu masih sesekali tersedu kecil dan menyeka air mata dengan punggung tangannya, berusaha mengusir tangis yang membuat penglihatannya memburam, namun tak kunjung berhasil.
Dan sindiran jahil dari Gyuvin barusan sukses membuatnya menunduk dan terisak lebih kencang. Rasa kesal, malu, dan ingin menonjok Gyuvin bercampur aduk di dalam dadanya.
Bunda yang juga sedang fokus dengan kanvas mini-nya langsung menoleh dan geleng-geleng, dia beringsut untuk mendekat ke Yujin, menghadiahi kepala anak itu dengan usapan halus. "Jangan digodain terus Yujin-nya, Mas..." tegur wanita itu.
Gyuvin hanya tertawa tanpa dosa. Yujin sesenggukan karena kesal dijahili Gyuvin, namun di sisi lain dia juga terharu dengan usapan lembut yang didapat di kepalanya, Gyuvin tahu itu, makanya dia hanya mengacak rambut Yujin singkat sambil tertawa dan kembali fokus pada kanvasnya sendiri, membiarkan Yujin sepenuhnya diberi perhatian oleh sang Bunda.
"Anak manis mau gambar apa, sayang?" tanya Bunda, mencoba mengalihkan perhatian dengan menatap kanvas Yujin yang hampir setengah jadi.
Anak itu menarik ingusnya sejenak, mengusap pipi basahnya lagi dan mulai berucap serak. "Kafenya Kak Hanbin."
"Kafe Cupid?" Bunda nampak tertarik. "Kafenya nak Hanbin interiornya memang bagus ya. Bunda juga suka."
Yujin mengangguk. "Aku juga suka," katanya sambil mengusap hidungnya yang memerah. "Banyak orang baik di sana."
Bunda tersenyum, dia melingkarkan lengannya di bahu Yujin, kembali menatap kanvas itu. "Nanti kasih liat ke Bunda kalo gambarannya udah selesai, ya?"
Yujin mengangguk, dia menoleh ke arah Bunda yang lantas membalas tatapannya, lalu tersenyum, senyum yang lucu, senyum yang kemudian dilihat oleh Gyuvin yang menyempatkan diri untuk melirik ke arah mereka, senyum yang sekarang menjadi senyum kesukaan Gyuvin.
"Ekhem!" Gyuvin dengan jahil berdehem keras dan membuat Bunda serta Yujin langsung menoleh berbarengan. "Gak usah rangkulan juga kali, Nda," sindirnya sambil sibuk dengan palet-nya sendiri.
Bunda dan Yujin sama-sama menekuk alis, dan saat Gyuvin melirik kecil, dua orang kesayangannya itu tiba-tiba saja dengan kompak mendekat dan saling memeluk dengan erat, menatapnya sengit seolah-olah menyisihkan Gyuvin yang langsung mengerjap kaget karena kekompakan keduanya.
Ketiganya bertatapan selama beberapa detik, ruang tengah lengang, sebelum kemudian tawa lepas itu pecah bersamaan, Gyuvin bahkan sampai terjengkang ke belakang karena terlalu kencang tertawa, Bunda meletakkan dahinya ke sisi kepala Yujin, tertawa kecil dengan geli, di dalam lengannya ada si kecil Yujin yang ikut tertawa.
Rasanya hangat.
.
Uang saku Mas naik dong? Group chat:
Bundaaa:
Ada anak manis di rumahBundaaa:
@AyahAyah:
Sekarang?Ayah:
Sebentar tapi anak manis itu siapa?You:
Kucing tetanggaAyah:
Mas Gyuvin diem ayah tau kamu bohongAyah:
Siapa bunda? @BundaaaAyah:
@BundaaaAyah:
@BundaaaAyah:
Ayah pulang sekarang
KAMU SEDANG MEMBACA
all you had to do was stay
Fanfiction[𝐆𝐲𝐮𝐯𝐢𝐧 & 𝐘𝐮𝐣𝐢𝐧] 'Hidup' dalam kamus Han Yujin adalah sepuluh jemari yang mencekik, beban tak kasat mata yang merenggut napas, dan sepasang tali yang mencengkeram kaki. Hingga kemudian, entah kenapa sejak hari itu, arti 'hidup' di dalam k...