Tepat beberapa menit sebelum bel jam sepuluh berdering, Eunchae memekik, "MAMPUS MICELLAR WATER-NYA KETINGGALAN!"
"HAH?!" JJ yang rambutnya sedang sibuk dikepang langsung refleks berdiri, riasan di wajahnya sudah terasa memberat dan gatal—mungkin karena dia tak terbiasa—lalu sekarang jika pembersih make-upnya tertinggal, dia harus bagaimana?
Haerin yang juga jadi korban salon-salonan hari ini ikut membenamkan wajahnya ke atas meja dengan pasrah. "Emang tadi harusnya aku tidur aja..."
Para gadis yang lain merengek-rengek panik, memutari kelas kebingungan seperti sedang dalam simulasi kebakaran. Beberapa murid laki-laki lain jadi ikut memperhatikan dengan linglung, ingin bertanya tapi baru membuka mulut, gadis-gadis itu malah menarik lengan mereka dan menggerak-gerakkannya dengan raut hampir menangis.
"Yujin maaf yaa HUAAAA." Orang pertama yang Eunchae tuju adalah Yujin, yang dari tadi membeku sendiri menyadari bahwa riasan di wajahnya belum bisa dihapus sampai pulang. "Aku—aku coba cari ke kelas sebelah, ya! Siapa tau ada yang bawa. Bentar-bentar, aduhh semoga ada dehhh."
Lalu gadis itu ribut sendiri ke luar kelas, diikuti Ahyeon dan Leeseo yang juga menyebar ke kelas lain untuk meminta pembersih make up, tapi beberapa menit kemudian mereka masuk kembali dengan wajah lesu.
"Nggak ada?" tanya Ollie. Ahyeon menggeleng lemas.
Yujin menelan ludahnya, kembali mengangkat layar ponsel ke depan wajah untuk memeriksa penampilannya sendiri. Oke sih, semuanya terlihat on point dan tak terlalu menor, namun semakin lama dia bercermin, dia malah perlahan-lahan merasa dirinya terlihat seperti badut.
Bibir ceri-nya maju beberapa milimeter, cemberut kecil. Sibuk menatap dirinya sendiri dari pantulan layar ponsel, Yujin terkejut ketika layarnya tiba-tiba hidup.
New voice call from Kak G.
Yujin merasakan napasnya tiba-tiba memberat, kaget sendiri. Dia menurunkan ponselnya dan menyembunyikannya di atas paha, berusaha membuat orang-orang di sekitar tak sadar dan penasaran. Jempolnya bergerak bingung di antara tombol hijau dan merah. 'Angkat jangan angkat jangan angkat jangan—'
"Angkat," bisik Ollie, hampir membuat Yujin melempar hp-nya sendiri. "Kamu dari tadi nungguin Kak Gyuvin bales chat kamu, kan? Udah ditelpon kok malah didiemin?"
Anak itu menggaruk tengkuknya, resah sendiri. Dia akhirnya membalikkan badan memunggungi teman-temannya, lalu mengangkat telepon itu dengan ragu.
"Halo..."
"Han?" Suara Gyuvin tampak panik dan kelelahan. "Tadi hp gue dibawa kabur sama temen, terus pas udah dapet malah disuruh dosen bantuin dia bawa berkas-berkas. Sekarang baru beres, maaf gak sempet bales chat lo. Ada apa? Lo masih di sekolah sekarang? Nggak kenapa-napa, kan?"
Yujin membuka bibirnya ragu. "Aku... nggak.. kenapa-napa..."
Embusan napas Gyuvin terdengar begitu panjang dan lega. "Syukurlah—"
"Gyuvin kata Hanna tadi makasih udah dikirimin makanan. Cielah niat banget dah sampe bela-belain ke gedung FH HAHAHAHAHAHA."
"Lah, Hanna? Tadi gue dapet titipan salam juga dari Subin katanya bilangin ke Gyuvin sorry ajakan makan siangnya dia tolak dulu soalnya hari ini dia agak sibuk."
"Loh bukannya tadi—"
"Lo semua tutup mulut atau usia lo yang gue tutup."
Tawa berbarengan meledak dari seberang telepon. Yujin yang tadi hanya mengerjap-ngerjapkan mata juga tanpa sadar ikut terkekeh, paham jika Gyuvin sedang dijahili.
KAMU SEDANG MEMBACA
all you had to do was stay
Fanfiction[𝐆𝐲𝐮𝐯𝐢𝐧 & 𝐘𝐮𝐣𝐢𝐧] 'Hidup' dalam kamus Han Yujin adalah sepuluh jemari yang mencekik, beban tak kasat mata yang merenggut napas, dan sepasang tali yang mencengkeram kaki. Hingga kemudian, entah kenapa sejak hari itu, arti 'hidup' di dalam k...