Wajah Gyuvin disungkurkan ke dua telapak tangannya yang besar, disembunyikan sambil menghela napas pelan merasakan darah panas mengalir dari ujung kaki sampai kepala.
Yujin hilang dari pangkuannya, sudah bangun dari sepuluh menit lalu sambil terkesiap dan bangkit cepat meminta maaf kepada Gyuvin sambil bertanya panik apakah dia berat atau bagaimana, Gyuvin menjawab "Nggak papa, Han," sambil meringis, tapi setelah Yujin duduk di kursi, keduanya malah terlalu malu dan salah tingkah untuk membuka obrolan lagi.
Gyuvin mengusahakan diri menoleh dengan wajahnya yang sudah merah padam. "H-han..."
Yujin mengkerut, merunduk sampai wajahnya yang ditutup telapak tangan menyentuh meja. "J-jangan ajak aku ngomong dulu..." katanya dengan suara teredam.
Gyuvin meringis pelan, menegakkan punggung ke sandaran kursi dan mengecek pipinya sendiri yang masih terasa panas sambil memperhatikan punggung kecil Yujin di sisinya.
Di luar masih hujan dan entah kapan akan reda, sepuluh menit saling diam merasakan jantung yang bertalu-talu di dalam dada, Gyuvin mengerjap ketika Yujin pelan-pelan menoleh ke arahnya (seperti anak kucing yang mengintip malu-malu dari bahu), keduanya bertatapan dan Gyuvin mengulas senyum teduh.
"Masih belum boleh ngajak ngomong?" bisik Gyuvin agak parau. Yujin merapatkan bibirnya dan secara tiba-tiba menegakkan tubuh menggeledah isi tas.
Dua pulpen dan satu kertas keluar, diletakkan di atas meja, Gyuvin hanya memiringkan kepalanya, memperhatikan Yujin yang kemudian sibuk menunduk dan menulis. Gyuvin tersenyum kecil melihat pipi si Han yang nampak seperti cokelat yang hampir meleleh saat remaja itu menunduk fokus pada apa yang dia catat.
Lalu Yujin menyodorkan kertas itu padanya dengan satu pulpen, sedangkan ia kembali melipat lengan di atas meja dan meletakkan wajahnya di sana, sepertinya masih malu karena mengingat bangun-bangun tiba-tiba ada di pangkuan Kim Gyuvin.
Kertas yang terlipat lalu Gyuvin buka pelan-pelan, mendapati satu tulisan yang di tulis Yujin di bagian atas kertas, dia tertegun.
Satu detik, dua detik—
Gyuvin merasakan dirinya mulai menggila.
‘TUHAAAAN CABUT NYAWAKU SEKARANG AJA TUHAAANNNN.’Gyuvin bergerak tak jelas di duduknya, menggigit bibir keras sambil menahan diri untuk tak meremas kertas tersebut gara-gara tak kuat menahan kegemasan Han Yujin. Gyuvin menahan sekuat tenaga untuk tak kelepasan berteriak dan guling-guling sekarang juga, senyumnya benar-benar tak terkontrol.
‘YAELAH GUE KUNYAH JUGA NI BOCAH.’ Gyuvin meracau sekali lagi sebelum berdehem dan memperbaiki posisi duduknya karena mulai mencium gelagat Yujin yang hampir mengintip ke belakang, lalu mulai menulis.
KAMU SEDANG MEMBACA
all you had to do was stay
Fanfiction[𝐆𝐲𝐮𝐯𝐢𝐧 & 𝐘𝐮𝐣𝐢𝐧] 'Hidup' dalam kamus Han Yujin adalah sepuluh jemari yang mencekik, beban tak kasat mata yang merenggut napas, dan sepasang tali yang mencengkeram kaki. Hingga kemudian, entah kenapa sejak hari itu, arti 'hidup' di dalam k...