Setelah mengantarkan Yujin pulang ke rumah, Gyuvin akhirnya kembali ke kediamannya sendiri sembari menenteng pesanan brownie sang Bunda. Pemuda itu baru saja mendudukkan diri di atas sofa dan memanggil Bundanya ketika dia merogoh saku untuk mengeluarkan ponsel, dan tangannya tanpa sengaja menyentuh sebuah lipatan kertas. Gyuvin langsung tertegun.
Surat dari Yujin.
Bunda turun dengan langkah anggun meniti tangga, bermaksud menyambut kedatangan anak sematawayangnya itu, tapi beliau mengerutkan alis samar saat mendekat dan menemukan anaknya sedang rusuh membentangkan selembar kertas di depan wajah, matanya fokus membaca tulisan di dalam sana.
"Mas? Kertas apa itu?" tanya Bunda mengambil duduk di sebelah Gyuvin, lalu mengintip.
Beberapa menit setelahnya, mereka berdua tak bergerak.
"... Yang waktu itu Mas ceritain ke Ayah, ya...?" tanya Bunda pelan.
Gyuvin dengan gemetar menurunkan kertas tersebut dari pandangannya, lalu menyandarkan seluruh tubuhnya ke sofa, memejamkan mata dengan pipi yang memerah.
"Mas?"
Gyuvin mengusak wajahnya dengan telapak tangan, tubuhnya mulai terasa panas sampai ke kepala. "Emang boleh ya, Nda, dia selucu ini?"
Bunda tertawa kecil, menggeleng tak habis pikir. "Siapa tadi namanya, Mas?"
"Yujin, Han Yujin."
"Yujin..." Bunda tersenyum kecil sambil mengangguk-angguk, ia merapikan helaian poni sang anak dan berkata lembut. "Nanti kenalin langsung ke Bunda, ya?"
Gyuvin menoleh. "Boleh?"
"Tentu boleh," jawab Bunda. "Atur aja ya, Nak. Tapi jangan mendadak, biar Bunda sempat dandan."
Gyuvin merenggut. "Ngapain dandan?"
Hidung Gyuvin dicubit pelan. "Biar Yujin tau calon mertuanya secantik Bunda."
Lalu tawa wanita itu terurai lepas ketika Gyuvin menggembungkan pipinya yang semakin merah, memalingkan wajah pura-pura tak salah tingkah.
.
19.07
Cahaya terang laptop menyorot wajah, dan Gyuvin masih enggan memberi perhatiannya pada benda tipis itu. Kursor berkedip seolah tugas-tugas kampus meraung meminta diselesaikan, dan si mahasiswa malah mengetuk-ngetuk jemari ke meja sambil menggigit bibir memandangi layar ponselnya.
Sekarang, bagaimana cara menghubungi Yujin tanpa terlihat awkward sama sekali?
Semua posisi duduk sudah Gyuvin coba dan tak ada satupun yang mampu menghentikan dia untuk menggerakkan kakinya karena terlalu gugup. Gyuvin kemudian menegakkan punggung, mengambil posisi sempurna dan mengembuskan napas dengan yakin, jarinya mulai mengetik.
You:
You have a lot of cute papers, don't youSempurna. Basa-basi memang kadang diperlukan di situasi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
all you had to do was stay
Fanfiction[𝐆𝐲𝐮𝐯𝐢𝐧 & 𝐘𝐮𝐣𝐢𝐧] 'Hidup' dalam kamus Han Yujin adalah sepuluh jemari yang mencekik, beban tak kasat mata yang merenggut napas, dan sepasang tali yang mencengkeram kaki. Hingga kemudian, entah kenapa sejak hari itu, arti 'hidup' di dalam k...