23. 'rumah'

985 122 43
                                    

Gyuvin hampir merutuk ketika tetes pertama hujan tiba-tiba menitik ke punggung tangannya. Satu tetes, dua tetes, dan Yujin juga sadar karena anak itu tiba-tiba merapatkan kepala ke atas bahunya, berbisik lumayan kencang.

"Kak Gyuvin, hujan!"

Maka dari itu motor dengan pelan menepi, dimatikan, lalu Gyuvin lepas helmnya dan menoleh ke belakang. "Mau neduh dulu?"

"Rumahnya Kak Gyuvin masih jauh?"

"Sepuluh menit juga enggak kalo ngebut."

Yujin menimbang-nimbang, tepat saat tetes-tetes lembut yang mendarat di wajahnya itu berubah menjadi guyuran liar, hujan secara mengejutkan turun dengan deras hanya dalam selisih waktu beberapa detik. Gyuvin dan Yujin sama-sama terlonjak, tanpa pikir panjang langsung turun dan meneduh di warung yang sedang tutup. Untungnya bunga-bunga sudah mereka amankan di tas Yujin, yang sekarang sedang dibuka empunya untuk mencari sweater.

"Ada, Han?" tanya Gyuvin melirik sekilas, sambil menepuk-nepuk beberapa titik basah di bajunya.

Yujin mengangguk, mengeluarkan sweater biru favoritnya itu dan langsung mengenakannya. "Seragam aku basah..."

Gyuvin meringis. "Baju gue juga basah..."

Keduanya bertatapan, sama-sama mengembangkan senyum kekanakan seolah sudah paham dengan apa yang sedang dipikirkan. Titik-titik air yang bersarang di wajah Yujin entah kenapa membuat anak itu terlihat semakin menggemaskan. Gyuvin dengan jahil mencubit ujung hidung Yujin, menggeleng meski dia pun memikirkan hal serupa.

"Nanti demam-"

"Nggak akan!" balas Yujin spontan. "Kita bisa ngebuuuttt, terus sampe rumah Kak Gyuvinnya cepet, terus nanti kita langsung bersih-bersih. Atau kalau nggak bersih-bersih pun gak papa, aku bisa ngeringin tubuhku mandiri kayak puppy! Begini," Yujin menggerak-gerakkan tubuhnya sendiri, memperagakan anak anjing yang mengibaskan bulu untuk mengeringkan diri. "Begitu! Janji gak akan demam!"

Gyuvin tertawa kegemasan, hampir ingin menelan Yujin, tapi keputusannya tetap tak berubah. "Gak boleh ah," katanya sambil melepas helm yang dikenakan Yujin, lalu menarik anak itu merapat untuk dia peluk ketika beberapa pengendara motor lain mulai berdatangan untuk ikut berteduh.

Yujin menatap kecewa, mulai merengek. "Aku mau main hujan-hujanannnnn! Kan sebentar aja! Aku juga bisa sembunyi di punggung Kak Gyuvin, janji nggak basah semua kok! Terus aku juga kan pake helm! Kepala aku terjaga, aku nggak akan pusing."

"Hm..." Gyuvin meletakkan pipinya di atas kepala Yujin, memejamkan mata dan menanggapi dengan kurang serius hingga perutnya dapat cubitan super keras.

"Aku nggak mau sayang Kak Gyuvin kalo gitu," rajuk si kecil. Kakinya sudah gatal ingin segera kabur dari atap yang ada di atas kepalanya dan bermain hujan-hujanan, tapi Gyuvin menahan dia di dalam pelukan erat.

Kalimat ancamannya barusan kurang mempan, Gyuvin hanya tertawa sedikit, tertawa meledek sih sepertinya, dan hal itu membuat Yujin cemberut total.

"Lima menit," ucap Gyuvin kemudian, menarik belakang kepala Yujin untuk membuat wajah itu bersembunyi di dadanya. "Kalo lima menit tetep gak berhenti. Kita pulang ujan-ujanan."

Gyuvin menggeleng tak habis pikir ketika tawarannya langsung ampuh. Si Han tak menjawab namun Gyuvin bisa mendengar anak itu menggumamkan tawa pelan yang terdengar seperti 'hohoho', lalu pinggangnya tiba-tiba dikunci erat oleh sepasang lengan kecil, Yujin merapat, memejamkan mata sambil menghirup aroma tubuh Gyuvin yang hampir beraroma mint, di dalam kepalanya mulai menghitung 1 sampai 60, dan terus melakukannya hingga 5 kali.

Yujin menang. Dilepaskannya pelukan itu, membuat Gyuvin menghela napas kecewa. "Udah lima menit!"

"Beneran nih mau ujan-ujanan?"

all you had to do was stayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang