10. tentang gyuvin (2)

771 104 4
                                    

Shift siang sudah dimulai dari 30 menit yang lalu, harusnya meja kasir diisi oleh tiga orang sekarang— Hanbin, Jeonghyeon, dan Gyuvin. Namun entah kenapa si Kim itu belum menunjukkan batang hidungnya sedari tadi.

Ada rasa gelisah yang menyelinap ke dalam hati Jeonghyeon saat tahu Hanbin juga sebentar lagi harus pergi ke kampus. Berarti hanya dia yang akan jaga di sini, dan Jeonghyeon cemas karena dia tidak tahu menahu tentang apa yang harus dilakukan untuk mempersiapkan pesanan pembeli— tentu saja, karena dia hanya dipekerjakan sebagai pelayan.

Jingxiang yang baru saja melepas apronnya tersenyum tipis, menyenggol lengan Jeonghyeon yang sedang mengetuk-ngetuk jarinya dengan cemas di atas meja sambil memandangi pintu kafe. Karena senggolan itu, Jeonghyeon seketika menoleh.

"Masih ada gue, kak."

"Gak enak gue," desah Jeonghyeon sungkan. "Jam kerja lo kan udah selesai."

Jingxiang terkekeh, "Gak papa, dapet bayaran tambahan kok dari kak Hanbin kalo nambah jam."

"Iya?"

"Hooh."

Jeonghyeon sedikit lega setelah mengetahui fakta itu. Dia mulai bergerak melayani pelanggan yang hendak membayar, beberapa gadis nampak kikuk dan tersipu saat Jeonghyeon sibuk dengan mesin kasir, dan Jingxiang memperhatikan sambil geleng-geleng.

Jeonghyeon ternyata punya daya tarik sendiri yang membuat kafe lebih ramai dari biasanya.

"Kakak... Barista baru, ya?"

Sesuai menyodorkan kembalian, Jeonghyeon mengangkat alis sebelum tersenyum sekilas. "Bukan, mbak. Saya cuma pekerja biasa."

"Ah... Begitu... Ganteng, ya. Hehe."

Jeonghyeon mundur sedikit dan menggaruk kepalanya canggung, ".... Ahahaha."

"Gue juga ganteng gak mbak?" sela Jingxiang memperhatikan. Perempuan itu hanya tersenyum masam.

"Ganteng, tapi bosen liat kak Jingxiang mulu," ucapnya yang membuat Jeonghyeon tertawa geli, sedangkan Jingxiang mendelik.

"Balik lagi ke sini nggak gue layanin lo, mbak."

"Nggak papa, masih ada kak Junhyeon," cibir wanita itu menjulurkan lidah, dia memang pelanggan yang biasa ke sini saat jam pagi, jadi lebih akrab dengan Jingxiang dan Junhyeon dibanding dengan Gyuvin atau bahkan Hanbin.

"Pamit, kakk," ucapnya kemudian dengan ramah. Jeonghyeon mengangguk santun dan Jingxiang hanya mendengus, dia memutuskan pergi dulu karena belum ada pesanan baru.

Setelah sibuk dengan beberapa orang yang hendak membayar lagi, Jeonghyeon menoleh kala seonggok mobil terparkir di depan kafe, sedikit berharap bahwa kini Gyuvin yang muncul. Namun tak ada tanda-tanda orang di dalamnya akan keluar, saat itu pula, Hanbin keluar dari dalam.

"Gyuvin-nya belum datang, Jeong?"

Jeonghyeon menggeleng kecil, "Itu di depan mobil siapa, kak?"

"Temen aku itu jemput," jawab Hanbin sambil membenarkan tas selempangnya. "Gimana, ya, Jeong. Aku harus pergi sekarang nih."

"Ada Jingxiaaaang," balas Jingxiang yang sedang nyantai di meja enam. "Gak papa pergi aja, kak. Gue handle."

"Serius?"

"Serius, santai aja, kak," jawab Jingxiang, "Btw temen siapa? Tumbenan sampe jemput-jemput begitu."

Hanbin tiba-tiba tersenyum malu. "Ada deh, kepo," jawabnya iseng yang membuat Jingxiang langsung memasang wajah pahit. "Ya udah kalo gitu Jeonghyeon maaf, ya. Nggak lama kok serius. Jingxiang juga maaf titip dulu kalo ada yang pesen, ya! Aku pamitttt."

all you had to do was stayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang