15. all you had to do was stay

714 113 21
                                    

Miss Hanna:
Selamat siang juga, Dear 🥰 tentu boleh anakku, seperti yang Miss bilang, keperluan sekolah harus tetap diutamakan ya 🥰 Soal tugas Miss beri keringanan, jadi kamu bisa menyusul untuk mengumpulkannya besok ❤️ Semangat sekolahnya ❤️

Tenggorokan Yujin tiba-tiba terasa perih setelah membaca untaian kalimat penuh kasih dari guru lesnya itu. Dia merapatkan rahang, meletakkan ponselnya ke sisi tubuh setelah membalas pesan itu, rasa bersalah melingkupinya karena sudah membohongi beliau: berpura-pura ada urusan penting yang mengharuskan dia tinggal di sekolah sampai petang dan tak mengikuti les.

Padahal dia di sini, dengan Gyuvin, memperhatikan deburan ombak tenang sambil meletakkan lengan di atas lutut yang ditekuk.

"Ini udah cukup jauh?" Gyuvin bersuara setelah keduanya diam-diaman selama beberapa menit memperhatikan pantai.

Yujin juga tak menoleh saat menjawab. "Udah, ini udah cukup," ucapnya pelan.

Gyuvin menoleh ke arah kiri, terdiam melihat raut Yujin yang sedikit lebih kusut dari pada biasanya. Remaja itu terlihat begitu lelah.

"Kak Gyuvin kenapa ada di sekolahku pagi-pagi?" Yujin membuka suara.

Pemuda itu berkedip beberapa kali. ".... Nggak tau? Tiba-tiba kepikiran ke sana siapa tau bisa liat lo."

Lalu dia tersentak saat remaja itu menoleh dan menubrukkan tatapan keduanya. "Nggak ada kelas emang?" tanyanya, berucap semi-serak.

Gyuvin tiba-tiba saja menjadi gugup. "Ada, udah selesai, terus yang satunya pindah jam soalnya dosennya ada urusan.. makanya gue jadi bosen dan... ya gitulah pokoknya." Si Kim mengalihkan pandangan sambil mengusap tengkuk, Yujin dengan iseng terkekeh kecil.

"Begitu..." gumamnya. Gyuvin hanya mengangguk dan berdehem-dehem, mencoba terlihat tetap cool walau gagal mampus.

Yujin mengerutkan dahinya sedikit, matahari yang menyorot tepat ke matanya membuat kepala remaja itu terasa ditusuk kuat, pening menjalar menghantarkan lemas hingga rasanya dia mau berbaring saja di atas pasir.

Tapi lanjut menjahili Gyuvin sepertinya agak seru.

"Kak Gyuvin."

Lelaki itu menoleh, "Hm?"

"Kenapa nggak pake aku-kamu lagi kayak waktu itu?"

Gyuvin langsung diam kaku, wajahnya langsung terasa panas saat dia buru-buru memalingkan wajah dan menelan ludah.

'Nyebelin juga ni bocah,' batinnya.

Suara kekehan pelan yang terdengar mengejek membuat Gyuvin menoleh dan menekuk alis sebal. Dia mendekat dan melingkarkan lengannya di leher Yujin dengan geram, memiting anak itu sambil mengacak rambutnya hingga dia tertawa-tawa dan memohon ampun.

"Abisnya waktu itu Kakak tiba-tiba pake aku-kamu!"

"Terus?" Gyuvin mendekatkan wajah keduanya, memicing jahil. "Baper, ya? Makanya mau lagi?"

Raut Yujin langsung berubah datar, dia mendorong Gyuvin menjauh darinya dan memalingkan wajah. Si Kim tertawa kencang karena berhasil menjahili balik.

Tapi ada satu hal yang membuat fokusnya teralih, yang membuatnya kemudian mendekat lagi dan meletakkan tangannya di dahi si Han hingga anak itu berkedip polos. Gyuvin diam sebentar.

"Kenapa, Kak?"

"Lo demam, Han..." Nada Gyuvin berubah khawatir, lanjut mengecek suhu tubuh Yujin dengan meletakkan punggung tangan di leher anak itu. "Panas banget, astaga. Lo sakit?"

Yujin tak menanggapi, dia hanya diam dengan tangan Gyuvin bertengger di atas kepalanya, si Kim menunduk, menatap matanya khawatir. "Pulang aja yuk?"

Kali ini Yujin langsung menggeleng kencang.

all you had to do was stayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang