*Tema : Overdosis
*Genre : Thriller - Action
---
Anak penurut dan ceria disulap menjadi dingin dan emosional sejak kepergian sang ayah yang mendadak dan menyakitkan. Penculikan yang terjadi lima tahun lalu pada agen polisi ternama membuat masyarakat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Misi besar itu membawa mereka berkumpul di Markas Roqles dengan memanggil dokter dari masing-masing kelompok untuk membantu memberi penanganan pada anggota yang terluka. Sama seperti apa yang dilakukan Klia yang sibuk mengobati setiap luka di tubuh Violy. Tubuh lemah itu terbaring di atas kasur dengan selang infus yang ada di tangannya dan alat bantu pernapasan.
Dari ambang pintu Zaren tak melepas pandangannya pada adik tersayangnya tersebut. Ia menyesal karena meminta gadis itu untuk menemui pamannya dan penyesalan itu semakin besar kala melihat setiap luka yang ada di tubuh gadis itu.
“Jika jahitan di luka ini kembali terbuka, maka akan terjadi infeksi,” jelas Klia setelah menangani luka di tempat yang sama.
Zaren berusaha menahan tangisnya karena kondisi yang semakin buruk. Catly yang ada di kamar pun tak henti menangis menyaksikan kondisi buruk Violy, ia teringat kejadian dua bulan lalu saat menemani gadis itu hingga benar-benar pulih.
“Tidak ada luka serius ‘kan, Dok?” tanya Devga khawatir.
“Sejauh ini hanya luka di lengan dan robekan di pahanya,” jawab Klia sambil menghela napas panjang. “saran saya, sebaiknya Violy tidak ikut misi selanjutnya karena akan membahayakan kondisinya.”
Devga, Catly, Geyan, dan Arland mengangguk, sedangkan Zaren hanya bisa tertunduk. Beberapa menit kemudian, akhirnya Klia selesai menangani Violy lalu meninggalkan ruangan tersebut untuk membantu mengobati anggota yang lain.
Sepeninggalan Klia, Catly langsung duduk di tepi tempat tidur dan menggenggam jemari gadis itu dengan lembut. “Cepatlah sadar, Vio, aku akan menjagamu di sini.”
Devga, Geyan, dan Arland saling bertatapan lalu memutuskan untuk meninggalkan ruangan tersebut. Berat rasanya bagi Zaren meninggalkan adiknya itu dengan Catly karena seharusnya ia yang berada di sana untuk menjaganya, bukan orang lain. Namun, bagaimana pun juga pemuda itu harus bisa menahannya agar tak dicurigai siapa pun.
...
Malam yang dingin itu tak menghentikan aktifitas apa pun di markas besar tersebut, seluruh anggota tetap melatih fisiknya tanpa henti. Suara keras dari samsak di ruang latihan, suara tembakan dari ruang tembak, suara percikan air dari kolam selam, dan suara pukulan dari ruang bela diri.
Lain halnya dengan Zaren yang menjalani proses latihan tembak untuk melepaskan emosinya, sudah empat jam Violy masih belum sadarkan diri.
Setelah berjam-jam, satu persatu anggota Eaqles atau pun Rogous meninggalkan ruang latihan, kecuali Zaren yang kali ini beralih melatih kekuatan fisiknya dengan memukul benda keras itu, apa lagi kalau bukan samsak. Pikirannya kacau dan teralih pada dua hal, kondisi Violy dan keselamatan ayahnya.
“Bisakah kamu berhenti untuk malam ini?”
Suara itu menghentikan aktifitasnya sebentar, tanpa mengalihkan pandangannya Zaren kembali memukul samsak tersebut.