*Tema : Overdosis
*Genre : Thriller - Action
---
Anak penurut dan ceria disulap menjadi dingin dan emosional sejak kepergian sang ayah yang mendadak dan menyakitkan. Penculikan yang terjadi lima tahun lalu pada agen polisi ternama membuat masyarakat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah dua hari sejak kejadian sosok misterius itu, akhirnya mereka kembali menjalankan misi. Kali ini Violy tidak tahu ke mana tujuan mereka, tetapi melihat jalan yang dilalui, rasanya seperti tak asing. Ketika semua anggota menyiapkan senjatanya, gadis itu tak henti melepaskan tatapannya pada jalan yang dilalui.
Ditambah lagi, kali ini mereka menjalani misi bersama Rogous yang artinya misi kali ini adalah misi besar. Tak lama kemudian mobil berhenti di tengah hutan membuat dahinya berkerut.
"Siapa tujuan kita kali ini?" tanya Violy pada Catly yang mengenakan jaket hitamnya.
"Apa Arland tak memberi tahumu?" Bukannya menjawab, gadis itu malah bertanya balik.
Violy menggeleng dengan penuh penasaran.
"Sersan Yofga Tarren, adik dari Detektif Nofga Torren."
Violy terdiam bak disambar petir, mendengar nama tersebut membuatnya tak berkutik. Ia baru ingat bahwa ini adalah jalan menuju vila milik pamannya itu.
"Ayo, Vio!" pekik Catly yang sudah lebih dulu ke luar dari mobil.
Violy mengangguk berat lalu mengenakan jaket dan melilitkan pisaunya di bagian paha dan pistol di balik jaketnya. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukannya, tidak mungkin dirinya membuat paman satu-satunya itu terluka.
Sersan Yofga Tarren adalah adik ayahnya, sekaligus ayah dari Gelca Tarremo. Untuk melukai sepupunya saja ia tidak sanggup, apa lagi pamannya. Jika menghadapi sepupunya harus mengorbankan diri dengan menusuk tangannya, lalu apakah ia harus mengorbankan nyawa? Sungguh, hal yang sulit dan tak pernah terbayangkan.
Semuanya berkumpul menjadi satu membentuk lingkaran dengan Devga dan Geyan yang berdiri di tengahnya. Violy memilih berdiri di sebelah Zaren, ia membutuhkan pemuda itu saat ini.
"Gunakan masker dan penutup kepala kalian!" pekik Geyan.
Seluruh anggota langsung mengenakannya.
"Dengar! Kalian harus saling melindungi dan membantu, aku tidak ingin ada yang terluka karena kecerobohan kalian!" kata Devga sambil menatap Lexa yang tertunduk.
"Kita sudah menyusun rencana ini matang-matang, jangan sampai terluka!" sambung Geyan.
Seluruh anggota mengangguk, kecuali Violy yang hanya bisa tertunduk. Melihat gadis itu diam, tetapi ada sepasang mata yang tak melepas pandangan darinya sambil tersenyum skeptis di balik masker hitam itu.
"Go!" teriak Geyan.
Seluruh anggota berpencar memasuki hutan menuju tempat mereka masing-masing, sedangkan Violy hanya mengikuti Zaren karena ia tak tahu apa-apa tentang ini.
"Apa kamu terlibat dengan rencana ini?" tanya Violy berbisik.
"Jika tidak, maka identitasku akan terbongkar dan mati sia-sia!" jawab Zaren tanpa melepaskan pandangannya.