Hari-hari terus berlalu, Violy menghabiskan waktu dengan Nofga di setiap kesempatan untuk membicarakan bagaimana cara keduanya bisa melarikan diri dari penjara bawah tanah itu. ternyata, selama ini Dokter Gram dan Klia kerap kali membantu tahanan bawah tanah untuk mendapatkan informasi di luar sana, terutama Nofga. Dentana, dan Gandra yang memiliki peran penting.
Violy sempat bertemu dengan kedua dokter itu dna minta disampaikan pesan untuk Zaren bahwa dirinya dan ayah mereka baik-baik saja. Namun, gadis itu masih belum mengetahui siapa yang telah membantunya menurunkan dinding pembatas antara dirinya dan Nofga, ia bertekad akan mencari tahunya setelah berhasil ke luar dari tempat tersebut.
Hari ini Gram dan Klian kembali menemui mereka untuk diperiksa kesehatannya, walau mereka adalah tahanan, Devga tetap berbaik hati menjaga kesehatan musuh-musuhnya. Pemuda itu tak ingin ada yang menularkan penyakit kepada tahanan lain, moto mereka adalah membunuh musuh dengan tangan sendiri.
"Apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Klia.
"Aku ingin tahu jalan bawah tanah ini berawal dan berakhir di mana," pinta Violy.
Klia mengangguk sambil memeriksa gadis itu, ada ajudan yang memperhatikan mereka dari pintu masuk yang terbuat dari jeruji besi itu.
"Kapan kamu akan melarikan diri dengan yang lain?" tanya Klia.
"Tunggu, kapan eksekusi tahanan kembali dilakukan? Siapa orangnya?" Alih-alih menjawab, Violy malah bertanya balik.
Klia berpikir sebentar lalu terdiam. "Lusa ... Profesor Gandra."
Violy mendelik mendengarnya, ia pikir tahanan yang akan dieksekusi selanjutnya bukanlah salah satu di antara orang yang ia kenal, tapi ternyata malah pria yang merupakan teman dekat pamannya.
"Kamu bisa pura-pura sakit malam sebelum hari eksekusi, aku akan datang ke sini saat itu untuk memastikan kondisi Profesor. Bergeraklah secepat mungkin sebelum aku datang, biasanya malam eksekusi dan kedatangan kami membuat penjaga sibuk dan lengah, ambillah kesempatan itu dengan baik!" tukas Klia.
Violy mengangguk lalu beranjak karena sudah selesai diperiksa. Namun, sebelum gadis itu benar-benar pergi, Klia tiba-tiba berteriak seperti orang kesakitan membuat Violy dan ajudan tersentak dan mendekatinya.
"Ada apa denganmu?" tanya Violy khawatir.
Bukan jawaban yang didapatinya, melainkan sesuatu yang dimasukkan wanita itu ke dalam saku bajunya. "Kupercayakan keselamatan ayahku padamu, Mauza."
Violy terdiam, tepat saat ajudan-ajudan itu mendekati Klia dan membawa gadis itu kembali ke ruangannya. Ia terdiam sebentar memikirkan ucapan wanita itu lalu langsung merogoh saku bajunya, ternyata Klia memasukkan sebuah kertas yang terdapat sebuah tulisan dan dua buah kunci dengan bentuk yang berbeda.
"Satu kunci untuk menyelamatkanmu dan satu lagi adalah kunci serba guna untuk mematikan alarm di ujung lorong yang ada di sebelah kiri dari tempatmu."
Pernyataan terakhir yang ditulis wanita itu membuat Violy mengerutkan dahinya. "Sebelah kiri dari tempatku? Baiklah, akan kucoba."
Setelah Klia dan Gram pergi dari sana, sosok misterius yang selalu membantunya datang dan melakukan hal yang sama. Tanpa membuang waktu, gadis itu langsung mengatakan apa yang disampaikan oleh Klia, ia pun menanyakan siapa ayah wanita itu. Betapa terkejutnya Violy saat mengetahui bahwa ayah dari dokter cantik itu adalah Profesor Gandra.
"Klia adalah anak Gandra yang disembunyikannya dari media untuk keselamatannya karena wanita itu ingin menjadi dokter. Dia tahu bahwa suatu saat nanti akan ditahan di tempat ini seperti sepupunya, maka dari itu Gandra mempersiapkan semuanya sejak awal," kata Nofga menjelaskan.
"Sepupunya Profesor? Siapa?" tanya Violy.
"Seingat Ayah, namanya Sean Arsano. Dia yang mengkhianati Eaqles dan Rogous dalam bisnis, tapi malah membawa nama keluarganya dan polisi. Kalau tidak salah, Sean memiliki putra angkat bernama Emrand Molino, dulu Sean sering memanggil namanya dengan sebutan Emerald," ungkap Nofga.
Mendengar penuturan ayahnya, tentu membuat Violy terdiam. "Emerald?"
"Ya, apa kamu mengenalnya? Sejak kepergian Sean, anak itu menghilan entah ke mana," tanya Nofga.
Violy teridam sebentar lalu menggedikkan bahunya. "Entahlah, apakah ini orang yang sama atau tidak, tapi anggota Eaqles ada yang bernama Emerald. Dia yang menemukan koper di bawah tempat tidurku."
"Jika memang orang yang sama, seharusnya dia membantumu," ucap Nofga.
Seketika Violy teringat bagaimana senyum skeptis pemuda itu, ketika dirinya di bawa ke tempat ini. "Jika benar, mungkin dia mengirimku ke sini agar bisa bergerak lebih leluasa untuk membalaskan dendam kepada Eaqles."
"Benar, mungkin dia tidak ingin menyakitimu karena kamu selalu ikut campur dengan urusannya. Kamu yang membatalkan aksi pertamanya, lalu kamu juga yang berusaha menyelamatkan Devga dan Arland ketika markas dibom," ujar Nofga.
"Tapi, bukankah mengirimku ke sini adalah keputusan yang buruk. Bisa saja apa yang dilakukannya membuatku mati hari itu juga 'kan?" pikir Violy.
"Mungkin, dia tahu bahwa kamu bisa membawa pergi tahanan di sini karena keberanian dan keahlianmu, Za."
Violy terdiam cukup lama, sampai akhirnya mereka harus berpisah karena waktunya sudah habis. Setelah dinding kembali tertutup, Violy mulai menyusun rencana untuk membebaskan para tahanan di sana.
...
Di sisi lain, Markas Eaqles kembali ramai akibat adanya bom gas yang ada di halaman belakang. Semua anggota inti berkumpul di sana, sedangkan anggota lain dan ajudan berjaga di setiap sisi markas.
"Kita sudah menangkap Violy dan membawanya ke penjara bawah tanah, tapi kenapa masih ada ancaman seperti ini?" tanya Devga.
"Mungkin, ada yang bekerja sama dengannya di sini," sahut Lexa.
"Apa kalian lupa, Violy bilang kita akan menyesal karena telah salah menangkap orang?" tanya Calma membuat yang lain terdiam.
"Siapa pun akan mengatakan hal seperti itu ketika ditangkap!" balas Lexa tak mau kalah.
Seketika Devga dan Arland saling bertatapan, mereka mengingat semua perkataan Violy saat di mobil menuju Markas Roqles.
"Violy memang salah, tapi aku yakin dia tidak memiliki niat jahat, bahkan sampai meledakan markas seperti itu," tutur Gevan.
Lexa tertawa skeptis mendengarnya. "Apa yang sudah diberikannya pada kalian? Kenapa kalian begitu percaya padanya? Sekali pengkhianat tetap pengkhianat."
Tentunya penuturan Lexa membuatnya mendapatkan tatapan tajam dari Catly dan Calma.
"Bukan membela Violy, tapi rasanya memang bukan dia yang melakukan semua ini. dalam misi pun, dia rela mengorbakan nyawanya untuk kita, tertembak, ditusuk, melawan penyusup walau terluka, dan rela dipukuli pamannya sendiri demi menyembunyikan identitasnya," kata Estella yang tiba-tiba angkat bicara.
"Benar, dari pada orang yang mengaku setia dengan Eaqles, tapi tidak mau mengorbankan diri demi kita," sahut Calma sambil melirik ke arah Lexa.
"Setidaknya, aku tidak pernah mengkhianati kalian!" balas Lexa tak mau kalah.
"Diamlah! Kita di sini untuk membahas penyusup, bukan Violy!" pekik Devga membuat yang lain terdiam.
Perdebatan pun berakhir di sana dan dilanjutkan dengan perbincangan yang serius, mereka menyusun strategi untuk menangkap pelaku, tanpa menyadari bahwa penyusup itu ada di antaranya.
"Violy berhasil kusingkirkan, waktunya aku menyingkirkan kalian untuk selamanya."
***
To be continue
***
Bagaimana part kali ini? Semoga kalian menyukainya dan jangan lupa tinggalkan jejak!
See you next time and LUVU!
![](https://img.wattpad.com/cover/341474575-288-k821232.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MALIGNITY : Encounter The Traitor (TERBIT)
Misterio / Suspenso*Tema : Overdosis *Genre : Thriller - Action --- Anak penurut dan ceria disulap menjadi dingin dan emosional sejak kepergian sang ayah yang mendadak dan menyakitkan. Penculikan yang terjadi lima tahun lalu pada agen polisi ternama membuat masyarakat...