20 - Her Corage

16 5 0
                                    

Malam sebelum hari eksekusi pun tiba, para penjaga sedang sibuk mempersiapkan untuk esok hari, bahkan Profesor Gandra sudah dipindahkan ke tahanan eksekusi. Dokter Klia emnyampaikan harapan besarnya kepada Violy, tanggung jawab yang besar, tapi gadis itu yakin bisa melakukannya.

Diam-diam Violy membuka pintu besi itu menggunakan kunci yang diberikan oleh Klia, setelah memastikan keadaan aman lewat jendela kecil itu.

Gadis itu berhasil ke luar dan tak lupa menutup pintu besi itu kembali lalu segera berlari menuju ujung jalan di sisi kirinya dengan hati-hati.

Penjara bawah tanah itu tak seburuk yang orang bayangkan, tempatnya memang gelap, tapi tak bisa dikatakan buruk untuk tempat seorang musuh mafia. Untuk sampai di ujung lorong, risikonya cukup tinggi karena ia harus melewati ruang penjaga.

Ketika langkahnya semakin dekat dengan ruangan tersebut, ia mendengar pembicaraan dari dalam.

"Aku berharap suatu saat bisa ke luar dari tempat menyedihkan ini! Aku sudah tidak sanggup!" tukas salah seorang penjaga dengan suara seraknya yang khas.

"Jangan bicara seperti itu di sini! Bagaimana jika dua ketua itu datang? Kamu bisa mati!" tukas pria lain dengan suara beratnya.

"Lebih baik aku mati dari pada seperti ini terus! Aku merindukan keluargaku di rumah," sahut pria tadi.

Kini Violy tahu bahwa tidak semua orang yang bekerja dengan Eaqles dan Rogous menikmati pekerjaannya.

"Ayolah! Kita harus membantu yang lain!" ajak pria bersuara berat tadi.

Terdengar suara decitan bangku yang menandakan keduanya beranjak pergi, Violy langsung melangkah cepat melewati ruangan tersebut dan bersembunyi di balik pintu sambil mengintip.

Gadis itu bernapas lega ketika keduanya pergi menuju arah yang berbeda. Ia mengalihkan tatapannya pada sebuah pintu di ujung lorong yang tak jauh dari tempatnya saat ini. Kakinya melangkah pelan menuju tempat itu. Begitu sampai di depannya, Violy menatap sekitarnya untuk memastikan bahwa kondisi aman, setelah itu dibukanya pintu tersebut secara perlahan.

Gadis itu terbelalak melihat isi ruangan tersebut yang dipenuhi dengan alat kontrol keamanan dan senjata api. Ada kamera tersembunyi di setiap ruangan, kecuali penjara bawah tanah. Dikeluarkannya kunci di saku baju, kemudian ia mengamati bentuk kunci tersebut dan mencari lubang kunci yang sekiranya mirip atau sama seperti kunci itu.

Didapatinya dua lubang kunci yang sama, ketika hendak memasuki salah satunya, terdengar suara seseorang dari luar ruangan. Sungguh, hal yang tak pernah ia bayangkan.

Gadis itu bersembunyi di balik lemari kecil yang terdapat kabel-kabel penghubung alat-alat tersebut.

"Bisa-bisanya kita lupa mengunci pintu ini!" Terdengar suara yang sama seperti ia yang ia dengar sebelumnya.

Klik!

Terdengar suara pintu yang terkunci dari luar, tentunya hal tersebut membuat Violy cemas.

"Sial! Jika aku berada di sini sampai mereka kembali, aku pasti akan ketahuan!" rutuknya.

Gadis itu mencoba membuka pintu tersebut dengan hati-hati, tetapi sayangnya keberuntungan sedang tidak berpihak padanya kali ini.

"Sial!" pekik Violy.

Malam itu, ia tetap melakukan tanggung jawabnya walau terjebak di sana semalaman. Harapan gadis itu hanya satu, jika memang harus mati maka ia lebih dulu harus menyelamatkan nyawa orang-orang penting di penjara bawah tanah itu.

"Tahanan yang ada di sini adalah orang-orang tak bersalah, mereka diminta untuk menebus dosa keluarganya terdahilu, kesalah pahaman, bahkan adu domba dari kelompok lain. Ayah harap, kamu bisa membantu mereka."

MALIGNITY : Encounter The Traitor (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang