46. Antara Dia Dan Tuhannya

53.3K 6.7K 1.1K
                                    

[FOLLOW SEBELUM....]

kerugian yang besar adalah engkau tidak bersholwat kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam

Sedangkan engkau mengetahui dialah yg memberimu syafaat di hari kiamat nanti.

[Habib Umar Bin hafidz]

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  
****
Follow Instagram
@vyeojunf.rm
@_zay.yan
@astra_891
@bevan.evan
@afaldo.0

rugi besar dah kalo ga polloe bakal ketinggalan info


****

Setelah sekian lama menunggu di depan pintu kamar mandi, akhirnya Fara keluar dan memberi jalan untuk Zay masuk ke kamar mandi. Hari semakin sore, Zay terlambat ke mesjid karna menunggu Fara yang sangat lama berada di kamar mandi.

“Ngapain di dalem?” tanya Zay yang masih enggan untuk masuk ke kamar mandi.

“Gak. Awas minggir,”

Dengan terpaksa Zay menyingkir dari hadapan Fara agar perempuan itu bisa kembali ke kamarnya. “Shampo kamu abis,” ujar Fara memberitahu.

“Hah? Perasaan kemaren masih banyak,”

“Aku pake.”

Dengan wajah tanpa dosanya, Fara melenggang pergi begitu saja dan meninggalkan Zay.  Sedangkan laki laki itu hanya menggelengkan kepalanya heran. Waktu itu Fara memang pernah memberitahunya jika dia menyukai shampo yang Zay pakai. Oke tidak masalah, satu shampo bersama istri.

****

“Temenin aku ke pesantren.” ucap Zay mutlak. Setelah dia menyelesaikan ibadah sholat ashar–nya, Zay berniat menemui teman temannya. Masalah kemarin masih belum Zay anggap selesai. Astra juga Zay suruh untuk kembali ke pesantren.

“Mau ngapain?”

“Ck, masalah Astra masih belum kelar. Aku mau ngomong sama Dewa. Aneh banget, Ra. Mereka kok miring semua,”

Dengan tawa ringannya, Fara duduk di atas tempat tidur dan menunggu Zay yang sedang bersiap siap. Fara memperhatikan pahatan wajah yang Zay miliki, pesona laki laki itu memang tidak bisa di ragukan lagi. Astoge, bisa bisanya Fara bersikap abai dan tidak menyadari itu.

“Ra,”

“Apa?”

“Kamu kapan hamil sih?” tanya Zay yang sudah siap dengan penampilannya. Tetapi dia memilih untuk menatap ke arah Fara sekejap.

“Kapan yaa ..”

“Serius.”

“Mana aku tau!”

“Ck, tau deh.”

Zay mengajak Fara untuk pergi sebelum hari semakin sore. Semoga saja urusannya cepat selesai sebelum adzan Maghrib berkumandang.

****

“Gak usah di bawa serius. Gue cuma becanda.” Dewa yang sekarang menjadi pusat perhatian, terpaksa membuka suara.

Saat ini Zay dan teman temannya sedang berada di kamar Bevan. Tempat ini yang dulu selalu mereka jadikan markas. “Yang bener, Wa. Gak mau becanda gue,” jawab Zay.

“Oke. Gue emang ada niatan buat ngelamar Hana. Alesannya? Lo semua tau, gue mau coba buat lupain Halwa. Tapi ternyata gue gak dapet dua duanya.”

“.. sekarang, gue gak peduli. Mau Hana atau pun Halwa. Gue udah gak tertarik lagi. Dan buat lo Tra, jangan gak enakan sama gue. Nikmatin aja, gue udah mundur.”

30 JUZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang