TL : 17. Masked Figure

341 57 9
                                    

"Payah! Kalian semua payah! Untuk menculik satu anak kecil saja kalian tidak bisa!" Wistapati menatap orang-orang suruhannya yang tengah menunduk takut itu dengan tajam.

"Mohon maaf, Raden. Kami tadi hampir saja berhasil membawakan anak kecil untuk tumbal dari ritual Nyi Dahayu. Tapi ditengah jalan, kami di hadang oleh seseorang bertopeng. Dia memiliki kekuatan yang sangat sakti, sehingga kami kalah menghadapinya. Sosok itu pergi dengan membawa anak kecil yang menjadi sandra kami." Salah satu orang suruhannya yang ditunjuk sebagai pemimpin di dalam kelompoknya, melaporkan kejadian dimana dia dan rekan-rekannya alami saat sedang menjalankan tugas mereka.

Mendengar ucapannya, membuat Wistapati bertanya-tanya tentang siapa sosok yang di maksud oleh orang suruhannya itu.

"Tapi tetap saja, kalian sangat tidak berguna! Seharusnya, kalian lakukan apa saja agar bisa mempertahankan anak itu! Tapi apa? Kalian justru membiarkannya pergi!" Egonya begitu tinggi, sehingga membuatnya enggan menerima alasan apapun yang di berikan oleh mereka.

Semua orang suruhan Wistapati itu menghela nafas mereka tanpa suara. Percuma saja jika mereka berserikeras membela diri dan menjelaskannya pada Wistapati, karena balasan yang akan mereka dapat hanyalah bentakan dan makian dari putra sulung Parwati itu.

"Kalau begini, bagaimana aku bisa menyempurnakan ritual yang guruku lakukan?" Monolognya dengan berpikir keras.

Ritual yang di maksud oleh Wistapati merupakan ritual yang di lakukan oleh Nyi Dahayu dengan maksud, agar mereka berhasil mengalahkan Pajajaran dan keturunannya. Melalui tumbal seorang anak kecil, bisa membuat ritual yang akan di lakukan oleh Nyi Dahayu sempurna.

Tapi ketika tumbal itu tidak ada, lantas bagaimana ritual yang akan dilakukan gurunya bisa sempurna?

..........

Dua orang dengan usia yang berbeda kini berada di pedesaan, tempat yang menjadi tempat tinggal salah satu diantara mereka.

Orang yang memiliki postur tubuh tinggi itu menunduk, dia menatap dingin pada orang yang tengah bersamanya.

"Kau, kembalilah ke orangtuamu." Ujarnya dengan sangat dingin, sehingga membuat orang itu ketakutan.

"T-terimakasih karena telah menolongku." Ucapnya dengan terbata. Namun orang yang memiliki postur tubuh tinggi itu hanya berdehem.

Hendak pergi, tapi netranya menangkap kehadiran kedua orangtuanya yang berjalan menghampiri keduanya. Wajah mereka terlihat sangat khawatir bercampur lega.

"Nak, kau tidak apa-apa kan? Tidak ada yang luka, kan? Katakan pada ibu dan ayah dimana lukanya!" Mereka langsung memberondong beberapa pertanyaan kepada anak semata wayangnya.

"Aji tidak apa-apa ayah, ibu. Aji baik-baik saja. Pendekar bertopeng inilah yang menolongku saat aku di culik oleh orang suruhan dari Raden Wistapati." Jawab sang anak berusaha menenangkan kedua orangtuanya.

Sontak, keduanya menoleh pada sosok yang di maksud oleh anaknya dengan terkejut. Dia mengenakan penutup wajah dan pakaian serba hitam.

Mereka memang tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas, tapi saat melihat matanya yang terlihat sangat dingin mampu membuat keduanya sontak menundukkan tubuhnya.

"Raden Abikara."

Sosok yang merupakan Abikara menatap orangtua dari Aji dengan dingin. Lalu tak lama, dia membuka penutup wajah yang sejak tadi dirinya gunakan.

"Bangunlah. Lain kali, jaga anak kalian dengan baik. Jangan sampai kejadian seperti ini terulang kembali. Karena jika terjadi lagi, aku tidak tau apakah aku akan dapat menyelamatkan dan mengembalikannya ke pelukan kalian atau tidak." Keduanya lantas bangun dari posisinya, mereka menatap putra bungsu dari Parwati itu dengan lekat.

Raden Kian Santang -Two Lives-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang