Para prajurit Kandang Wesi yang berjaga di gerbang, menatap dua orang dihadapannya dengan pandangan menelisik.
Dengan tangan yang memegang tombak di silangkan, "Siapa kalian, Kisanak?"
"Aku Jaya Sangara dan ini sahabatku, Abiyasa. Kami utusan Pajajaran, ingin bertemu dengan Gusti Ratu Parwati serta Raden Wistapati."
Para prajurit itu saling pandang hingga salah satu diantara mereka mengangguk dan mulai melangkah masuk, demi memberitahukan hal ini pada Ratu serta pangeran di Kerajaan itu.
"Mohon ampun, Gusti Ratu. Di depan gerbang istana, ada dua orang yang ingin bertemu dengan Gusti Ratu dan Raden Wistapati. Mereka mengaku jika namanya Jaya Sangara dan Abiyasa, seorang utusan Pajajaran." Lapor prajurit itu dengan tubuh bersimpuh.
Parwati menatap prajurit itu dengan kening yang berkerut, "Jaya Sangara? Abiyasa? Siapa mereka? Kenapa aku baru mendengar namanya?"
"Hamba juga tidak tau Gusti Ratu, hamba hanya ditugaskan untuk menyampaikan hal ini pada Gusti Ratu dan Raden Wistapati saja." Jawab prajurit itu.
Parwati mengangguk, "Baiklah, biarkan mereka masuk."
"Sendika Gusti Ratu." Prajurit itu mengundurkan diri dan kemudian kembali ke tempat dia berjaga.
"Kalian boleh masuk. Gusti Ratu menunggu di Balairung." Ketika dia sudah kembali ke tempat dia berjaga tadi, prajurit itu segera memberitahu. Jaya Sangara hanya mengangguk, kemudian keduanya melewati prajurit-prajurit itu menuju ke tempat yang di maksud.
..........
"Uwak, kau sudah menyiapkan rencana untuk menyingkirkan Raka Kian Santang?"
Seorang bocah yang merupakan salah satu keluarga istana Pajajaran itu bertanya pada sang paman. Keduanya kini berada di wisma milik bocah itu.
Sang empu yang merasa di tanyai pun menoleh dengan wajah angkuh,
"Tentu saja, keponakanku Raden Surosowan. Uwakmu ini sudah menyiapkan sebuah rencana yang menarik untuk menyingkirkan putra Subang Larang bodoh itu."Surosowan, putra kedua dari Kentring Manik itu mengangguk sembari menampilkan senyum jahatnya. Dia merasa sangat beruntung, memiliki paman seperti-- Amuk Marugul. Orang dengan seribu macam siasat untuk menyingkirkan seluruh putra-putri Subang Larang.
Pada saat dia mendengar jika Kian Santang telah kembali, perasaan marah serta tak terima hinggap di hatinya. Bahkan, mereka sama sekali tak menampakkan batang hidungnya di hadapan Kian santang meskipun hanya satu detik. Kedua orang pembuat onar itu, seolah enggan menyambut kepulangan pangeran Pajajaran yang sayangnya sangat mereka benci.
Sebab, kehadirannya begitu mengancam keselamatan mereka. Putra bungsu Subang Larang itu tak bisa mereka anggap remeh dalam segi kekuatan maupun strategi. Oleh karena itu, mereka sangat berhati-hati bila ingin membuat keributan disana. Atau mereka akan tertangkap sebelum melakukan sesuatu.
"Uwak, aku sudah tak sabar melihat kehancuran Raka Kian Santang. Sejak dulu, aku selalu ingin menyingkirkan dia dari istana pajajaran bila perlu dari dunia ini. Melihat wajahnya, membuatku muak." Surosowan berucap dengan nada menggebu. Perasaan tak sabar ingin menghabisi Kian Santang begitu menguasainya. Dia seperti Surawisesa tapi dalam versi berbeda. Sungguh biadab sekali dirinya dan pamannya itu.
"Tenanglah, keponakanku. Uwak yakin, rencana yang sudah Uwak susun akan berhasil." Imbuh Amuk Marugul kemudian tertawa dengan ciri khasnya.
..........
Mereka menunduk hormat pada wanita yang berdiri di samping seorang pemuda, sedang menatap ke arahnya dengan tatapan terkejut.
"Raden Kian Santang?" Ratu Parwati menatap remaja di hadapannya dengan terkejut.
![](https://img.wattpad.com/cover/331889951-288-k596959.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden Kian Santang -Two Lives-
Tarihi KurguDua sudut kehidupan yang berbeda, menunjukkan bagaimana mereka menyikapi masalah yang hadir di kehidupan masing-masing. Terkadang, ada kala dimana pikiran selalu menggiring untuk berhenti. Namun hati kecil dalam diri selalu menolak dan terus meyaki...