Jo jadi nggak tega melihat Mita yang ikut mendorong motor, cewek itu banjir keringat. Dia mau mengelap keringat di wajah Mita, tapi pakai apa? Handuknya ada di dalam tas dan basah bekas Jo mengelap ketiaknya. Bisa-bisa Mita malah pingsan akibat menghirup aroma cuka dari handuk.
Kurang dari 100 meter sepertinya, Jo melihat papan nama kios laundry.
"Tuh, laundry-nya udah kelihatan," kata Jo sembari mendorong motor dengan lebih cepat.
Mita hanya mengangguk lemah. Dalam hatinya Jo ada perasaan bersalah yang membuatnya beberapa kali melirik ke arah Mita, seharusnya dia pakai cara lain. Kalau tahu tukang tambal bannya jauh, dia nggak bakal bikin kempes ban motor Mita. Semua sudah terlanjur dan menjadi penyesalan. Eh, baru kali ini Jo merasa menyesal setelah menjalankan taktik buayanya. Rupanya ada kelemahan juga dari buku Buaya Senior yang dia baca itu.
"Okelah, ini buat pengalaman. Kalau jadi buaya nggak bisa mengandalkan teori. Butuh pengalaman dari panjangnya jam terbang. Gue bakal tebus kesalahan gue karena bikin dia jadi capek kayak gini. Gue janji." Jo membatin, tangannya mencengkeram handle motor dengan kuat. Sebagai wujud meneguhkan hati agar menepati janji.
Pasti sulit, ya, Jo. Buaya mana punya hati.
"Akhirnya sampai juga. Bener kata lu, nambal ban itu di laundry," Jo sengaja menggoda Mita.
Mita tersenyum tipis. Jo senang karena Mita ternyata punya senyum yang bagus. Pipinya ada lesungnya kalau tersenyum.
Tukang tambal bannya persis ada di samping laundry, sesuai petunjuk Pak Satpam.
Tukang tambal bannya langsung memeriksa bagian luar ban belakang motor Mita. Diputar, diraba dan diolesi cairan sabun untuk mencari bagian yang bocor.
"Nggak ada yang bocor," kata tukang tambal ban.
Bannya diisi angin sampai penuh, diperhatikan kembali dan tukang tambal bannya kembali menyampaikan hasil diagnosanya,"Ini cuma kehabisan angin, mungkin ada yang ngempesin."
"Ada yang ngempesin? Siapa, sih? Iseng banget!" gerutu Mita.
Jo angkat bahu dan agak lega sebab Mita nggak langsung menuduhnya.
"Lu?" Mita menatap mata Jo.
"Gue?" Jo kaget juga, dia berlagak polos. Tangannya dia tahan untuk tidak mengusap ujung hidung. Kalian tahu nggak, orang kalau bohong itu hidungnya mendadak gatal. Kalau nggak percaya coba saja.
"Lu bukan?" tanya Mita.
"Bukan." Hidung Jo makin gatal. Dia cengkeram tali tas punggungnya, menyembunyikan kebohongan itu di sana.
"Trus, siapa?"
"Nggak tau." Penjahat mana ada yang mau ngaku, ya, Jo.
Mita menepuk bahu Jo dengan lembut, "Gue yakin bukan lu, kok. Maaf kalau gue kayak nuduh. Gue malah mau terima kasih, lu udah capek habis tanding tapi masih mau bantuin dorong motor gue. Kalau nggak ada lu, gue belum tentu sanggup dorong motor ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jo dan Mita (Buaya Vs Macan PMS)- Na Jaemin|| Sudah Terbit Novel
FanfictionCerita kolaborasi Diandra dengan Om Jo penulis novel Bad Liar 1 dan 2, novel Udin Akew, sutradara Teras Film dan President Komunitas Peci Miring. --------++----+-++---- Jo yang playboy, jago bikin puisi cinta, jago merayu akhirnya kena batunya kete...