Pengecut Bau Kecut

106 75 41
                                    


Jo biasanya jarang membawa motornya ke sekolah. Kalau bukan untuk urusan mengantar Airin pulang sekolah dia lebih suka naik angkot. Di dalam angkot banyak cewek dari sekolah lain. Jo pasti memilih angkot yang isinya banyak cewek.

Jo harus menjemput Black, supaya tidak terlambat masuk sekolah dan hukuman dari pihak sekolah tidak bertambah lagi. Jo bisa saja tidak terlambat, tapi Black yang harus membantu ibunya berjualan nasi uduk pasti berpeluang untuk mendapat hukuman tambahan. Sebagai seorang sahabat, Jo nggak mau itu terjadi. Dia jemput Black yang baru saja merapikan warung nasi uduk ibunya yang mulai bukanya dari sebelum subuh. Pelanggan nasi uduknya kebanyakan pegawai dan buruh pabrik. Jam setengah tujuh pagi dagangan nasi uduk ibunya itu pasti sudah ludes.

Di rumah Black ada motor, hanya satu-satunya yang selalu digunakan ibunya Black untuk ke pasar, ke warung, dan mengantarkan pesanan risoles.

Jo salim, cium tangan ibunya Black.

"Jangan ngebut, ya, Jo," pesan ibunya Black.

"Baik, Bu." Jo menghidupkan motornya, Black langsung duduk diboncengan.

Mereka meluncur menuju ke SMA BANGSAT.

"Pelan amat, Jo. Bisa telat kalau kayak gini!" Black protes karena Jo tidak menyalip mobil di depan mereka. Setiap mobil itu berhenti, Jo mengerem motornya.

"Kata ibu lu, harus pelan-pelan," jawab Jo kalem.

"Nggak gini juga!"

"Nggak boleh melawan perintah orang tua , apalagi pesan ibu." Jo masih santai, menunggu hingga mobil itu maju.

"Lu, bisa lebih cepet dari ini, Jo. Nggak ngebut tapi cepet!"

"Gimana, tuh?"

"Salip mobilnya, salip lagi mobil yang di depan, trus aja jangan biarin ada yang nyalip, Jo! Buruan!"

"Kualatnya, lu yang tanggung, Black!"

"Buruan, salip!"

Jo ambil ancang-ancang belok ke kanan, menyalip mobil itu. Menyalip semua kendaraan. 80 km/jam, dan jarum spedometer terus naik. Semua kendaraan Jo libas, tidak terkecuali satu motor yang dikendarai anak berseragam SMA yang juga berboncengan.

Anak yang disalip nggak terima, langsung mengejar, dan memberikan manuver zig-zag ketika menyalip motor Jo. Yang dibonceng mengacungkan jari tengah dengan tampang meremehkan.

"Cupu!" ledek anak itu.

Jo nggak terima. Black juga sama. Hati mereka langsung panas.

"Kejar, Jo!" Black langsung lupa pesan ibunya.

Anak muda, kan, begitu, ya? Suka lupa pesan orang tua.

Jo menyalip dan menyejajarkan motornya dengan motor lawan, dia pepet. Saling adu suara knalpot. Saling melotot.

"Heh, bagong! Anak mana lu!" hardik Black.

"Gue anak BANGSAD, mau adu nyali? Hayo!" lawan mereka yang dibonceng membalas sembari mengacungkan kepalan tangan.

"Gue juga anak BANGSAT!" Black bentak balik."Gue nggak kenal, lu!"

"Gue BANGSAD! Bangsa Dua! Pake de, bukan te!" Ternyata lawan mereka dari SMA ANAK BANGSA DUA. Masih satu yayasan dengan sekolahan Jo dan Black.

Jo menoleh ke belakang, berkata kepada Black,"Dia anak BANGSAD, Black. Pake de, bukan te!"

"Gue udah denger, Jo!" tukas Black.

Mereka masih melaju dijalan raya saling pepet dan memainkan gas.

"Anak BANGSAT pake, te! Masih suka nete! Ke posyandu aja sana, biar dapet susu!" ejek anak SMA BANGSAD itu sembari tertawa, zig-zag memotong laju motor Jo.

Jo dan Mita (Buaya Vs Macan PMS)- Na Jaemin|| Sudah Terbit Novel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang