Terciduk di Tali Jemuran

133 70 44
                                    

"Woi!" seru Black kepada dua anak yang berboncengan motor itu. Black mengacungkan tinju."Berhenti, bagong!"

"Lu jangan teriak-teriak, Black!" Jo yang memacu motornya protes.

"Gue harus nyanyi?"

"Jangan! Kuping gue bisa makin sakit! Lu boleh ngapain aja asal jangan teriak di kuping gue!" Jo berteriak supaya suaranya ngaak disapu angin.

Black toyor kepala Jo. Dari arah belakang Bule menyalip, Joko yang memeluk pinggang Bule berteriak,

"Itu anaknya, Black?"

"Iya, kejar!" sahut Black.

"Hajar, Le!" Joko berseru dengan semangat.

Wus! Bule memacu motornya mendahului motor Jo. Anak yang dikejar menoleh ke belakang, lalu menambah kecepatan motornya saat melihat dua motor yang ditumpangi empat anak SMA mengejar, empat anak yang berteriak minta mereka berhenti sembari mengacungkan kepalan tangan. Terjadilah salip menyalip kendaraan dalam kecepatan tinggi, mereka meliak-liuk di antara sela-sela kendaraan lain. Sumpah serapah menghambur dari beberapa pengemudi yang terkejut karena mereka tiba-tiba memotong jalan dan melakukan manuver zig-zag.

Anak yang dikejar masuk ke dalam sebuah gang. Bule lebih dulu berbelok mengejar ke dalam gang, sedangkan Jo harus menarik tuas rem secara mendadak karena ada kucing yang melintas. Hampir saja terpeleset jatuh dan masuk ke dalam comberan yang ada di pinggir gang. Black dengan sigap menahan dengan kakinya, mereka berdua selamat nggak jadi mandi air comberan di tengah hari yang terik.

Jo dan Black kehilangan jejak. Ada persimpangan di dalam gang yang sempit itu.

"Kiri, kanan?" tanya Jo.

"Gimana baiknya aja menurut lu, Jo!" sahut Black sembari celingak-celinguk mencari Bule dan Joko.

"Oke, kanan aja. Kalau makan itu pakai tangan kanan. Kita mau makan orang, kan, Black?"

"Ayo, kita makan!"

Jo belok ke kanan, berpapasan dengan gerobak tukang somay. Karena gangnya sempit Jo terpaksa mengalah, memiringkan motornya. Black menahan dengan kakinya supaya motor nggak terjungkal masuk comberan. Ada aroma somay yang membelai hidung Jo saat gerobak melintasinya.

"Bang, bungkusin sepuluh ribuan. Jangan pakai telur!" Jo memesan tanpa turun dari motor.

"Kok, malah jajan somay?" Black protes."Keburu kehilangan jejak!"

"Lapar, Black!"

"Halah! Bang, bungkusin satu lagi!" Black turun dari boncengan motor dan langsung menghampiri tukang somay."Jangan pakai pare, Bang!"

Dua bungkus somay di serahkan oleh tukang somaynya. Black langsung kocok plastiknya supaya bumbunya kacangnya bercampur, dia gigit ujung plastiknya. Begitu juga dengan Jo sembari menyodorkan uang kepada tukang somay. Mereka pun kembali naik motor, menyusuri gang tersebut.

Tiba di ujung gang yang ternyata buntu. Di hadapan mereka ada tempat agak lapang yang penuh dengan jemuran pakaian yang tersangkut di tali jemuran. Di belakang jemuran ada tembok pembatas setinggi dua meter. Jo dan Black turun dari motor. Tengok kiri dan kanan, mencari jalan.

"Lewat sini bisa nggak, ya?" Black menunjuk ke jalan kecil yang lebih sempit dengan mulutnya yang masih sibuk mengunyah somay, dan dua tangannya memijit-mijit plastik somay.

"Cek aja dulu, ntar buntu, lagi," kata Jo dengan kelakuan yang sama, sebelah pipinya kembung penuh dengan kentang.

Keduanya berjalan ke arah jalan sempit itu, meninggalkan motor di dekat jemuran pakaian. Jo dan Black celingak-celinguk. Di samping Jo ada bangunan bilik semi permanen kecil bertuliskan kamar mandi umum. Bangunan yang berpintukan seng setinggi setengah badan orang dewasa. Black dan Jo melongok ke arah dalam bilik.

Jo dan Mita (Buaya Vs Macan PMS)- Na Jaemin|| Sudah Terbit Novel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang