01.

3.4K 149 62
                                    

"Aku tidak pernah meminta takdir untuk menyatukan kita, tetapi Tuhan lah yang berkehendak sehingga kita yang asing menjadi keluarga yang sesungguhnya,"

✧NAURA DEANA CLEMENTINE✧

HAPPY READING.

Pagi telah tiba dengan indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi telah tiba dengan indah. Mentari yang awalnya bersembunyi kini telah menampakkan dirinya, cahaya putih terpancar indah di atas sana hingga berhasil membuat mata manusia menjadi fres kembali. Menghilangkan kantuk yang semula menjerumuskan.

Kini, sepasang pengantin baru sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Sang suami yang tampak sibuk memakai baju, sedangkan sang istri sibuk menyiapkan peralatan sekolah. Tidak ada pembicaraan yang terjadi antar keduanya.

Mereka adalah Arsenio dan Naura. Mereka berdua sudah menjalani hidup sebagai sepasang suami istri, keduanya tampak tidak saling peduli. Mungkin, jika sang suami tidak bersikap dingin, Naura sudah pasti melayaninya. Tetapi mau bagaimana lagi? Arsenio justru bersikap dingin padanya semenjak Aluna dinyatakan meninggal.

Awalnya Arsenio terlihat tampak biasa saja, tetapi saat mendengar kabar Aluna yang di nyatakan telah meninggal dunia. Arsenio menjadi benci dan marah kepada Naura. Entahlah, Arsenio seperti memiliki dendam pribadi kepada gadis itu.

Saat ini Naura tengah mengikat tali sepatunya, hingga saat selesai dia mengikuti Arsenio yang tampak berjalan dengan terburu-buru.

"Kak! Kamu jangan ninggalin Aku dong! Masa iya Aku berangkat naik taksi?" Perkataan Naura berhasil menghentikan langkah Arsenio. Lelaki itu berhenti, berbalik badan dan menatap tajam ke arah Naura. Dia tidak pernah menampakkan wajah santai, tatapannya selalu tajam dan auranya pun selalu dingin.

Sedangkan Naura yang di tatap seperti itu langsung ciut sendiri, dia takut melihat sisi gelap suaminya.

"Lo pergi sendiri!" ucap Arsenio dan langsung meninggalkan Naura sendiri di depan rumah.

Setelah Arsenio menghilang dari penglihatannya, Naura langsung menitikkan air matanya. Dadanya terasa sesak.

Naura menatap nanar pada pintu gerbang rumahnya. "Baru dua hari tapi kok rasanya sesakit ini yah? Enggak, enggak boleh! Aku enggak boleh lemah! Pokoknya, Aku harus rebut hati kak Nio dari pacarnya." Tekad yang bulat sudah mendarat bebas di atas otak Naura.

Statusnya yang telah menjadi istri Arsenio membuat hati kecil Naura menuntut lebih dari apa yang dia dapatkan.

Setelah menanamkan sebuah tekad pada dirinya, Naura berjalan menuju bagasi dan mengambil satu buah motor metic yang tak lain adalah miliknya. Naura baru mengingat motor itu saat memegang ponselnya, Naura bahkan memukul jidatnya sendiri saat berniat untuk memesan taksi, padahal dia bisa naik motor sendiri.

ARSENIO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang