"Tuhan itu maha adil. Maka dari itu, dia memberikan karma agar kita sadar, bahwa yang ada tidak akan selalu ada."
ARSENIO LAKSH TAKSA.
HAPPY READING.
"LO DARI MANA AJA ANJ*NG! GUE CARI SAMPAI BENSIN GUE HABIS DAN RELA DORONG SAMPAI PON BENSIN. LO MIKIR ENGGAK SIH? KITA SEMUA KHAWATIR SAMA LO, HAH?!" setelah satu minggu menghilang, Arsenio akhirnya benar-benar kembali. Namun, dia tidak menyangka bahwa semua sahabatnya menjadi marah akan tindakannya itu.
"Sorry," Arsenio menatap para sahabatnya dengan perasaan bersalah. "Gue nyari Naura. Gue juga enggak tau kalau lo semua bakal sebaik itu buat cari gue, harusnya enggak usah."
Furzio yang sedang menarik kerah baju Arsenio perlahan-lahan menjauh sebanyak dua langkah dari Arsenio. Tatapannya masih penuh kekesalan, dia tidak suka cara Arsenio yang lebih memilih pergi sendiri ketimbang bersama mereka.
"Buat apa lo jadiin kita sahabat kalau nyatanya kita enggak di anggap?" celetuk Alvano. Sedari tadi dia hanya diam, menunggu celah untuk dapat mengeluarkan pendapatnya.
Arsenio menatap Alvano, menggelengkan kepalanya pelan, seakan memberikan tanda bahwa ucapan Alvano tidak benar. "Lo salah Van, gue cuma enggak mau buat lo semua terbebani sama masalah gue. Di sini gue yang salah, dan lo semua seharusnya enggak usah ikut andil. Hari ini kita uts, dan kalau aja lo semua ikut kemarin, apa lo punya waktu untuk belajar? Enggak 'kan? Jadi, plis. Sekali ini aja, setelah ini lo semua bebas mau nemenin gue sampai ujung dunia pun gue bolehin. Tapi untuk sekarang, fokus ke sekolah dulu," jawab Arsenio.
Semua tidak menyahut lagi. Mereka memilih diam dengan pikiran masing-masing. Ucapan Arsenio ada benarnya, tapi di sini mereka sodara. Harusnya Arsenio tidak perlu berpikir dua kali untuk meminta bantuan kepada mereka. Setidaknya Arsenio menunggu mereka, atau meminta saran dari mereka.
Alvin melirik Arsenio, tatapan pemuda itu seperti enggan untuk menatap pada ketuanya. "Setidaknya lo hubungi kita, atau hp lo di aktifkan. Setidaknya lo ada kabar, jangan main ilang aja kayak enggak punya perasaan. Kita cariin lo sampai ke markas Alan Nio, tapi tetap aja lo enggak ketemu. Lo bilang cari Naura 'kan? Tapi kenapa pas kita ke sana lo enggak ada?" ucapnya.
Arsenio berbalik badan, menatap Alvin yang fokus pada ponselnya. Arsenio tau, lelaki itu tidak bersungguh-sungguh memainkan ponselnya, semua itu hanya permainannya saja. "Sorry."
Pada akhirnya semua hanya mampu mengangguk, karena berlama-lama dengan amarah pun tidak baik. "Gue masih marah," ujar Hendrie dan meninggalkan para sahabatnya.
Sekarang mereka sedang berada di taman sekolah. Tadi, saat melihat Arsenio mereka langsung menarik lelaki itu ke taman dan berakhir adu mulut itu terjadi. Nayla juga ada di sana, ikut menatap jengah pada mantan kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENIO (END)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA!❗ "Lo dan gue cuma di jodohin! Jadi, lo enggak usah berharap lebih! Karena gue cintanya sama Nayla, bukan lo!" "Aku tau itu!" Cinta segitiga sama suami sendiri? Bagaimana itu? Suaminya mencintai gadis lain, dan dia mencinta...