9

2 2 0
                                        

Yuna sudah kembali dari tidurnya dan melihat sahabatnya ryujin tengah memainkan ponselnya, biasa perempuan itu akan bermain game diponselnya seperti tidak ada hari lain.

"Ryujin." Panggil Yuna.

"Kau sudah bangun. Apa kau ingin sesuatu?" Ucap ryujin yang langsung meletakkan ponselnya disofa ruang rawat VVIP itu.

"Aku ingin minum ryujin." Ucap Yuna.

"Baiklah." Ucap ryujin lalu mendekat dan memberikan Yuna minum dengan sedotan.

"Sudah?"

"Hmmm" ucap Yuna mengangguk.

"Oke. Sekarang mau bercerita denganku?" Ucap ryujin duduk disebelah ranjang Yuna.

"Bercerita apa?" Ucap Yuna bingung.

"Kenapa kau bisa begini. Tentu saja." Ucap ryujin ketus.

"Aku juga tidak mengerti ryujin. Tapi, bagaimana caranya kau bisa menemukan ku di apartemen ku?" Ucap Yuna bingung.

"Tentu saja. Kau taukan aku punya ikatan yang sangat kuat dengmu. Sekarang katakan padaku, apa yang terjadi?" Ucap ryujin.

"Tidak ada." Ucap Yuna.

"Kau marah karena Jaemin melakukan hal itu dengan jera?" Ucap ryujin mencoba membaca pikiran sahabatnya itu.

"Tidak. Aku tidak punya hak untuk marah bukan? Aku hanya tidak ingin mimpi yang ku ceritakan itu terjadi ryujin. Aku tidak mau anakku bernasib sama dengan mimpiku. Aku sudah berulang kali mengatakan, kalau aku tidak akan bermain hati dengan Jaemin. Aku juga tidak mengerti, tapi aku merasa tidak terima dengan hal yang dilakukan oleh Jaemin. Aku merasa sangat aneh dengan hatiku. Aku tidak tau ryujin, aku sangat bingung." Ucap Yuna dan menangis seketika hingga ryujin langsung memeluk sahabatnya itu.

"Kau hanya terlalu memikirkannya saja Yun. Lagian kau tidak sendirian. Kau punya aku dan Lia jadi jangan merasa sendiri sayang." Ucap ryujin sembari menenangkan nya.

"Aku benar-benar sangat kacau ryujin." Ucap Yuna menangis dan menangis dan ryujin hanya bisa menenangkan nya saja.

.
.
.
.
.

Jaemin yang berada dirumah dia dan Yuna saat ini. Masih terdiam di dalam kamarnya lalu melihat kotak yang selalu dia bawa kemanapun. Iya, itu dari temannya dulu. Lalu jaeminpun membukanya dan diapun melihat boneka Beruang yang dulu telah lama dia simpan.

"Apa Yuna ada kaitannya dengan ini?" Ucap Jaemin melihat boneka itu.

"Tapi tidak mungkin. Aku saja tidak ingat siapa yang memberikanku ini, bahkan aku sudah berusaha mengingatnya tapi tidak bisa. Ayolah Na Jaemin, kau pasti banyak pikiran. Mari istirahatkan tubuhmu ini. Tidur sekarang adalah hal yang baik." Ucap Jaemin lalu kembali memasukkan boneka itu kedalam kotak itu dan meletakkan diatas nakas lalu menutup matanya dan tertidur.

Didalam tidurnya diapun bermimpi dengan sangat indah namun berakhir menyedihkan.

Jaemin terlihat baru saja pulang bekerja di kantor seperti biasanya lalu diapun menuju dapur dan melihat istrinya sedang memasak untuk makan malam mereka tanpa menyadari kedatangannya. Melihat istrinya itu, jaeminpun mendekat dan memeluk tubuh mungil itu dari belakang.

"Nana. Kau membuatku kaget, untung saja jantung ini sangat baik." Ucap Yuna menetralkan jantungnya yang berdetak dengan sangat cepat.

"Maaf. Habisnya aku sangat merindukanmu. Aku juga sangat merindukan aroma tubuh ini.* Ucap Jaemin yang semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Yuna.

"Sudah selesai tuan Na ayolah. Masakan ini belum selesai." Ucap Yuna mempoutkan bibirnya dengan sangat lucu.

"Baiklah. Aku akan melepaskanmu. Aku akan mandi dulu, lalu jangan harap aku akan melepaskanmu." Ucap Jaemin lalu dengan berat hati masuk kedalam kamar mereka berdua dan bersih-bersih dengan sangat cepat lalu kembali kemeja makan lalu jaeminpun langsung mendekat dan duduk dihadapan istrinya itu.

Besitzer meines Herzens Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang