Dua hari berlalu dan Anneth akhirnya bisa menginjakkan kaki lagi di sekolah. Vanya yang notabenenya selalu penasaran akhirnya mendesak Anneth untuk menceritakan bagaimana pengalamannya bersanding dengan Jonathan pada malam itu.
"Biasa aja! Tapi tantenya Kak Jo rese! Anneth direndahin mulu!" sebalnya dengan bibir maju beberapa centi.
Nando terkekeh gemas melihat ekspresi itu, apapun yang Anneth lakukan selalu saja lucu di mata Nando.
"Kenapa gitu, ya? apa keluarga Jo emang semuanya songong begitu?" pikir Vanya setelah mengingat sifat Jo saat awal mereka berteman.
"Gak, kok. Mama sama papanya Kak Jo baik banget. Anneth sampai bengong, bahkan Kak Jo sendiri gak nyangka." Penjelasan Anneth semakin membuat Vanya kepikiran.
"Mungkin karena lo adiknya Kak Lyra kali! Kalo bukan, bisa jadi sikap orangtuanya kayak tantenya juga!" Dengan wajah serius Vanya menjelaskan, alisnya bahkan naik sebelah sangking mendalami gosip.
Nando berdecak heran, mengapa Anneth yang lugu bisa dipertemukan dengan Vanya yang berisik. "Gak boleh berpikiran seperti itu, Van. Jangan ngajarin Anneth jadi orang yang suka berprasangka buruk kayak lo, ya!"
Vanya mendesis sebal, diliriknya Nando melalu ujung mata kemudian tersenyum begitu manis menatap Anneth.
"Neth, kok di sini auranya gak enak gitu, ya? kayak ada yang ngomong tapi orangnya gak ada! serem, gak, sih?!" ungkapnya dengan ekspresi yang dibuat-buat.
Seketika Nando mengusap wajah Vanya dengan telapak lebarnya. "Heh! enak bener kalo ngomong!"
"Ya, emang enak, hehe."
***
"Daddy udah mau pergi lagi?"
Sepulang Anneth dari sekolah ia berpapasan dengan sang ayah di depan pintu utama. Dengan tuxedo rapih berdiri dengan gagah bersama satu orang kepercayaannya, tak lupa Lyra yang telah bersiap mengantarkan keberangkatan sang ayah.
"Iya, Dad harus melanjutkan pekerjaan yang kemarin tertunda, Sayang." Tangan lebarnya mengusap lembut rambut Anneth yang kini memasang wajah masam. "Setelah semua selesai, Daddy akan kembali. Mungkin menggantikan Lyra untuk menjagamu!"
Mendengar itu Anneth mendadak diam, matanya seketika melirik sang kakak yang sejak tadi tertunduk pasrah. Jika ayahnya sudah berkehendak mereka tak dapat membantah.
"Terus siapa yang akan mengurus perusahaan di sana, Dad?" tanya Anneth, berharap nama yang ada dalam kepalanya tak disebutkan oleh sang ayah.
"Tentu saja Lyra."
Lagi-lagi Anneth dibuat bimbang, mendengar keputusan sang ayah dan melihat keterdiaman Lyra akhir-akhir ini membuatnya berpikir bahwa telah terjadi sesuatu di antara mereka berdua.
Yang Anneth duga tak hanya diberi teguran oleh sang ayah akibat percobaan bunuh dirinya kemarin, Lyra pasti mendapat hal yang lebih dari itu. Merasa kasihan dengan sang kakak, tapi ia tak merasa bersalah sama sekali.
"Baiklah, Daddy pergi dulu. Ingat Lyra, tak ada kejadian seperti kemarin lagi. Dan Anneth, tak ada percobaan-percobaan aneh lagi. Daddy tak ingin mendengar kamu ingin mencoba hal-hal yang dapat membahayakan nyawamu seperti kemarin!" tegas Alexander.
Keduanya mengangguk patuh, membuat Alexander seketika memeluk dua putrinya. Dikecupnya secara bergantian kemudian berlalu memasuki mobil yang sejak tadi sudah menunggu.
Setelah Alexander menghilang dari pandangannya, Lyra segera masuk menuju kamar sedangkan Anneth pun memilih membersihkan diri di kamarnya.
Gadis itu berbaring setelah semua selesai ia lakukan, otaknya terasa penat memikirkan ini dan itu. Bayangan saat Lyra tak ada di sampingnya kemudian masuk ke dalam pikiran, ketika Lyra sudah tidak di sini, siapa yang akan membantu membereskan semua kekacauan yang telah ia perbuat.
"Anneth gak mau pisah dengan kakak!"
Segera ia bangkit, kakinya melangkah cepat menuju kamar sang kakak dan tanpa mengetuk dan mengatakan apapun Anneth masuk. "Kak!" panggilnya.
Yang dipanggil pun menoleh, menatap bingung kepala dengan rambut emas yang berada di ambang pintu. "Ada apa, Neth?"
"Beneran kakak mau pindah?"
Lyra mengangguk mantap, jika ayahnya sudah berkata seperti itu Lyra tak akan bisa menolak. "Ya, Anneth dengar sendiri, kan?"
Gadis itu mengangguk, kini ia sepenuhnya masuk ke dalam kamar Lyra, duduk di atas tempat tidur tepat di sebelah sang kakak. "Kalau gitu Anneth ikut, ya?"
"Mana mungkin, Anneth kan sekolah. Apalagi Daddy sudah menawarkan diri untuk jagain Anneth di sini."
Gadis itu menggeleng kuat, matanya sudah berkaca-kaca dengan bibir melengkung. "Gak mau! Anneth ingin dijaga kakak aja."
Lyra mengangguk paham. "Kalau gitu Anneth bilang sendiri sama Daddy."
Lagi-lagi Anneth menggeleng. "Takut," cicitnya.
Jika selama ini orang-orang berfikir Anneth tak takut siapapun dan apapun itu sebenarnya salah besar, satu orang yang selama ini Anneth takuti adalah sang ayah. Meski tak pernah dimarahi dan malah menjadi putri tersayang, ia tetap saja tak berani membantah Alexander.
Dalam hati Lyra tersenyum, rupanya gadis itu masih takut pada sang ayah. Ia kira selama ini Anneth sudah berani, tapi ternyata tidak. Dengan begini Lyra dapat mengendalikan Anneth, meski tak sepenuhnya bisa tapi setidaknya dapat dibatasi.
"Kalau gitu Anneth harus jadi anak baik. Ingat janji Anneth saat ingin pergi bersama Malvin, kan? Dua minggu."
Gadis itu mengangguk membenarkan. "Tapi Anneth sekarang belum bermain sama sekali setelah itu."
"Ya, tapi Anneth pernah ingin melanggarnya, kan?"
Seketika Anneth memutar ingatannya, mengingat bahwa ia hampir membawa Jonathan ke gudang bawah sebelum akhirnya digagalkan oleh Lyra.
"Itu refleks, kak. Anneth tidak sepenuhnya sadar. Selain itu, Anneth kesal dengan keluarga Jo yang hanya baik pada Anneth hanya karena Anneth adiknya kak Lyra."
Lyra mengangguk paham, lama tak membawa Anneth pada psikiater membuat gadis itu sulit mengatur emosi, orang yang mengalami gangguan seperti Anneth memang sulit mengendalikan suasana hatinya.
"Setelah pulang dari pesta, siapa yang memberikan jaket itu pada Anneth, apa Jonathan?"
"Jaket?" Seketika Anneth teringat dengan benda itu, selama keluar dari rumah sakit ia tak melihat benda itu lagi di kamarnya. Anneth benar-benar melupakan benda penting itu.
"Kakak menyimpannya di mana sekarang? Anneth gak liat itu di kamar tadi," bingungnya.
"Di suatu tempat, itu jaket laki-laki Annetha, siapa? Jo? Tapi yang kakak lihat di cctv itu bukan milik Jo."
Benar, setelah kejadian Annetha membuat Lyra dengan segera memeriksa seluruh keamanan mansion termasuk melihat cctv. Namun, yang Lyra lihat tak ada jaket yang Anneth kenakan setelah kepergian Jo melainkan Anneth yang membawanya ketika pergi dari suatu tempat yang tak Lyra ketahui.
Ia pikir bisa saja Anneth bertemu lagi dengan Jo di luar mansion dan Jo yang memberikan Anneth benda itu tapi tak mungkin Jonathan membiarkan adiknya pulang seorang diri jika dipikir-pikir.
Lalu siapa?
"Entah Anneth juga lupa," tuturnya pelan. Otaknya memutar kembali memori pada hari itu, disaat ia duduk sendirian kemudian tiba-tiba seorang laki-laki datang menyampirkan jaket ke tubuhnya.
Namun tiba-tiba mata biru Anneth menatap Lyra dengan tajam. Perawakan laki-laki itu, caranya berjalan dan perhatiannya sama dengan ...
"Apa kakak tidak membunuhnya?!"
Jangan lupa vote
Dan komen ya ;))Salam
Arsetia_6 Juni 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Cute but Psyco
RandomHighest Rank #283 of 33,1k in Random [18/04/20] #432 of 23,7k in Roman [16/01/2021] #428 of 36,6k in Indonesia [25/1/2021] #79 of 9,54k in bad [26/05/2023] #495 of 18k in acak [28/10/20] Annetha Zalora Roozelt. Siapa yang tidak mengenal gadis manis...