Saat ini Lyra tengah bersantai di sebuah restoran mewah yang hanya bisa dikunjungi oleh orang-orang tertentu saja.
Biasanya setiap orang yang ingin makan di tempat tersebut harus mempersiapkan kartu platinum agar bisa masuk ke sana. Selain itu mereka pun harus reservasi dari jauh-jauh hari sebelum berkunjung.
Tetapi berbeda dengan Lyra, gadis itu bisa keluar masuk restoran ini sesuka hati sebab ia sangat dekat dengan sang pemilik restoran.
Terbukti saat ia kini tengah duduk menikmati aroma vanila dari ruangan VIP miliknya. Sambil menunggu kedatangan seseorang, Lyra menikmati beberapa cemilan dipadukan dengan Geisha coffee, kopi yang tumbuh di gunung tertinggi di Panama serta salah satu minuman andalan di restoran ini. Harganya tentu saja tak lazim hanya untuk mendapatkan segelas kopi.
Setelah beberapa menit kemudian, munculah seorang pria yang Lyra tunggu sejak tadi.
"Sudah lama menunggu, Lyra?"
Tanya pria yang bisa dikatakan cukup tampan."Tidak juga, Om," balas Lyra seraya tersenyum manis.
Pria yang berada di hadapan Lyra ini bukan lah teman bisnis sang Ayah ataupun keluarganya, melainkan orang yang disukai Lyra sejak dulu.
Lyra memanggilnya Om sebab umur mereka yang jauh berbeda, pria itu berusia dua puluh delapan tahun, yang artinya umur mereka terpaut delapan tahun.
"Om, apa Om punya kenalan Dokter? Dokter yang bisa menjaga rahasia,"
tanya Lyra."Dokter? Hmm, sepertinya ada beberapa. Tapi Dokter apa yang kamu perlukan? Dokter spesialis atau Dokter pribadi?" tanya pria itu juga.
"Lebih tepatnya Psikiater, Om. Aku merasa Anneth sudah semakin sulit dikendalikan. Dia terus membantah perkataan ku," jelas Lyra.
"Om mengerti, di usia kamu yang masih muda ini sangat sulit untuk menjaga adik dengan kepribadian langka seperti Anneth. Tapi tenang, Om pasti akan membantu kamu," ucap pria itu sambil menepuk puncak kepala Lyra menenangkan.
***
Sudah tiga hari berlalu setelah kematian Malvin. Kini Anneth sedang menghayati perannya, peran seorang gadis yang bersedih karena kasus hilangnya sang teman.
"Anneth, Oii, Neth!" Teriak Nando.
"Iya? Kenapa, Nando?" Tanya gadis itu.
"Lo kenapa? Kenapa melamun gitu? Jangan melamun, dong. Kangen liat muka gemesnya Anneth, nih." Tangan cowok itu terulur menjepit pipi Anneth dengan jarinya.
"Biasa, mikirin kakak kelas kesayangan yang gak ada kabar berhari-hari," sahut Vanya.
Anneth menatap Vanya sebal, membuat dua pipi gembil itu menggembung. "Kalian gimana, sih? Kak Malvin itu hilang tapi kalian malah santai-santai begini, bukannya Anneth ada rasa sama kak Malvin, tapi Anneth itu cuma khawatir."
"Gak usah pura-pura deh, Net. Gue tau kok kebenarannya," ujar Vanya sambil tersenyum menggoda.
"Malvin pasti masih di rumah neneknya, mungkin lagi refreshing sama temen-temennya di sana," lanjut Nando menenangkan meski ia pun bingung dengan keberadaan seniornya itu.
Disaat Anneth ingin kembali menjawab, mereka bertiga seketika menoleh ketika seseorang berdiri di depan pintu kelas.
Seseorang itu adalah Jonathan Willie Hattric. Sejak berkenalan dengan Anneth, cowok itu selalu saja datang ke kelas Anneth setiap jam istirahat.
Jonathan sangat tertarik dengan Anneth, ia bahkan rela pergi ke kantin untuk makan bersama Anneth. Padahal ia sangat membenci tempat itu karena semua gadis yang ada di sana akan menatapnya terus-menerus hingga membuatnya merasa tidak nyaman.
"Anneth, ke kantin, yuk," ajak Jo.
Setelah melihat kehadiran Jo, Anneth langsung beranjak dari tempat duduknya.
"Vanya, gak ke kantin?" Tanya gadis itu.
"Gak, lebih baik gue mati kelaparan daripada dengerin omongan songong dia!"
Sejak kejadian Jo berkata buruk tentang Malvin, Vanya jadi tidak menyukai cowok itu karena sifat angkuh dan sombongnya.
Cukup sudah Vanya bersabar mendengar ocehan tidak berguna dari Jonathan selama tiga hari akhir-akhir ini.
"Jadi cewek jangan suka baperan ... kasian nanti yang jadi cowo lu." sela Nando mengacak-acak rambut Vanya hingga berantakan.
"Bodo amat, mending Lo pergi! Gue muak liat tu muka lama-lama," usir Vanya seraya melempar tatapan tajam pada Jo.
Vanya sengaja menatap Jo secara terang-terangan agar hal itu membuat Jo merasa terintimidasi olehnya.
Beberapa saat kemudian, Anneth, Nando, dan Jonathan akhirnya pergi menuju kantin tanpa Vanya. Tiba di sana, Jo benar-benar memperlakukan Anneth bagai seorang ratu berwajah lugu. Cowok itu bahkan tidak membiarkan Anneth berdiri dan ikut mengantri.
Semua yang ingin Anneth makan selalu diberikan oleh Jo. Segala pesanan Anneth dan Nando ia yang menanggung. Sebab Nando termasuk teman dekat Anneth, akhirnya cowok itu juga ikut kecipratan.
Di sela waktu makan mereka, Nando lagi-lagi kembali membahas tentang Malvin.
"Neth, kamu gak usah mikirin Malvin terus, ya. Semua udah diurus sama anak basket," ucap Nando saat melihat gadis itu kembali melamun.
"Serius? Tapi tetap aja Anneth khawatir," jawabnya sambil menunduk sedih.
"Tenang, Neth. Kita udah lapor polisi, kok. Keluarga Malvin juga gak tinggal diam, jadi kemungkinan kita bakal bawa Lo ke kantor polisi untuk diinterogasi sebagai saksi," jelas Nando.
"Kenapa kalian bahas Malvin terus?!"
Sela Jo kesal. "Paling dia lagi ada di suatu tempat, mungkin aja dia sembunyi," lanjut Jo.Anneth menyatukan kedua alisnya.
"Maksud kamu, apa? Kenapa Kak Malvin harus sembunyi?" Bingung Anneth."Mungkin aja dia lagi sembunyi karena menghindari penagih hutang,"
tutur Jo disusul tawa terbahak-bahak nya.Entah kenapa Anneth merasa tak suka. Ia memilih berdiri dan menaruh selembar uang bernilai paling tinggi di atas meja.
"Anneth ke kelas duluan, ya. Anneth lupa ngerjain tugas," pamitnya kemudian berlalu pergi meninggalkan Nando dan Jo.
Keduanya tak tau jika gadis itu tengah merencanakan sesuatu yang buruk.
Buruk untuk dirinya, Lyra, nama baik Ayahnya, dan terutama buruk untuk seorang ...
Jonathan Willie Hattrick!
Jangan lupa votemen 🌟
Jangan sider
Dosa 🔪Salam
Arsetia_5 September 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Cute but Psyco
RandomHighest Rank #283 of 33,1k in Random [18/04/20] #432 of 23,7k in Roman [16/01/2021] #428 of 36,6k in Indonesia [25/1/2021] #79 of 9,54k in bad [26/05/2023] #495 of 18k in acak [28/10/20] Annetha Zalora Roozelt. Siapa yang tidak mengenal gadis manis...