6. Neraka!

3.5K 250 0
                                    

"Sayang, dia siapa?" Tunjuk gadis itu pada Anneth.

Anneth hanya tersenyum sambil mengulurkan tangannya. "Kenalin, namaku Anneth, kak. Adik kelas kak Malvin."

"Loh, kok- " ujar gadis itu bingung.

"Udah, yuk kita pulang," ucap Malvin memotong perkataan kekasihnya.

Malvin langsung merangkul bahu gadis itu untuk mengikuti langkah kakinya. Ia menoleh ke arah Anneth lalu melambaikan tangannya.

Begitu pula dengan Anneth, ia membalasnya dengan lambaian, di tambah senyum manisnya.

Saat Anneth berbalik, ia menemukan pak Damit yang ternyata masih duduk disana. Anneth pun berjalan menghampiri pak Damit.

"Udah selesai kangen-kangenannya?" Goda Pak Damit.

Anneth tak menanggapinya. “Pak, tawaran bapak tadi masih berlaku, gak?” Anneth tersenyum memperlihatkan gigi putihnya membuat matanya menyipit.

Hari ini ia harus mencari korban. Ia kesal dengan senior yang bernama Malvin itu. Anneth merasa Malvin hanya mempermainkannya, jika cowok itu sudah mempunyai pacar kenapa dia masih mencoba mendekatinya.

Meski Anneth tidak memiliki rasa apapun pada Malvin. Tapi tetap saja itu membuatnya kesal, Anneth juga bisa bermain-main dengan cowok itu, bukan hanya Malvin saja yang pandai mempermainkannya.

“Hmm.” Pak Damit menaruh jari telunjuknya di dagu. Matanya melihat ke atas seperti orang yang sedang berpikir.

“Sepertinya sudah kadaluarsa,” canda pak Damit.

“Ya udah pak, gak papa Anneth bisa naik ojek online kok,” ujar Anneth lalu mulai menyalakan ponselnya.

Pak Damit berdiri lalu berjalan melewati Anneth, tiba-tiba ia berhenti berjalan dan menghadap Anneth.
“Anneth ... ayo saya antar.”

Anneth tersenyum. “Makasih pak. Tapi Anneth di antar ke rumah aja ya, gak jadi ke kantor kakak.”

“Iyaa, Anneth mau kemana saja tetap saya antar,” goda pak Damit.

“Kalau Anneth mau ke neraka, Pak Damit mau anterin, gak?” tanya Anneth berjalan di samping pak Damit.

Pak Damit tertawa pelan. "Ternyata kamu lucu juga," ucap Pak Damit yang menganggap perkataan Anneth adalah sebuah candaan.

Anneth memalingkan wajahnya seperti gadis yang merona jika digoda oleh lelaki. Padahal tak ada yang tau jika ia sedang tersenyum sinis.

"Sebentar lagi kau akan ke neraka, Pak Damit!" Batinnya.

***
Mobil pak Damit kini tiba di halaman luas rumah Anneth. Gadis itu turun dari mobil dan mengajak pak Damit untuk mampir terlebih dahulu. “Pak, masuk dulu yuk,” ajak Anneth.

“Terima kasih tawarannya, tapi saya langsung pulang aja,” tolak pak Damit dengan sopan.

“Jangan pak, nanti Anneth dimarahin Daddy. Kata Dad, kalau orang yang Anneth kenal udah masuk ke gerbang rumah ini, dia harus di ajak masuk ke dalam walau hanya sekedar untuk minum teh saja.”

Pak Damit tersenyum. "Ternyata kamu anak yang baik, tetap seperti ini ya, Anneth. Selalu mengingat ajaran orang tua."

"Iya, Pak."

Anneth berjalan terlebih dahulu diikuti oleh Pak Damit yang mulai berdecak kagum melihat kemewahan rumah Anneth.

Gadis itu membuka pintu utama, mempersilahkan Pak Damit untuk masuk dan duduk di sofa ruang tamu.

"Pak Damit mau minum apa? Anneth punya bermacam-macam jus, kopi, teh dan Anneth punya susu," tawar Anneth.

"Susu? Saya ingin Jus aja deh," jawab pak Damit dengan penuh canda.

Cute but PsycoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang