10. Menusuk 🔪

2.4K 172 12
                                    

Hening.

Keadaan mobil Malvin sangat hening. Bahkan suara musik dari pemutar suara pun tak ada.

Demi menghilangkan kebosanan, akhirnya Anneth membuka perbincangan.

"Kak Malvin rumahnya di mana? Jauh gak dari rumah Anneth?"

Malvin menoleh padanya sekilas lalu kembali fokus mengemudi. "Lumayan, kenapa emang? Anneth mau ke rumah?"

Anneth mengangguk. "Nanti Anneth jalan-jalan ke rumah Kak Malvin. Kenapa Kak Malvin gak bilang kalau rumahnya jauh, tau gitu mending Anneth minta temenin Vanya aja."

Malvin terkekeh. "Gak apa-apa, inikan pertama kalinya kita jalan berdua. Jadi gak mungkin aku tolak," jawab Malvin.

Anneth mengangguk saja.

"Ohiya, yang tadi itu kakak kamu, ya? Tapi kok kayaknya aku pernah liat kakak kamu sebelumnya," tanya Malvin.

"Mungkin Kak Malvin liatnya di internet. Kak Lyra emang sering masuk majalah bisnis, katanya Kak Lyra masuk ke dalam top 5 pengusaha sukses. Apalagi Kak Lyra masih muda banget, kata Daddy, Kak Lyra itu termasuk pemimpin perusahaan termuda."

Malvin mengangguk-angguk mendengar penjelasan Anneth. "Pasti Kak Lyra sibuk banget."

Anneth mengangkat bahunya tak tahu. "Mungkin, tapi Kak Lyra sering di rumah kok bantuin Anneth kalau lagi butuh. Kalau Daddy baru sibuk, jarang telpon Anneth. Pulangnya juga lama banget," ucapnya seolah-olah merasa sedih.

Padahal kenyataannya tak seperti itu. Ayahnya bahkan menelpon setiap hari. Itu ia lakukan agar mendapat simpati dari Malvin.

"Gak apa-apa, itu artinya Daddy kamu sayang sama kamu. Dia kan kerja biar bisa memenuhi kebutuhan kamu juga."

***
Sampai di toko buku, keduanya sibuk menyusuri rak-rak yang berjejer rapi. Anneth menoleh sekilas pada cowok yang berada di sebelahnya itu.

"Kak Malvin suka novel, gak?"

Malvin menggeleng pelan. "Aku lebih tertarik sama komik gini," ucapnya memperlihatkan buku komik bertema detektif yang ada di tangannya.

Anneth mengangguk paham. "Padahal novel ini juga bagus, Kak. Bukan tentang percintaan, tapi tentang dunia gelap! Tentang bagaimana seseorang membunuh manusia secara tragis dan mengerikan."

Malvin menoleh pada gadis itu. "Kamu suka hal-hal yang berbau psycopath?" tanya Malvin.

Anneth mengangguk lagi. "Anneth suka banget! Anneth juga suka membunuh," ucapnya jujur.

Malvin terkekeh geli mengacak gemas rambut gadis itu. "Ada-ada aja kamu," ucapnya kembali melanjutkan kegiatannya mencari buku komik.

"Anneth serius, Kak."

Malvin menoleh lagi, keningnya mengerut menatap bingung saat gadis itu mengeluarkan sesuatu di balik tas kecilnya.

Pisau lipat.

Ctakk

Pisau lipat yang terlihat mengkilap kini mengacung tepat di depan wajah Malvin.

Tiba-tiba Anneth terkikik lucu. "Wajah Kak Malvin lucu kalau tegang."

Malvin menghembuskan nafas lega, menggeleng heran melihat tingkah gadis itu. "Kenapa kamu bawa benda kaya gitu, Anneth?"

Anneth tersenyum sangat manis. "Ini hadiah ulang tahun Anneth dari Daddy, jadi Anneth bawa terus biar gak kangen. Lagi pula ini hanya mainan, gak setajam keliatannya," jelas Anneth. Tentu saja ia berbohong soal hadiah dari sang Ayah.

Cute but PsycoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang