16. Sinis 🔪

1K 100 5
                                    

Genap seminggu sejak kematian Malvin, artinya Anneth boleh mencari mangsa baru lagi.

Tentu saja gadis itu telah mengincar seseorang. Seorang laki-laki yang sombong akan derajat keluarganya serta orang yang pernah menjelek-jelekan Malvin.

Memang aneh, padahal Anneth sendiri yang telah menyiksa Malvin hingga cowok itu mati, tapi di sisi lain ia merasa murka sang senior dihina oleh Jonathan begitu saja.

Anneth kini tengah duduk di meja rias milik kakaknya seraya menyisir rambut menggunakan jari-jari mungilnya.

"Ya ampun, Anneth. Kamu ngagetin kakak saja! Kakak pikir kamu hantu,"
seru Lyra dengan rambut basah akibat baru selesai membersihkan diri.

"Gak ada hantu yang punya rambut emas seperti Anneth, Kak," balas gadis itu dengan wajah cemberut.

"Kalau Anneth ke sini, pasti Anneth lagi pengen sesuatu, kan?" Tebak Lyra seraya mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.

Dengan cepat Anneth berbalik menghadap sang kakak. Ia kemudian mengeluarkan senyum andalannya. Senyuman yang bisa meluluhkan hati semua orang.

"Ini sudah seminggu sejak kak Malvin gak ada. Anneth punya target baru, Kak. Tapi Anneth butuh bantuan kakak," ujar Anneth dengan wajah yang dibuat semenggemaskan  mungkin guna meluluhkan hati sang kakak.

Melihat itu Lyra memutar bola mata jengah. "Iya sudah, kakak akan bantu, tapi orang yang kali ini kamu mau ... gak aneh-aneh, kan?"

"Enggak kok, Kak. Hanya saja dia sedikit sombong. Besok Anneth bawa dia ke rumah, deh," jawabnya dengan antusias.

Keantusiasan itu dibalas anggukan oleh Lyra, ia jadi tak tega menolak sang adik. "Oh iya, lusa kakak bakal ada acara bareng rekan kerja. Kamu sendirian di rumah gak apa-apa, kan?"

"Gak apa-apa, Kak. Anneth sudah besar jadi kakak gak pulang juga gak apa-apa," balas Anneth.

"Iya gak apa-apa. Tapi gimana kalau kakak pulang, rumah ini sudah penuh darah! Terus kamu masuk penjara, mau?!" sela Lyra tak santai.

Anneth menyengir memperlihatkan gigi rapinya dengan mata biru yang menyipit lucu.

***
Saat ini Anneth tengah berada di kantin, seperti biasa ia bersama dengan Nando dan Jonathan, sedangkan Vanya masih di kelas sebab harus menuntaskan catatannya.

Anneth yang biasanya akan terus berbicara kini malah tak banyak bicara, ia masih merasa kurang nyaman karena kejadian kemarin.

"Tumben diem, Neth?" Tanya Nando penasaran.

"Anneth lagi badmood," jawabnya cuek tapi malah terlihat menggemaskan.

Jonathan seketika sadar bahwa Anneth mungkin merasa tersinggung karena ucapan yang ia lontarkan kemarin, terbukti dengan perubahan sikap gadis itu sesaat setelah ia mengatakan hal tersebut.

"Anneth, aku minta maaf soal kemarin. Lain kali aku gak akan meremehkan orang lagi, termasuk Malvin," tutur cowok itu tulus.

Anneth menyatukan dua alisnya geram. Tidak bisa semudah itu Jonathan meminta maaf. Setidaknya cowok itu melakukan sesuatu sebagai bentuk per-minta maafan-nya.

Dan seharusnya pula, Jonathan tak meminta maaf padanya. Cowok itu harus meminta maaf langsung pada Malvin.

Tapi sayang, Malvin sudah tidak ada ...

di dunia ini!

"Minta maafnya bukan dengan Anneth, Kak," balas Anneth seraya tersenyum tipis.

"Jadi, aku harus minta maaf sama Malvin, gitu?" Tanya Jonathan memastikan.

Cute but PsycoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang