-¦- -¦- -¦- 9 -¦- -¦- -¦-

25 2 0
                                    

Di sisi lain, langkah Reza berhenti ketika Abim tidak meneruskan perjalannya di depan. Dengan Gema yang berdiri sibuk bermain ponsel bersama rokok di sudut bibirnya. Fio dan Edel berdiri agak jauh dari ketiganya, masih gemetar entah karena apa.

Ada suasana tidak nyaman di antara mereka terutama antara Reza dan Abim. Jelas terlihat bahwa mereka memiliki ketegangan yang kapan saja bisa meledak. Tapi Reza bukan tipe laki-laki yang menyerang lebih dulu, dia sebisa mungkin menghindar untuk melayangkan pukulannya pada siapapun itu.

Kecuali jika lawannya adalah laki-laki tengil di hadapannya ini, sepertinya tangannya bisa saja hilang kendali.

"Ngapain lo berdua ke sini?" Ucap Reza dongkol. "Gue udah bilang terakhir kali, jangan berani-berani lo berdua dateng lagi ke sini."

Abim tersenyum santai, dia bahkan tertawa kecil. "Santai, Bro! Lo terlalu bawa perasaan!"

"Bawa perasaan?" Ulang Reza dengan sindiran keras selanjutnya. "Lo yang bawa-bawa sepupu gue!"

Ini tentang kejadian sebulan yang lalu. Awal permasalahan mereka sebenarnya sangat simpel, Reza sebagai anak dari 08 cukup punya nama yang dikenal di sekolah mendapatkan protes keras dari beberapa anak-anak tentang dia yang punya hubungan cukup dekat dengan Wahyu si pentolan dari sekolah musuh. Mereka menganggap bahwa apa yang dia lakukan itu jelas seperti pengkhianatan, harusnya dia membantu menghabisi si pentolan sekolah musuh atas membalaskan dendam pribadi juga kesumat yang sudah lama terpendam. Bukannya malah tertawa bersama musuh layaknya tidak terjadi apapun.

Reza membalas dengan mengatakan bahwa tidak ada yang bisa berubah dari hubungan mereka. Dan untuk masalah balas dendam, dia tidak ingin ikut campur sedikitpun. Dan lagipula, dia tidak mau meneruskan dendam turun-temurun yang jelas tidak ada hubungan sama sekali baginya.

Baginya, itu membuang-buang waktu.

Tapi kenyataannya apa yang mereka lakukan? Pertama, itu di awali dengan terus saja menerornya dari hanya sebuah pesan, panggilan, cegatan bahkan ancaman. Kedua, mencoba bernegosiasi dengan mengeluarkan semua aset mereka, dari uang, popularitas bahkan sampai wanita. Dan ketika dia tidak memberikan jawaban yang mereka inginkan, mereka menggunakan cara kotor dengan melibatkan Fifi, sepupunya sendiri. Mereka menjadikannya sandera belum lama ini.

Itulah alasan kenapa dia sekarang begitu sensi.

"Gue? Bawa-bawa sepupu lo? Perlu gue lurusin lagi, ya. Itu ide Fio sama Edel." Balas Abim. Dia lalu menyeringai tengil. "Gue cuman memerima saran. Nggak salah, kan?"

Ya, itu memang tidak salah. Fio dan Edel yang melibatkan sepupunya dalam masalah ini. Dia juga sudah dengar itu dari Fifi. Entah ada dendam apa mereka berdua dengannya sebagai sesama panita bukankah seharusnya mereka berada di pihaknya? Bukannya malah menusuknya dari belakang. Makanya hubungan mereka sedang buruk, buruk sekali.

Tangan Reza mengepal keras seperti batu. Tapi nalarnya berusaha keras menahan gejolak emosi yang mendidih. Apa lagi saat dia mengingat sepupunya itu hampir dilecehkan oleh mereka. Fifi bahkan sempat mendapatkan tamparan di pipinya. Dan si pelaku hanya sibuk bermain game sembari sibuk dengan rokoknya itu. "Trus ngapain lo ke sini? Hah! Melanjutkan yang tertunda?"

Abim menaikan bahunya. "Kenapa? Gue cuman menyambut ketua tempat balap yang sering gue datengin. Salah?"

"Alah, lo nggak usah alasan, Bim! Semua yang lo lakuin tuh nggak ada baik-baiknya. Gue yakin lo sedang merencanakan sesuatu di belakang ini," ketusnya. Reza melirik sensi pada Gema di sana. "Bareng sama orang yang dengan entengnya nampar cewek,"

Abim tertawa keras. Dan Gema tidak menggubris sedikitpun. Di akhiri dengan senyuman iblisnya itu. "Lo tahu fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan, kan?",

How To Get You [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang