-¦- -¦- -¦- 41-¦- -¦- -¦-

17 2 0
                                    

Di rumah, Dewa keluar dari kamarnya, sudah rapih dan tampan bersama jaket naganya itu. Turun ke lantai bawah dengan santai tapi dicegat oleh pertanyaan dari Wanda yang ada di meja makan. Devan sendiri masih diam menikmati puding di piring kecilnya.

"Mau kemana?" tanya Ibunya protektif.

Dewa mendekat, tergiur dengan mereka yang tengah menikmati cemilan sore, mencuri jus milik Ibunya. "Main."

"Kemana?" tanya Wanda lagi.

"Nggak tahu. Kemana aja boleh." balasnya asal.

Karena jawaban itu Dewa jadi dapat ceramahan. "Kak, kamu tahu, kan? Ibu nggak mau kamu melenceng. Entah melenceng tentang apapun itu. Ibu cuman pengen kamu sekolah aja yang bener. Ibu nggak minta macem-macem."

Mungkin karena kejadian semalam Ibunya jadi sensitif begini. Wajar saja, Ibu mana yang tidak curiga setelah melihat dia dan Wahyu saling tarik kerah baju apa lagi pentolan sekolahnya itu juga tengah babak belur. Siapapun tahu jika Wanda dan Devan tidak pulang, bisa dipastikan keduanya baku hantam. Memang kedua orang tuanya tidak terlalu menginterogasinya terlalu dalam tadi malam karena dia memilih kabur masuk ke kamar.

Cuman hari ini dia memilih untuk tidak masuk sekolah. Alasan pertama, dia pikir harus menjaga jarak pada Fifi atau Wahyu untuk saat ini. Ditambah dia juga perlu waktu untuk istirahat setelah semua hal yang terjadi. Dan alasan kedua, motornya ada pada Wahyu. Dia malas naik metro. Kedua orang tuanya tidak mempermasalahkan itu cuman balasannya pasti ceramahan.

Karena Dewa diam tidak punya balasan selanjutnya. Devan tiba-tiba memotong menyodorkan sepotong puding pada anaknya itu. "Duduk dulu, dimakan itu."

Sempat ingin menolak tapi melihat suasananya agak tegang, dia terpaksa menurut. Sampai Wanda kembali bersuara. "Kemarin mereka temen sekolah kamu, kan?" Dewa hanya bergumam penuh puding di mulutnya. "Berantem?"

Dewa menaikan bahunya tidak acuh. "Ya, nggak bisa di bilang berantem juga. Cuman adu mulut aja."

"Ribut karena ngerebutin perempuan yang kemarin?" tukas Devan.

Tebakan tiba-tiba itu jelas membuatnya tersedak, Dewa terbatuk keras. Mencoba untuk mengelak. "Ya, nggak bisa di bilang karena itu juga tapi---"

"Tapi karena itu, kan?" sela Devan cepat.

Setelah itu Dewa bungkam sebagai jawabannya. Tapi bukannya kecewa apa lagi memarahinya, Wanda malah tertawa geli. Di tempatnya Dewa kebingungan sendiri. "Oalah, kirain kenapa. Ternyata masalah cinta-cintaan?" katanya. Dewa melirik pada Ayahnya itu, dia diam-diam menaikan kedua alisnya sebagai kode Devan menyelamatkan dirinya saat ini. Karena itu Dewa menarik senyuman, senang Ayahnya itu membantunya. Tidak mengira dia akan begitu. "Trus sekarang udah jadi pacar?"

Pembalap itu melotot panik. Kebingungan mencari alasan. "Bu." kata Devan sebagai teguran.

Wanda lagi-lagi tertawa, senang sekali meledek anaknya itu. "Ibu, nggak bercanda, Kak. Dia juga kelihatannya lucu, imut. Siapa namanya?"

"F--fifiana." racaunya malu-malu.

"Tuh, kan. Namanya juga bagus. Pokoknya, Ibu, dukung kamu." katanya dengan ledekan. Lanjut berbisik. "Jangan mau kalah."

Diam-diam senyuman tertarik disudut bibir Dewa. Dia tidak suka orang lain mencampuri urusan asmaranya apa lagi kedua orang tuanya tapi kali ini dia akan biarkan itu. Ketika pudingnya sudah hampir habis sebuah suara bel rumah terdengar. Ada tamu di luar gerbang. Wanda sempat ingin membuka pintu tapi Dewa dengan senang hati mengantikan diri. Ya, itu sebagai salah satu alasannya kabur karena begitu malu dengan pertanyan juga topik pembicaraan tadi.

Ibunya mengangguk saja menurut. Membiarkan anaknya pergi keluar. Begitu sudah di ambang pintu terlihat sosok yang tidak asing di luar pagar rumahnya di depan. Juga Noel. Itu Wahyu. Masih mengenakan seragam sekolah, dia tebak setelah pulang laki-laki itu langsung datang ke rumahnya. Dewa membuka gerbang, mendapati pentolan sekolahnya itu ada di sana. Dan di trotoar jalan ketiga kacungnya tengah menunggu di motor mereka. Menebak Wahyu hanya datang untuk mengembalikan motornya. Bahkan dari mimik wajahnya, laki-laki ini ingin cepat-cepat pergi dari hadapannya.

How To Get You [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang