Upacara pengibaran bendera di sekolah telah dilaksanakan sepuluh menit yang lalu. Hari senin yang mengawali seminggu kedepan ditemani dengan teriknya matahari pagi. Orang bilang cahaya matahari pagi bagus untuk kesehatan kulit dan tulang. Tapi entah mengapa hari ini rasanya seperti tertusuk ribuan jarum. Seluruh pelajar yang tengah berdiri di bawah sinar matahari pagi mengeluh tidak bisa diam.
"Udah kek simulasi neraka, anjirr!" Tidak terkecuali Bagas. Dia saat ini persis seperti cacing kepanasan. Mungkin sebentar lagi seragamnya basah oleh keringatnya sendiri. "Panas banget, gila! Eh, si sultan kemana, Pik?
Fikri yang berada di belakangnya kini tengah sibuk menguap menahan kantuk, kantung matanya jelas terlihat. "Telat kali,"
"Mampus, gue liat tadi di depan gerbang yang jaga Pak Jetro. Habis di babat tuh si Sultan," katanya.
Di depan wali kelas dari salah satu kelas tengah bercuap berpidato di atas podium, tentu saja terlindungi oleh terik matahari. Makanya sejak lima menit yang lalu dia masih bersemangat untuk memberikan nasihat. Tidak tahu beberapa pelajar sudah bersumpah serapah karena hal itu.
Dibelakang, Dewa berdiri tanpa berkomentar walau keringatnya sudah mengalir deras di pelipis juga lehernya. Betisnya juga sudah tidak bisa diam. Sementara itu, Fifi yang berada di sebelahnya masih anteng membaca sesuatu di sebuah selembar kertas. Sebenarnya semenjak gadis itu mengeluarkannya dari saku bajunya laki-laki pembalap itu sudah penasaran. Apa yang sedang dia lakukan?
Dewa mendekat diam-diam, melirik pada kertas yang tengah gadis di sebelahnya baca. Dan menemukan tugas bahasa inggris tertulis di sana. Jelas itu membuatnya berdecih. "Bener, ya kata orang,"
Fifi, dia berhenti melirik ke lain arah, bahkan belakangnya. Memastikan jika mungkin laki-laki di sebelahnya tidak bicara padanya. "Lo ngomong sama gue?"
Dewa menarik sudut bibirnya. Membalas sembari melihat pidato di depan sana. "Orang pinter biasanya suka ada bawaan pelupa,"
"Maksud lo?" katanya ketus. Entah kenapa dia merasa kalimat itu adalah sebuah pujian untuknya namun juga sebuah hinaan halus.
"Denger ya, Cewek. Percakapan lima baris kaya gitu nggak perlu lo hapalin. Sekali liat juga langsung hapal," katanya. Dewa menoleh, menyeringai meledek. "Kecuali kalau otak lo kurang lancar buat mengingat. Ya, nggak heran. Lo juga nggak inget orang yang udah nolongin lo,"
Fifi melipat kertas hapalannya itu, kembali dia masukan ke saku bajunya. Sepertinya dia akan menanggapi satu orang yang sedang memancing amarahnya. "Kenapa si lo? Kesel ya hari minggu lo gue ganggu? Nganterin ke rumah gue juga lagi,"
"Ya, nggak juga, si." Katanya tidak acuh.
"Terserah lo, deh, ya. Daripada lo ganguin gue mendingan lo juga hapalin percakapan itu. Gue nggak mau nanti ada gagal, ya. Sekali lagi kalau lo nggak peduli soal nilai jangan bawa gue. Sebagai rekan, gue harap lo bisa berkerja sama," cibirnya pedas. "Dan nggak usah sok besar hati dulu. Apa lagi lo yang nggak bisa bahasa inggris sampai suruh gue bikin tugasnya. Nanti kalau nilai lo udah jelek baru nyesel,"
"Hah? Tugas gampang kaya gitu mah kaya kacang," ungkap Dewa. Fifi tidak membalas hanya mengeleng tidak percaya sama sekali dengan omong kosong yang dia dengar barusan. Melihat itu, tentu seseorang jadi terpancing emosinya. "Kenapa? Nggak percaya? Gimana kalau taruhan?"
Fifi menghela napas. Meladeni dengan malas-malas. "Gue kasih tahu sama lo. Mendingan lo jangan banyak omong sebelum guru tahu lo dari tadi ngebacot,"
"Kalau nilai tugas nanti bakalan gede lo harus berterima kasih sama gue buat yang di halte. Kalau perlu kasih tahu ke anak-anak kelas,"
"Apa?! Lo---"
"Kenapa lo takut? Harusnya nggak, nilai lo bakalan gede nanti." Potongnya.
Gadis itu sudah mengepalkan tangannya, tapi saat dia melihat ke arah lain. Seorang guru tengah menatapnya tajam. Jelas dia tertangkap basah tapi pelototan itu hanya peringatan. Jika dia kembali tertangkap, jelas sudah dia pasti akan di giring ke ruang BK. Jadi, dia menahan emosinya. Kembali melihat pidato di depan, membalas berbisik. "Kalau nilainya jelek gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Get You [ TAMAT ]
Teen Fiction-¦- -¦- -¦- VERSI DUA -¦- -¦- -¦- #Bukan lanjutan, tapi versi lain. Ada Ester egg dari cerita sebelumnya# Aku tidak merasakan apapun Rasanya hanya sunyi dan hampa Tapi entah kenapa itu hanya terjadi ketika melihatmu Rasa suka yang ku alami kali ini...