-¦- -¦- -¦- 14 -¦- -¦- -¦-

26 3 0
                                    

Bunyi peluti begitu keras, bersamaan sebuah bola masuk ke dalam gawang. Dan gilanya itu dihitung sebagai poin dari berakhirnya permainan futsal di sana. Tim yang mencetak gol tentu saja bersorak gembira, berselebrasi di sana dengan berjoget juga bernyanyi. Tapi tim yang kalah, tentu menghela napas kecewa. Termasuk Wahyu bersama emosi yang mendidih sejak pagi hari ini.

Dia keluar dari kurungan besi pagar berumput di sana bersama wajah kesalnya. Diperjalanannya dia membuka kaos jersy merah bernomor 7 yang penuh keringat, membanting pakaian itu ke atas bangku panjang untuk penonton, langsung menyambar air dingin untuk dia teguk bahkan tidak ragu untuk membasahi tubuhnya dengan air itu. Kepalanya yang panas menjadi tempat pertama air itu di tuang. Dan ketika air-air itu telah membasahi seluruh tubuhnya, air itu mengalir di kulitnya yang eksotis. Kebingungan yang mana keringatnya dan yang mana air dari botol.

Dan jangan lupakan otot perutnya itu.

Wahyu membanting botol yang sudah hampir habis itu. Duduk di sana penuh dengan kekesalan yang terus saja mendatanginya hari ini. Sepertinya hari ini adalah hari sialnya. Sudah terlambat, dimarahi, diceramahi, dihukum, dikurangi nilai bahkan ada orang yang membuatnya lebih kesal dengan mengatakan omong kosong tentang pemalakan. Lalu sekarang, dia malah kalah oleh teman sendiri di pertandingan futsal barusan. Jadi, kebayang betapa kesalnya dia saat ini.

Malam ini adalah latihan tambahan untuk anak-anak ekskul sepak bola. Setiap sebulan sekali mereka akan pergi ke tempat futsal untuk bertanding, selain berlatih untuk lomba dengan sekolah lain seminggu kedepan. Ini juga termasuk refreshing, bosan juga terus latihan di sekolah. Lagipula ini tidak buruk dan semuanya tidak keberatan malah beberapa anak di luar ekskul juga ikut berpartisipasi. Langit di atas sudah gelap tapi semuanya semangat sekali latihan di sana. Biasanya Wahyu adalah ahlinya disetiap pertandingan tapi hari ini dia akui sikap tidak profesionalnya menggangu latihannya. Hasilnya dia kalah. Betapa malunya dia, jabatan sebagai ketua ekskul seperti telah diinjak-injak.

Dan ya, yang tengah berselebrasi di sana adalah Pendy dan Akmal.

"Woohoo! Calon pengganti Ronaldo kalah sama calon pengganti Messi. Kayanya bentar lagi gue yang gantiin jadi ketua ekskul." Ledek Pendy sembari mendekat. Wahyu berusaha untuk tidak menanggapi, memilih menghabiskan air minumnya. "Tuh, Mal. Ini namanya bukti suatu saat ada masanya Pendy menang lawan Wahyu,"

"Yoman! Ahahaha!" Akmal membalas Pendy dengan tepukan di pundak. Kembali berselebrasi di depan mereka, heboh di sana. Serius, mereka berdua itu sejak dulu memang senang sekali meledek Wahyu. Tidak ada takut-takutnya. Sementara Rizal, yang berada di tim Wahyu duduk di sampingnya. Menyikut pentolan sekolah itu. "Gimana? Mau lo lapor ke mereka? Gue rasa masalah dikantin hari ini bukan cuman bercandaan," katanya.

Wahyu menghela napas, dia melempar botol plastik itu ke tempat sampah. Masuk tepat dengan sempurna. Ini soal kejadian di kantin hari ini, jelas pembicaraan ini harus cepat-cepat dirundingkan. Makanya Wahyu mengundang beberapa temannya dari 08 termasuk Rakha si pentolan SMA 08. "Ya, mereka mau ke sini. Bentar lagi juga nyampe,"

Rizal melepas sepatunya, lalu ikut menanggalkan kaosnya. Menyeka seluruh keringatnya. "Rakha emang pentolan 08 tapi nggak semua anak 08 pasti ada dipihak dia. Gue yakin kalau emang masalah ini beneran terjadi. Pelakunya pasti pemberontak yang pengen bikin 07 sama 08 bentrok,"

Wahyu menarik seringai. "Ya, siapapun itu gue rasa nyalinya gede buat jadi pemberontak di 08. Makanya gue nggak mau ikut campur, gue berniat serahin masalah ini ke Rakha. Gue nggak mau sampai 07 sama 08 bentrok." Katanya. "Jujur aja, gue juga males ribut."

Rizal tersenyum, menepuk pundak Wahyu. Bangga dengan sikapnya itu. Pendy dan Akmal yang masih berselebrasi disana membuat kebisingan. Itu jadi sebuah pertengkaran mulut apa lagi ketika dibalas dengan ledekan dari keduanya. Jelas Rizal dan Wahyu terbakar emosi berakhir menyerang keduanya sampai puas.

How To Get You [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang