-¦- -¦- -¦- 18 -¦- -¦- -¦-

32 2 0
                                    

Di bawah tenda biru milik panitia, Reza sendirian duduk di sana. Di tangan kanannya terhimpit satu batang rokok yang tengah terbakar, asapnya melayang seperti pikirannya saat ini. Dia melamun, sesekali dia menghisap rokok itu dengan pikirannya yang kalut. Terus memikirkan sebenarnya apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dia lakukan.

Kabar-kabar yang telah muncul membuatnya frustasi.

"Gue nggak mau 08 sama 07 bentrok,"

"Tapi pertama, gue pengen ketemu sama pentolan 07 di jalur. Gue pengen bantai tuh orang!"

"Yang artinya, kalau tawuran 07 sama 08 beneran terjadi. Otomatis Iksan bakalan dapet suara anak-anak sekolah karena udah memberikan kesenangan mereka lagi. Dan posisi pentolan sekolah langsung ganti saat itu juga tanpa harus ada pembantaian,"

"Dan lo yang sebagai pengganggu dan pengkhianat selama ini juga bakalan habis,"

Hembusan asap rokok yang Reza buang agak unik, mungkin itu karena bersatu dengan helaan napas beratnya. Dia membuang puntung rokok yang masih tersisa, menginjaknya dengan asal. Kepeningan kepalanya sudah tidak bisa di atasi dengan sebuah rokok, dia harus memikirkan sebuah cara. Cara agar dua sekolah tidak akan bentrok kembali. Tapi bagaimana?

Tubuhnya menyender lemas di kursi plastik. Kedua tangannya dia pakai sebagai bantal. Saat ini dia hanya punya dua cara. Satu, dia turun tangan untuk melawan ke empat laki-laki yang jelas adalah pemicu dari semua masalah ini. Kedua, dia serahkan masalah ini pada Rakha. Tapi sayangnya dia tidak ingin melakukan salah satu dari itu. Dia tidak bilang dua cara itu buruk tapi dia ingin cara yang lebih baik. Cara yang lebih efisien dan bijaksana.

Melawan ke empat pemberontak sebenarnya tidak buruk, dia bisa saja menghabisi mereka satu persatu di sekolah tapi ini akan jadi masalah pribadi. Niat mereka untuk membuat dua sekolah bentrok pasti akan tetap berjalan. Lalu menyerahkan masalah ini pada Rakha sepertinya adalah hal yang cukup gegabah. Jika memang benar Abim, Gema, Iksan dan Faisal bisa mengalahkan Rakha begitu mudah, posisi pentolan akan di ambil alih. Iksan yang mungkin saja adalah pentolan selanjutnya, akan bertindak semaunya dan sesuka hatinya. Dan jika itu terjadi, perang antara 07 dan 08 pasti bukan hanya omong kosong belaka.

Dia cukup lega karena dorongan merebut posisi pentolan sekolah yang Iksan punya tidak begitu besar. Jadi, dia bisa fokus pada masalah lainnya. Walaupun dia masih cukup bertanya-tanya dendam kesumat apa yang dia miliki pada Wahyu sampai dia begitu kesetanan ingin membunuhnya.

"Yang mana yang harus gue selesaikan dulu? Mereka berempat? Orang yang malak Fifi atau Abim yang berniat ngerebut tempat balap?" gumam Reza. Tapi semakin keras dia berpikir, semakin panas kepalanya. Tangannya dengan geram mengacak-acak rambutnya. "Sialan, masalah dateng bertubi-tubi. Mereka semua kayanya pengen gue cepet mati,"

Reza mengambil satu buah botol bersoda dan dia minum dengan kesal. Ketika itu sebuah motor datang, suaranya tidak asing makanya Reza menoleh mencari asal suara. Dan menemukan sebuah motor ninja hijau yang begitu mengkilap seperti baru. Bodynya seperti kaca, cahaya dari lampu tenda terpantul bahkan kedua bannya hitam begitu gagah. Bagi siapapun pemandangan itu cukup keren.

Si pengendara yang memakai jaket varsity dengan bordiran naga turun dari motor, memakirkannya di tepi jalan seperti sengaja untuk dipamerkan. Lalu berjalan ke arah tenda panitia. Helm masih menutupi seluruh wajahnya. Tapi Reza tahu siapa yang ada di balik helm itu, makanya dia menarik seringai getir untuk aksinya yang terlihat menyebalkan dimatanya.. "Gue baru tahu lo ternyata tukang pamer. Gue kasih tahu sama lo, Wa. Di sini banyak maling. Kemarin ada orang yang ilang motor di sini,"

How To Get You [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang