2) Dia Merahasiakannya

422 47 4
                                    


Di kamar serba putih, Anak laki-laki itu berkeringat deras menahan sakit di bagian kepala. Tangannya mengepal, berjuang sepenuhnya agar bisa membuka mata. Tapi sepertinya itu sia-sia, dia kehabisan tenaga dan pingsan.

Han bin bermimpi, mimpi yang sama yang selalu dia mimpikan 20 tahun lamanya.

Bukankah harusnya aku mati?

Tidak bisakah aku menutup mataku dengan tenang.

Akankah Zhang Hao Hyung menjemputku setelah kematianku?

***

Sudah 1 minggu sejak dia sadar dari koma pasca kecelakaan yang di alaminya, Dia yang harusnya mati kembali ke masa lalu.

Han bin ingat malam itu, ketika dia pertama kali mendengar berita Zhang Hao setelah 2 tahun berpisah. Dia mendapat telepon dari junior nya bahwa ada seseorang yang datang ke kampus mencarinya. Dia awalnya tidak menghiraukan, siapapun yang ingin mendaki tidak jarang menggunakan nama 'teman sekolah' untuk mendekatinya. Tapi kali ini berbeda, Gyuvin bilang itu ada hubungannya dengan Zhang Hao. Ini adalah peluang yang tidak pernah ingin dia lewatkan, bahkan jika orang itu berbohong padanya, dia tetap ingin mendengar kabar tentang hyung tercinta.

Masih mengenakan setelan lengkap, Hanbin pergi tergesa-gesa. Tidak ada waktu untuk berganti baju setelah pulang kerja atau mungkin petunjuk tentang hyung nya akan terlewat begitu saja. Setibanya di tempat janji, Han bin melihat Gyuvin duduk dengan seorang wanita paruh baya dan anak laki-laki yang terlihat familiar. Matanya sayu, nampak kesedihan menggenangi pikirannya.

" Permisi. "

Wanita itu menatap Hanbin, tapi bukannya berdiri dan balas menyapa, dia malah menangis. Hanbin tidak mengerti, dia mencoba mencari petunjuk dari dua orang lainnya tapi keduanya kelihatan sama sedihnya. Bahkan Gyuvin yang terkenal ceria dan nakal.

Suasana di ruang pribadi itu tidak baik, Dia benar-benar ingin pergi dari sini tapi mengingat bahwa keduanya menyebutkan tentang Zhang Hao, Hanbin bertahan.

Saat suara tangis di ruang itu mulai mereda, Hanbin yang sudah tidak sabar mengambil inisiatif bertanya pada Gyuvin

" Gyuvin? " Bukan Gyuvin yang menjawab, tapi anak laki-laki di sebelah wanita itu dengan bahasa Koreanya yang patah-patah.

"Maaf, perkenalkan Aku... Chen kuanlui.. Teman Zhang hao. Dan ini... " Kali ini dia berhenti, sepertinya bukan karena kendala bahasa. Hanbin menepuk ringan meja dengan telunjuknya, dia ingat orang ini pernah jadi teman sebangku zhang hao saat SMA. "Ini.. Ibu Zhang Hao. " lirih kuanlui.

Iris matanya membulat, Hanbin tidak mengerti dan tidak tahu harus berbuat apa.

Ada apa ini? Apa ini semacam penipuan?

"Gyuvin? " Hanbin mencoba memastikan dan dibalas anggukan. Hanbin menarik napas, dari mana ibu Zhang Hao tahu namanya.

Mungkinkah Ibu Hao Hyung tahu tentang hubungan mereka? Apa dia akan memintaku untuk menjauh dari putranya selamanya? Bukankah itu berarti Hao hyung masih memikirkanku dan tidak ingin menikahi wanita?

Satu persatu pertanyaan muncul dikepalanya, dia mencoba meyakinkan hatinya akan kemungkinan baik yang tidak terbatas.

"Hanbin,kan? Aku mendengar semuanya dari Kuanlui tentang hubunganmu dan Xiao Hao.. " Kuanlui mencoba menerjemahkan,

Hanbin yang mendengar itu mengangkat wajahnya, mencoba mencari apakah ada amarah atau mungkin kekesalan dari mata wanita itu. Sebagai seorang penerus bisnis keluarga, Hanbin telah bertemu banyak orang dan melihat jauh ke dalam emosi orang tersebut, tapi di mata ibu Zhang Hao hanya kesedihan dan suatu emosi yang tidak dia mengerti.

Sebelum mulai melanjutkan, nyonya Zhang melihat mata antisipasi Hanbin, menghela napas. Mengeluarkan flashdisk dan buku catatan dari tasnya.

" Sebelumnya Aku sering mendengar tentangmu dari Xiao Hao, kau telah bersama dia lebih lama dariku. Jadi aku tahu, kau pasti mengenalnya lebih baik dari aku.

Ini milik Xiao Hao, aku yakin dia tidak ingin kau mengetahuinya, tapi aku pikir kau berhak tahu tentang ini. Kau masih muda, jadi tolong berhentilah menunggu Zhang hao dan hiduplah dengan baik."

Hanbin tidak segera membukanya, dia duduk diam di ruangan. Sementara ibu Zhang Hao berinisiatif mengajak dua anak di sampingnya keluar, memberi ruang untuk Hanbin.

Dengan tangan gemetar, dia membuka catatan itu. Lembar demi lembar berisikan tulisan tangan yang familiar, sekali lagi air mata mengaliri wajahnya tampannya.

Hao ge, kau sangat pandai saat menghiburku. Tapi kau juga sangat ahli menarik keluar air mataku.

[BL] BACK TO YOU || HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang