17) Dia Yang Paling Indah

145 18 0
                                    


"Hanbin apa aku mengganggumu? "

Hanbin yang mendengar itu segera menyadari kondisi Hao. "Tentu saja tidak, Hyung, ada apa? Apa kau baik-baik saja? "

"Hanbin.. Um.. "

"Jangan ragu, katakan saja. "

Zhang Hao menceritakan kejadian tadi sore, serta alasan mengapa dia meneleponnya. Dia tidak tahu lagi harus bicara dengan siapa. Hanbin mendengarkan dengan cermat. Diakhir cerita Zhang Hao bertanya, "Hanbin.. Menurutmu... Apa menurutmu aku bisa bersinar? "

Hanbin terkejut mendengar pertanyaan ini. Dia pernah mendengarnya di kehidupan sebelumnya, kejadian itu juga merupakan kali pertama mereka berbicara dengan tenang satu sama lain.

Berbeda dengan sekarang, sebelumnya kafe tempat Zhang Hao bekerja belum dibangun. Dia telah melamar berbagai pekerjaan di lingkungan sekolah namun hasilnya nihil. Tidak satupun dari mereka yang mau mempekerjakannya, jadi Zhang Hao terpaksa bekerja di lingkungan yang cukup jauh.

Hal ini diketahui para murid pada tahun ketiga sekolahnya. Mengingat jarak tempuh yang panjang, tidak mudah bagi siapa pun untuk pulang pergi setiap hari. Jadi banyak yang berspekulasi bahwa Zhang Hao menyalahgunakan hak istimewa yang diberikan sekolah dengan menginap di luar sekolah. Padahal izin akses itu seharusnya digunakan hanya pada saat dia pergi belajar bermain biola, bukan untuk kerja paruh-waktu.

Sebagai tokoh terkenal di sekolah, gosip tentang dia menyebar dengan cepat. Pada jam istirahat beberapa orang menatap Zhang Hao dengan berbagai jenis tatapan. Ada yang menatapnya sinis, menghina, menyayangkan hingga tatapan kecewa. Sebagai seorang pendengar yang luar biasa, Dia juga bisa mendengar berbagai bisikan dari segala sudut.

Walaupun rumor tersebut terbukti salah setelah pihak sekolah memperlihatkan riwayat keluar masuk Zhang Hao baik di asrama maupun kelas, namun hal tersebut masih memukul Zhang Hao yang saat itu baru saja merasakan manisnya pertemanan. Dia meragukan dirinya, apa dia bisa bersinar seperti orang lainnya?

Sung Hanbin yang saat itu ingin tidur di atap tidak sengaja bertemu Zhang Hao. Sambil memejamkan mata, Zhang Hao menggesekkan biolanya. Seragam putihnya berkibar ditiup angin menampilkan lekukan tubuhnya yang kurus. Dia terlihat lemah dan tidak berdaya, membuat siapapun merasa ingin melindunginya. Tidak hanya penampilannya yang menawan, musik yang keluar dari biolanya pun tidak kalah indah. Untuk pertama kalinya, Sung Hanbin menyadari bahwa orang ini memang pantas di sukai.

Hanbin refleks bertepuk tangan saat Zhang Hao selesai bermain. Zhang Hao menoleh diam ke arah suara sambil memicingkan matanya.  Sementara Hanbin yang menyadari kehadirannya telah terekspos berjalan mendekat lalu duduk di dekat Zhang Hao tanpa memedulikan tatapan tajam orang di sebelahnya.

"Jangan menatapku begitu, aku benar-benar tidak sengaja mendengarnya. "

Zhang Hao menghela napas kemudian duduk di samping Hanbin, keduanya diam untuk waktu yang lama. Hanbin pertama kali memecahkan keheningan.

"Itu hanya rumor, sekarang semua orang tahu kalau itu tidak benar. "

"Selalu begitu. Saat aku mulai belajar menerima, kenapa selalu ada saja halangannya." Zhang Hao tersenyum lembut tapi air matanya tidak bisa berhenti meneteskan.

"Orang tuaku membuangku, kakek-nenekku pergi untuk selamanya, paman tertuaku mengalami depresi sementara yang satunya kewalahan menangani berita dari awak media. Bahkan sahabatku, harus putus sekolah untuk mencari nafkah. Dan aku... Saat aku ingin membuka diri, rumor buruk menimpaku. Sepertinya orang-orang itu benar, Aku memang seorang pembawa sial. "

Sung Hanbin terkejut, dia selalu melihat Zhang Hao sebagai pribadi yang ramah namun tertutup. Dia terlihat seperti orang yang tidak bisa dijangkau, banyak orang di sekolah menyukainya. Namun siapa sangka, entah berapa banyak hal yang ditanggung orang ini sendirian.

Adegan di atas atap sekolah hari itu menjadi salah satu momen yang tidak terlupakan bagi  Hanbin sekaligus menjadi titik balik hubungan mereka.

Dengan rambut yang berkibar ditiup angin dan wajah yang penuh dengan air mata, Zhang Hao bertanya sambil sesegukan pada Sung Hanbin.

"Hanbin.. Menurutmu... Apa menurutmu aku bisa bersinar? "

Pertanyaan itu tumpang tindih dengan momen sekarang, walaupun tanpa isak tangis, dia tahu betapa sulitnya Zhang Hao untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia berharga setelah semua yang dilaluinya pada masa kanak-kanak.

Kali ini jawaban Hanbin masih sama seperti sebelumnya. Dengan yakin dia menjawab, "En! Kau bisa. Pasti bisa! "

.
.

HBD HAO-yaa!! (Maaf telat sehari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HBD HAO-yaa!!
(Maaf telat sehari.. 😅😅)
Semoga Hao selalu sehat dan bahagia, juga apa yang Hao mimpikan tercapai.
🤍💙🌹💙🤍

 🤍💙🌹💙🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[BL] BACK TO YOU || HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang