6) Selamat Tinggal Kampung Halaman

225 22 0
                                    

Zhang hao kembali ke kelas, beberapa teman mendatanginya untuk berbincang. Zhang Hao menanggapi satu persatu, dia terlihat seperti orang yang mudah bergaul tapi jika diperhatikan lebih seksama kau bisa melihat dia sepertinya kurang nyaman.

Sejak kecil Zhang hao hidup bersama kakek dan neneknya. Karena tempat tinggal mereka dekat dengan tempat pariwisata, biasanya Zhang hao akan mengisi waktu luangnya dengan bekerja sebagai pemandu wisata untuk mendapat uang saku. Jadi kemampuan sosial sangat diperlukan.

Bel kelas berbunyi, kali ini kelas matematika.

Kong yang menjabat sebagai perwakilan Kelas matematika bangkit dan mengumpulkan PR mereka.

"Astaga, matematika ini membunuhku. " Chen kuanlui disampingnya mengeluh. "Aku tidak mengerti kenapa matematika harus ada, kalau saja mereka menghilang dari dunia ini, hidup kita pasti akan lebih baik. "

Mendengar ini kong menjawab, "Faktanya matematika adalah ilmu yang sangat penting dalam hidup ini, Matematika sebagai sumber pemecah masalah tidak dapat dihilangkan. Dia digunakan oleh setiap elemen masyarakat entah itu dalam berniaga.... "

"Cukup! " Sela chen kuanlui, memegang dadanya melankolis. "Aigoo... Hatiku sakit, aku bahkan tidak bisa membantahnya. Zhang hao, jika aku mati, tolong balaskan dendam gege mu ini. "

Zhang hao yang tiba-tiba terseret tertawa geli melihat kelakuan temannya itu, sementara Kong hanya bisa menghela napas.

"Kenapa sulit sekali bagi manusia untuk melihat fakta. "

***

Kelas matematika berakhir, waktunya belajar Mandiri.

Zhang hao membuka kembali buku catatannya hari ini, sambil memegang kamus bahasa Korea dia mulai menandai beberapa kata yang tidak dia mengerti dan menghapalkannya, dia sangat serius sampai tidak menyadari tatapan kagum dari teman sebangku nya. Setelah merasa cukup dia ingin melanjutkan mengoreksi beberapa jawaban salah matematikanya tadi ketika melihat sebuah tangan terulur ke arahnya.

"Kau mau? " Chen kuanlui menawarkan snack padanya.

"Tidak, Terima kasih. "

"Hei, Hao apa kau tahu kalau kau sangat tampan? "

"Ya, tahu. " Tentu saja dia tahu, dia sangat menyadari bahwa wajahnya adalah salah satu alasan dia mudah diterima kerja.

Walaupun keluarga mereka sangat berkecukupan, setelah kakeknya meninggal, Zhang Hao belajar kalau ternyata uang bulanan mereka diberikan oleh kedua pamannya untuk orang tua mereka, sebagai orang luar yang dibawa pulang, Zhang hao sadar diri dan merasa tidak berhak. Bahkan jika mereka mengatakan tidak apa-apa, dia tetap bersikeras untuk belajar hidup mandiri jadi mereka mengizinkannya untuk bekerja.

Walaupun menjadi pemandu wisata di tempat pamannya mudah dan menghasilkan banyak uang dari tip, tapi itu hanya bisa dilakukan saat liburan karena waktu kerjanya terlalu tidak menentu. Tidak jarang ada tamu yang minta diantar ke bar atau tempat hiburan lain hingga larut malam, itu membuatnya tidak bisa belajar dan mengantuk di kelas keesokan harinya. Jadi berbekal pengetahuan musik yang diberikan kakeknya, dia mulai bekerja di toko musik dan cafe setiap pulang sekolah.

Di toko musik itulah kemudian dia bertemu dengan master Henry. Master Henry yang saat itu mengunjungi toko musik mendengar penampilan biolanya dan terkesima, dia ingin mengangkatnya menjadi muridnya tapi karena dia bekerja di Korea Zhang hao juga harus ikut ke sana.

Melihat dia ragu, master Henry memberinya waktu untuk berpikir, ini adalah bibit yang bagus, sayang rasanya jika dilewatkan.

Zhang hao ingin pergi, tapi neneknya sendirian dan sudah tua, kedua Putra nya sibuk dengan karier dan keluarga mereka, sebagai cucu yang diangkat dan dirawat dengan baik oleh kakek neneknya, dia selalu merasa harus bertanggung jawab dan menjaga serta melayani mereka sebagai cucu yang baik. Jadi dia akan menolak, tapi sepertinya takdir menuntut dia untuk tidak berhenti, neneknya meninggal sehari sebelum batas waktu konfirmasi. Karena sekarang dia tidak punya siapa-siapa lagi dia memutuskan untuk pergi.

Sebelum pergi, dua pamannya datang memberinya beberapa nasihat dan uang serta beberapa perbekalan.

"Zhang hao, walaupun nenek sudah pergi, kami tetap pamanmu. Jangan segan untuk meminta bantuan jika kau memiliki kesulitan di sana. "

Zhang Hao tersenyum, meskipun dia tahu keduanya tulus. Tetap saja, karena sering diejek temannya sebagai anak pungut, Zhang hao, dengan harga diri yang rendah berpikir,

Semakin sedikit dia menghubungi, semakin sedikit juga beban pamannya. Akan lebih baik jika dia bisa mandiri dan mencoba memulai kehidupan baru disana.

Zhang hao, jiayou!

.
.

Cong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cong
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Henry Lau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Henry Lau

[BL] BACK TO YOU || HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang