"Ya, Hyung! Kenapa kau tidak membangunkanku?!" Matthew segera melompat dari tempat tidur setelah melihat jam di ponselnya, sudah pukul 7 lewat dan Matthew baru bangun."Bukan aku yang tidak membangunkamu, tapi kau yang tidak mau bangun."
Sambil berlari ke kamar mandi, Matthew menyahut, "Apa maksudmu, aku ini orangnya sangat mudah dibangunkan."
Hanbin tidak menjawab, baru saat Matthew keluar dari kamar mandi. Sung Hanbin melemparkan ponselnya ke arah Matthew, di ponsel tersebut terdapat video Matthew yang menolak bangun pagi.
"Ya, Seok Matthew. Kalau kau tidak bangun jangan salahkan aku nanti jika terlambat."
"Eumm..."
"Apa kau benar-benar tidak ingin bangun?!"
"Lima menit lagi..."
Melihat video tersebut, telinga Matthew segera memerah. "Ay, Hyung. Kenapa merekamnya." Mulut Matthew memprotes, sementara tangannya bergerak menghapus foto. "Ini memalukan. Aku seorang idol, aku harus jaga image."
"Heh, apa kau takut? Sekarang kau percaya, kan?"
Mendengar pertanyaan sahabatnya tersebut, Matthew tertawa malu. "He he he, Hanbin Hyung, Saranghae~"
Plak.
Sung Hanbin membalas aegyo-nya dengan melempar handuk ke arah Matthew.
***
Bel berbunyi, sesi belajar pagi telah berakhir. Taerae mendatangi Hanbin dan Matthew, ingin mengajak mereka makan ke kantin bersama namun di tolak oleh keduanya.
Hanbin ingin kembali ke kamar untuk bekerja, sementara Matthew akan makan di luar dengan seseorang. Hanbin yang mendengar itu refleks memberikan lirikan pada sahabatnya tersebut, sementara Taerae yang menyaksikan interaksi mereka menyadari ada keanehan mereka.
Diantara ketiganya, Taerae adalah yang paling tenang dan masuk akal. Sejak kecil, dia terbiasa menggunakan logika untuk menangani masalah sehingga sering dijadikan penengah jika ada perbedaan pendapat diantara mereka.
Berasal dari keluarga militer, Kim Taerae menjadi satu-satunya diantara tiga bersaudara yang memilih berkarier di bidang kesenian. Bakat dan wajahnya diturunkan langsung oleh ibunya yang seorang pemain opera, dia memiliki lesung pipit dalam serta senyum yang lebar membuat orang merasa lengah saat bersamanya. Tapi jangan salah, walaupun dia terbiasa tersenyum, dia telah dididik serupa seperti kakak dan adik laki-lakinya. Tidak hanya itu, dia juga sangat pandai dalam menyusun strategi sehingga pada saat dia ingin menjadi seorang komposer dan penulis lagu ayahnya sangat menentang keinginannya.
Untungnya ayahnya adalah seorang budak istri, setelah ibunya membela dia atas nama hak dan kebebasan memilih bagi seorang anak, ayahnya hanya bisa menyerah.
"Lupakan, setidaknya aku masih punya 2 putra yang juga sangat berbakat." Setelah kata-kata itu keluar, Kim Taerae akhirnya bisa menghela napas lega.
***
Di apartemen berukuran sedang, Matthew menatap Jiwoong yang sibuk membantu ibunya di dapur. Dia ingin membantu, namun di cegah oleh keduanya.
Setelah kejadian di rumah sakit hari itu, mereka menjadi semakin dekat.
Pada saat Matthew sangat gugup, dia benar-benar mengucapkan kata kasar saat pertama kali bertemu dengan ayah Kim. Untungnya ayah Kim hanya diam, dia bangkit dan berjalan keluar dari kamar setelah memberi isyarat pada Matthew, mempersilakan dia berdua saja di dalam sana. Tidak ada pertanyaan maupun percakapan, semuanya berjalan dalam keheningan.
Hal ini berlanjut selama satu minggu penuh, setiap kali Matthew datang ke bangsal. Bahkan ibu Kim memperlakukan dia seperti seorang kenalan lama, dia tidak bertanya siapa dia, atau ada hubungan apa dia dengan Kim Jiwoong. Dia hanya akan sesekali mengajaknya makan atau menyuruhnya istirahat sebentar.
Pada minggu ke-4 setelah koma, berkat dorongan dari Matthew dan orang tuanya, Jiwoong berhasil membuka mata. Respon pertama ibu Kim adalah memeluk Matthew yang ada disampingnya, bibirnya tanpa henti mengucapkan terima kasih.
Setelah pulang bekerja hari itu dia mendengar cerita dari suaminya, dia berusaha meyakinkan hatinya dan memercayai Matthew tanpa syarat. Dia berkata pada dirinya sendiri, selama Matthew bisa membangunkan Jiwoong, selama tidak merugikan putra mereka, dia akan memenuhi apapun keinginannya.
***
"Matthew, duduklah disini bersama paman." Ayah kim menepuk sopa di sebelahnya, Matthew berjalan mendekat. Sambil memindah saluran tv, dia bertanya, "Apa sekolah Matthew selesai lebih awal?"
"Tidak, sekarang jam istirahat, nanti masuk lagi setelah jam 2."
"Apa sekolahnya jauh?"
"Cukup dekat, aku hanya perlu jalan kaki beberapa menit."
"Apa Matthew jalan kaki ke sini?" Dari dapur, ibu Kim menyahut. "Astaga, Kim Jiwoong. Apa yang kau lakukan? Bagaimana kau bisa membiarkan Matthew kami jalan kaki?!"
"Ya, bagaimana kau bisa sekasar ini?" Ayah Kim menyahut dan berkata pada Matthew, "pulang nanti, biarkan Jiwoong yang mengantarmu."
Kim Jiwoong hanya bisa tersenyum menyaksikan kedua orang tua yang sepertinya sudah lupa siapa putra kandung mereka.
"Paman, tidak perlu-"
"Apa yang tidak perlu? Aigo.. Kim Jiwoong, kau juga, kenapa diam saja?!" Ibu Kim menepuk bahu putranya.
"Ugh. Ibu, baiklah, baiklah. Aku akan mengantarnya." Kim Jiwoong mengalihkan pandangannya, "Matthew, lihatlah. Biarkan aku mengantarmu atau aku mungkin akan diusir dari rumah malam ini."
Matthew tertawa mendengar perkataan Kim Jiwoong, walaupun dia tahu tidak mungkin bagi kedua orang tua itu mengusir dia dari rumahnya sendiri, Matthew masih mengiyakan ajakan hyungnya. Ini kesempatan Matthew untuk lebih dekat lagi dengan Jiwoon hyung.
.
.Kim TaeRae
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] BACK TO YOU || HIATUS
FanficSaat jumpa pertama mereka, Zhang Hao tahu selalu ada yang berbeda diantara mereka. Sementara dari kejauhan, Sung Hanbin memerhatikan Hyung kesayangannya dalam diam. Ini adalah sebuah reuni, sebuah bukti bahwa benih yang tertanam di hati, selalu bi...