10) Hyung, Jangan Pergi~

209 20 0
                                    

Keduanya membahas kontrak kerja sama dan akhirnya mencapai kesepakatan kerja. Tidak lupa juga hanbin menyerahkan uang muka sebagai modal awal penyelidikan.

Selesai berdiskusi, Lee Hoetaek meninggalkan kursinya terlebih dahulu, sementara Hanbin duduk diam di dalam. Jari telunjuknya mengetuk meja secara senada, Hanbin sedang dalam suasana hati yang buruk sekarang. Kata-kata detektif Hui seperti jarum yang menusuk hatinya, sangat mengganggu dan membuatnya merasa tidak nyaman.

Terlalu lambat... Sangat merepotkan...

Dia harus mengatur ulang rencananya. Apa yang diucapkan Mr. Hui hari ini membangunkannya. Sebelumnya dia pikir hanya usia yang jadi hambatannya. Tapi sekarang dia tahu, perusahaan itu belum menjadi miliknya, semua prestise yang dia bangun sebelumnya sudah tidak lagi ada, uang yang dia peroleh sekarang belum memenuhi syarat untuk membuat orang tunduk padanya. Tidak peduli seberapa banyak prestasi yang dia dapat selama sekolah, bagi para pebisnis itu, dia tetaplah bocah biasa yang tidak tahu apa-apa, seorang pemula naif yang memiliki harapan tinggi tentang masa depan dan rentan tertampar oleh kenyataan.

Mereka hanya peduli pada apa yang disebut uang, prestis dan jabatan. Jika dia hanya mengikuti alur sebelumnya, jalannya menuju itu semua masih sangat panjang, dia harus bisa mencari cara agar bisa meraihnya dengan kecepatan tercepat.

Hanbin memikirkan banyak hal untuk waktu yang lama, sampai alarm menyadarkannya. Waktunya kembali ke asrama atau dia akan dikunci diluar dan dihukum keesokan harinya.

Aish... Bahkan aku tidak bisa meyakinkan kepala sekolah untuk tidak tinggal di asrama.

Sangat menyebalkan.

***

Membuka pintu, Hanbin melihat Seungkwan menunggu di luar, " Hyung? "

Seungkwan menoleh, "maaf, barusan Aku agak khawatir denganmu karena tidak kunjung keluar, sudah selesai? " Hanbin mengangguk.

Di dalam lift, Hanbin bisa merasakan Seungkwan sesekali melirik ke arahnya, dia terlihat khawatir. "Bicaralah."

Seungkwan yang ketahuan, gelagapan. "Ehem, anu.. Itu, kau sepertinya sedang badmood. "

"En... "

"Ah.. " Lift kembali hening. Melihat Hanbin sedang tidak ingin bicara, seungkwan memilih untuk diam. Dia sebenarnya sangat ingin bertanya tentang kondisi Hanbin, tapi Hanbin sekarang terlihat agak menakutkan.

Ting.

"Zhang Hao, tolong antar ke meja no. 6" Mendengar nama itu Hanbin sontak menoleh, dia melihat Zhang hao dalam balutan seragam kerja, kaki jenjangnya terbungkus celana ketat coklat, dengan atasan kaos putih lengan pendek dan celemek yang membungkus erat pinggang kecilnya. Hanbin berhenti, iris matanya melebar. Dia melihat orang itu menyerahkan minuman pada pelanggan sambil tersenyum manis, tangannya mengepal erat, Hanbin hampir kehilangan akal.

Hao Hyung, milikku. Hanya milikku. Mereka tidak pantas melihatnya.

"Ha- Hanbin. " Suara Seungkwan menyadarkan Hanbin, dia menoleh. "Ta- tangan, tanganmu berdarah." Hanbin mengangkat tangannya, ada cetakan kuku di atas telapak tangannya. Sepertinya kukunya menusuk terlalu dalam saat dia mengepalkan tangannya barusan. Dia berjalan ke wastafel, mencuci bersih tangannya dan merapikan baju serta rambutnya. Seketika ekspresinya berubah seperti hamster kecil yang manis, berjalan cepat ke arah zhang hao tanpa memedulikan seungkwan yang seperti habis melihat setan.

"Hyung! "

Zhang hao menoleh, "Hanbin! Apa yang kau lakukan di sini? Sudah larut. Belum kembali ke asrama? "

"Aku dari atas, baru bertemu teman. Aku akan pulang sebentar lagi. Bagaimana denganmu, hyung. Mau pulang bersama? "

Melihat Hanbin yang sangat bersemangat membuat Zhang hao terhibur, sambil tersenyum dia menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tidur di asrama malam ini. "

Hanbin memanyunkan bibirnya, "Ini tidak adil, Aku juga ingin tinggal diluar. "

Faktanya selain kelas 3, setiap murid di sekolah mereka diwajibkan tinggal di asrama. Tentu saja ada beberapa pengecualian untuk mereka yang sakit atau para trainee seperti salah satu teman Hanbin, Matthew. Mereka diizinkan tidak tinggal di asrama dengan syarat surat permohonan dari orang tua dan surat keterangan dari dokter/perusahaan. Untuk kasus Zhang hao sendiri, ini adalah pertama kalinya. Dia adalah murid langsung dari Master Henry Lau, dosen kehormatan terkenal di Universitas Korea.

Pada hari Zhang Hao mendaftar, master Henry sendiri yang mengantarnya, dia juga menjelaskan tentang kondisi Zhang hao dan mengajukan permintaan agar Zhang hao diberi kebebasan meminta cuti untuk belajar/bepergian bersama dia jika jadwalnya dan sekolah bersinggungan. Hal ini masih dapat dimengerti, sebagai orang yang jadwalnya padat, menemukan waktu luang untuk mengajar Zhang hao bukanlah hal yang mudah. Belum lagi beberapa undangan dari orang-orang penting, dia berharap muridnya tersebut bisa memiliki hubungan yang baik dengan mereka dan membangun koneksinya sendiri.

Bagaimanapun dialah yang mengundang anak ini untuk mengikutinya dan menjadi muridnya, jadi dia harus bertanggung jawab dan menjaga Zhang Hao baik.

Walaupun Sekolah senang murid mereka, Zhang hao, bisa mendapat kehormatan belajar langsung dari master musik terkenal, tapi mereka tetap berharap agar Zhang Hao tidak melupakan kewajibannya untuk belajar sebagai seorang siswa. Jadi, setelah mengadakan rapat, sekolah memutuskan untuk memberi beberapa izin khusus untuk Zhang hao, termasuk akses izin keluar-masuk asrama. Dengan syarat Zhang hao harus berada diperingkat 10 besar sebagai jalan tengah.

[BL] BACK TO YOU || HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang