Chapter 8 - Warmth In Heart

677 133 14
                                    

Hati kecil Yeong Dal Mi agak khawatir diiringi rasa bersalah saat melihat Kim Dokja tengah terkejut, hati kecilnya merasa tidak tega. Tetapi sang gadis memilih untuk memuaskan egonya sendiri dan berjalan menjauh, meninggalkan Kim Dokja yang terpaku memegang beberapa makanan yang diberikan olehnya.

Para konstelasi-konstelasi besar sekarang terheran dengan apa yang barusan dikatakan Yeong Dal Mi. Mereka tak menyangka jika Yeong Dal Mi akan berkata hal yang akan menyakiti hati Kim Dokja, mereka kira si gadis penuh rencana tak terkira itu takkan mengatakan hal seperti itu.

Meskipun begitu, justru itu yang membuat para konstelasi tertarik kepadanya.

***
(Perasaan ini story udah gua update, tapi gatau kenapa wattpad gua ngelag kah apa terus tiba-tiba ada
di draft).

Hoho, sekali lagi maafin hamba kalo banyak typo, ini sambil ngerjain deadline soalnya xD

~Happy Reading~
***

Mungkin di masa yang akan datang, para konstelasi akan terus mengawasi Yeong Dal Mi, mereka menyadari kalau karakteristik Yeong Dal Mi sangat bisa menguntungkan bagi mereka, mengingat betapa kejamnya dia. Tetapi, di sisi lain mereka juga khawatir kalau si sulung itu akan menghancurkan segalanya.

Mereka tahu kalau mereka harus mencari cara untuk mengendalikan Yeong Dal Mi, kalau tidak, bisa jadi dia akan membuat kerancuan di antara para konstelasi.

"Ah... aku harus berhadapan dengan preman-preman itu lagi, lihat saja." Yeong Dal Mi berbicara sarkastik, dengan malas memutar bola matanya.

[Konstelasi The Darkness tidak sabar dengan rencana Anda.]

Yeong Dal Mi melihat pada notifikasi windownya dan tersenyum miring.

Cheon Inho, pemimpin preman dan salah satu karakter yang paling berpengaruh untuk mengatur orang selamat distasiun, juga karakter yang akan menghalangi Kim Dokja nantinya; dia mulai memilih beberapa orang kuat untuk dibawa mencari makanan di atas stasiun; karena udaranya sudah tercemar Cheon Inho memutuskan untuk membawa beberapa orang yang dianggap kuat, termasuk Yeong dal Mi, Kim Dokja dan Lee Hyunsung mengingat kalau Lee Hyunsung adalah tentara.

Lee Hyunsung mendongak, spontan mengangkat salah satu alisnya. "Eh, kenapa harus aku...?" Keluh Lee Hyunsung pada Cheon Inho

Cheon Inho dengan santainya menjawab, "Kau 'kan tentara, Hyunsung-ssi," ucap Cheon Inho sambil mendekatkan badannya pada Lee Hyunsung dan menekan tiap kalimatnya.

"Tentara harus menjadi wadah aspirasi dan mengayomi sekitarnya, bukankah begitu?" Lanjut Cheon Inho, secara perlahan mengayunkan tongkat bisbol yang berlumuran darah miliknya naik-turun.

Kim Dokja yang melihat itu pun mengangkat tangan, mengisyaratkan kalau dia akan membuka suara.

"Itu 'kan tidak wajib, wahai Cheon Inho. Itu hak Hyunsung sendiri untuk memilih, kau tidak tahu perasaan Hyunsung dan alasan personalnya."

"Kau tidak boleh langsung memutuskan begitu saja hanya karena Hyunsung pernah berada di militer. Tiap orang berhak membuat keputusannya." Akhir kata Kim Dokja, menatap lurus pada Cheon Inho dan agak mendekatkan tubuhnya pada pria bersurai cokelat itu.

Lee Hyunsung menatap Kim Dokja berkaca-kaca karena telah membelanya. Kini ia seperti anak kecil yang kagum pada suatu pahlawan yang ada dalam acara televisi.

Yeong Dal Mi yang melihat perdebatan yang dimulai antara Kim Dokja dan Cheon Inho hanya menghela nafas.

"Baiklah, baiklah. Tenang, Hyunsung-nim. Kau boleh tidak ikut dengan kami kali ini, maka dari itu aku yang akan bertanggung jawab atas semuanya jika terjadi apa-apa karena Hyunsung-nim tidak ikut. Bagaimana?" Katanya dengan berani langsung mengambil tongkat bisbol dari tangan Cheon Inho yang semula Cheon Inho sodorkan pada Lee Hyunsung.

Tanpa persetujuan apa pun dari Cheon Inho, Yeong Dal Mi tersenyum miring seraya berkata, "Aku anggap diam milikmu sebagai iya." Yeong Dal Mi membalikkan badannya sembari mengayunkan tongkat bisbol ke atas, lalu turun lagi. Sama seperti yang dilakukan Cheon Inho barusan.

Sebenarnya Cheon Inho marah ingin menolak. Namun, saat ia ingin berbicara Yeong Dal Mi langsung menatapnya dengan mengintimidasi membuatnya mengurungkan niat.

"T-Terima kasih, Yeong Dal Mi... maaf aku telah merepotkan!" Lee Hyunsung sangat berterima kasih kepada Yeong Dal Mi, sampai-sampai mengenggam tangannya dan hampir mencium tangan sang gadis.

Baca; salim.

Kim Dokja yang melihat perubahan ekspresi Yeong Dal Mi dari mengintimidasi menjadi sangat panik dan kemerahan sontak tertawa kecil, sambil menutupi mulutnya menggunakan salah satu tangannya.

Kim Dokja yang melihat perubahan ekspresi Yeong Dal Mi dari mengintimidasi menjadi sangat panik dan kemerahan sontak tertawa kecil, sambil menutupi mulutnya menggunakan salah satu tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sialan, sial, sial, sial. Aku mau kayang." Batin Yeong Dal Mi sambil agak memerah ketika melihat wajah Kim Dokja yang begitu indah, tetapi kemudian menepis pikiran itu dan kembali fokus pada tujuannya.

Yeong Dal Mi membalikkan badannya, sambil membawa tongkat bisbol itu sebagai senjata, walau dia sudah kuat tanpa senjata berkat 'sistem.' Yeong Dal Mi sebenarnya masih mempertanyakan, kenapa sampai ada sistem yang menemaninya sampai sekarang?

Pada akhirnya, beberapa anggota Cheon Inho diperintahkan untuk ikut dengan Yeong Dal Mi dan Kim Dokja. Saat akan naik, Yeong Dal Mi mulai memakai masker, dan dibalik masker itu dia menggigit Paru-Paru Monyet Ellain salah satu item yang membantunya untuk bernafas. Dia juga memberikan item tersebut pada Kim Dokja, serta masker.

"Terima kasih. Lain kali, aku akan membeli item ini menggunakan koinku, berhubung aku masih punya koin." Kim Dokja tersenyum dengan sedikit sarkastik, Yeong Dal Mi yang sadar akan sikap Kim Dokja hanya tertawa.

[Beberapa konstelasi ikut tertawa mendengar perkataan Kim Dokja.]

"Aku hanya ingin berbagi item kepadamu. Lalu, ini juga karena aku hanya peduli padamu." Yeong Dal Mi membawa jari jemari lentiknya pada surai rambut Kim Dokja yang menutupi dahinya, dan menyisir rambutnya membuat sang pemilik menjadi sangat merah.

"Jangan mati, Kim Dokja."

Kalau bukan karena skill The Fourth Wall, mungkin Kim Dokja sudah akan pingsan.

Senyuman Yeong Dal Mi memudar ketika menempatkan salah satu tangannya pada punggung Kim Dokja dan mulai berjalan ke atas stasiun.

Kim Dokja hanya terdiam, menatap pada item yang diberikan oleh Yeong Dal Mi sekali lagi. Dia sangat kebingungan, mengapa Yeong Dal Mi begitu baik padanya?

Meski pun begitu, dia tersenyum, kali ini senyumannya berbeda.

Kim Dokja merasakan kehangatan dalam hati kosong, hampa miliknya, sudah sangat lama. Tidak. Hampir tidak pernah dia merasakan sesuatu seperti ini. Rasanya diperdulikan oleh seseorang...

"Afeksi." Gumam Kim Dokja pada dirinya sendiri, kemudian menyusul Yeong Dal Mi dari belakang, seraya tak kuasa menahan senyuman yang merekah di bibirnya.

𝐁𝐎𝐑𝐍 𝐓𝐎 𝐒𝐔𝐑𝐕𝐈𝐕𝐄. ᴷⁱᵐ ᴰᵒᵏʲᵃ ˣ ᴿᵉᵃᵈᵉʳTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang