Meski pun begitu, dia tersenyum, kali ini senyumannya berbeda.
Kim Dokja merasakan kehangatan dalam hati kosong, hampa miliknya, sudah sangat lama. Tidak. Hampir tidak pernah dia merasakan sesuatu seperti ini. Rasanya diperdulikan oleh seseorang...
"Afeksi." Gumam Kim Dokja pada dirinya sendiri, kemudian menyusul Yeong Dal Mi dari belakang, seraya tak kuasa menahan senyuman yang merekah di bibirnya.
***
Maaf kalo banyak typo pada bab kali ini TvT.
OTAKKU LAGI SOAK!! Mana tadi hasil revisi bab 10 ilang, sampe nangis. Intinya vote aja dah.
***Kim Dokja dan Yeong Dal Mi melangkahkan kaki pada jalan setapak secara beriringan. Kemudian, empat anggota Cheon Inho mengekori mereka dari belakang untuk menjaga bagian belakang, sebelum pada akhirnya berpencar menjadi beberapa kelompok untuk menghemat waktu; sebagaimana udara di atas stasiun Geumho tercemar udara beracun.
Yeong Dal Mi memutuskan untuk satu kelompok dengan Kim Dokja, mengetahui kalau hanya Kim Dokjalah satu-satunya pria yang dia bisa menaruh rasa kepercayaan.
Selama beberapa menit, Yeong Dal Mi hanya sekedar berputar-putar guna melihat keadaan sekitar atau mencari apakah masih ada orang yang masih selamat. Tetapi tidak ada. Selama mereka berjalan, hanya ada suara angin malam dan jangkrik. Mereka bahkan tidak bicara satu sama lain.
Kim Dokja yang menyadari suasana hening di antara mereka berdua akhirnya memulai pembicaraan dengan salah satu topik yang agak berat.
"Aku agak skeptis dengan Inho, tidakkah kau berpikir demikian juga?" Dia berbisik, menatap Yeong Dal Mi dengan tatapannya yang indah.
Bulu mata Kim Dokja begitu lentik, mata hitam legamnya membuat Yeong Dal Mi meleleh sebelum dia menjawab pertanyaan tersebut.
"Aku juga berpikiran begitu, dia nampak memanipulasi situasi karena kemampuannya untuk mengibuli suatu kelompok, bahkan keseluruhan dari grup orang yang selamat." Balas Yeong Dal Mi, tidak menatap mata Kim Dokja dan memelankan suaranya agar tidak terdengar oleh anggota Cheon Inho.
"Benar 'kan? Inho adalah orang yang pandai memanfaatkan sesuatu tanpa ada seseorang yang menyadarinya, kalau ada pun, pasti ada saja orang yang mengelak."
Kim Dokja berjalan menyesuaikan langkahnya dengan Yeong Dal Mi, sebelum masuk ke salah satu toko pangan yang mungkin masih ada beberapa makanan di dalam sana.
"Kau punya pemikiran yang sama denganku, Dal Mi. Aku rasa kita akan cocok." Lanjut Kim Dokja, masih menatap mata Yeong Dal Mi; kali ini sedikit tersenyum.
Tubuh Yeong Dal Mi bergetar dan wajahnya sangat merah begitu mendengar perkataan Kim Dokja yang sangat... 'ambigu.' Dia tidak berbicara dan langsung masuk kedalam toko pangan, meninggalkan Kim Dokja.
[Konstelasi Judge of Fire mengedipkan mata dan bersiul pada Anda.]
Yeong Dal Mi yang melihat notifikasi itu semakin memerah dan panik, tetapi dia menyembunyikan wajah merahnya itu dari Kim Dokja tetapi memperlihatkan itu kepada para konstelasi tanpa disengaja. Membuat para konstelasi merasa gemas dengan Yeong Dal Mi.
"Aku rasa kita harus lebih cepat, Dokja." Kata Yeong Dal Mi, menutupi wajahnya yang memerah, berusaha menyembunyikan senyumannya.
"D-Dal Mi?" Kim Dokja merasa kebingungan, ia menggaruk bagian belakang lehernya yang tidak gatal begitu melihat Yeong Dal Mi meninggalkannya.
"Apakah aku salah berbicara...?" Gumam Kim Dokja pada dirinya sendiri, dan menyusul Yeong Dal Mi.
Saat sedang mencari makanan, Yeong Dal Mi terkejut saat melihat Jung Heewon tiba-tiba ikut masuk, menutup pintu dan bernafas dengan terengah-engah. Mimik Jung Heewon nampak panik, wajahnya yang yang cantik itu berkeringat.
"Kau nampaknya sedang dikejar oleh sesuatu." Kata Kim Dokja waspada begitu melihat Jung Heewon, karena Jung Heewon pada novel yang dibaca Kim Dokja adalah karakter sampingan, yang seharusnya tidak ditampilkan dan mati.
Yeong Dal Mi mendekat ke arah Jung Heewon, menenangkan wanita itu. Dia memberikan item Paru-paru Monyet Ellain pada Jung Heewon untuk mengatur nafasnya.
"Jung Heewon... kau ada di grup buangan, kan? Kenapa bisa disini?" Yeong Dal Mi menatap lurus padanya.
Alis Yeong Dal Mi mengkerut saat sedang berpikir serius, membuat Kim Dokja mengingatkannya kepada seseorang.
Jung Heewon yang agak tenang kemudian mengangguk pelan, "Benar, aku ada di grup buangan."
Jung Heewon mengatur nafasnya, dan baju kemejanya terlihat seperti habis disobek oleh seseorang. Yeong Dal Mi melepaskan mantelnya, menutupi badan Jung Heewon.
"Heewon-ssi, bajumu kenapa compang-camping?" Kim Dokja kali ini bertanya dengan halus, rasa curiganya berubah menjadi empati.
Jung Heewon memalingkan wajah dan menatap pada kedua orang tersebut lalu menunduk.
"...Jujur, aku hampir saja mendapatkan pelecehan. Maka dari situ aku kesini karena mereka akan membuangku setelah melakukan itu."
"Aku berusaha melawan, tetapi bagaimana pun aku tidak sanggup dengan jumlah mereka."
Jung Heewon mengatakan itu tanpa ekspresi, sembari melihat ke arah bawah; membuat Yeong Dal Mi bergetar dan menggendong tubuh Jung Heewon di punggungnya.
"Dokja, ambil makanan yang tersisa. Cepat. Kita akan kembali ke stasiun dan melakukan sesuatu dengan ini."
Kim Dokja bergegas untuk mengambil bahan makanan yang tersisa dalam toko pangan, tangannya bergerak memilih antara bahan yang masih dan tidak, dengan sangat cepat dan memasukkan semuanya ke dalam satu plastik. Rata-rata yang masih tersisa adalah roti gandum tawar.
Beberapa menit kemudian, Yeong Dal Mi, Kim Dokja dan Jung Heewon sampai pada stasiun Geumho, tetapi mereka tidak melihat beberapa orang yang tadi sempat ikut dengan mereka.
Kim Dokja sangat bertanya-tanya sekarang, tetapi kemudian menemukan jawabannya saat Jung Heewon mulai menceritakan kejadian sebenarnya, juga menceritakan tentang sisi gelap paling dalam milik Cheon Inho, ya, walau pun sudah terlihat gelap, sih.
Jung Heewon berkata, "Cheon Inho memanfaatkan orang-orang yang kurang berguna untuk dibunuh, karena tiap membunuh 'makhluk hidup' akan mendapatkan koin, dan jumlah koinnya bukan main."
Jung Heewon menatap pada langit-langit, dan Yeong Dal Mi agak terkejut saat Jung Heewon mulai menyandarkan kepalanya pada pundak Yeong Dal Mi.
"Lalu, mereka... menukarkan 'tubuh wanita' dengan makanan, tidak tua, tidak muda. Mereka akan melakukan apa saja demi bertahan hidup." Kali ini Jung Heewon berkata dengan nada marah dan menggepalkan tangannya.
"Tetapi, bagaimana pun itu adalah satu-satunya cara yang mereka pilih untuk bertahan hidup, kau mau mereka mati karena kelaparan?" Ucap Kim Dokja pada Jung Heewon, membuatnya semakin menggepalkan tangannya.
Jung Heewon menatap datar pada Kim Dokja, tidak menjawab argumennya.
"...Semua pria sama saja." Kata Jung Heewon, memutarkan bola matanya dengan malas dan menyandarkan kepalanya pada pundak Yeong Dal Mi.
Yeong Dal Mi merasa agak puas karena dia bisa membuat karakter Jung Heewon percaya dengannya.
Tetapi disisi lain dia khawatir karena sudah membuat banyak sekali perubahan, entah perubahan baik atau buruk, dia pasti akan mendapatkan dampaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐎𝐑𝐍 𝐓𝐎 𝐒𝐔𝐑𝐕𝐈𝐕𝐄. ᴷⁱᵐ ᴰᵒᵏʲᵃ ˣ ᴿᵉᵃᵈᵉʳ
Fanfiction"𝘚𝘶𝘳𝘨𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘪 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢𝘮𝘶, 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢𝘮𝘶. 𝘋𝘰𝘬𝘫𝘢." ༺。° .ᘛ𓆩𔘓𓆪ᘚ. ° 。༻ Dia, sang pembaca, tidak ingin Kim Dokja terjatuh dalam koma seperti pada novel yang dibac...