Sangat hati-hati, takut jika bayi di dalam perut itu terluka. Dan, ketika perut itu terbelah, tangis bayi terdengar diantara rintik hujan yang semakin deras mengguyur hutan disertai angin yang bertiup sangat kencang.
Makhluk bernama Laksmi itu menarik kain panjang yang menutupi sebagian tubuh wanita yang sekarang sudah menjadi mayat.
Makhluk itu lantas menyelimuti bayi perempuan itu dengan kain basah untuk menghindari air hujan yang semakin turun dengan deras.
"Kau pergilah dari hutan ini. Mayat ini besok akan menjadi urusanku. Dan jangan katakan apapun tentang anak ini pada siapapun, atau aku akan menemukanmu dan mengganggu semua keluargamu," ancam Laksmi pada laki-laki yang saat itu masih duduk bersimpuh.
Mendengar ucapan Laksmi, laki-laki bernama Harun itu mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Ia akhirnya bisa bernapas lega karena tidak menjadi korban berikutnya.
Saat laki-laki itu berdiri dan hendak pergi, Laksmi tak lupa untuk menanyakan sesuatu.
"Tunggu! sebelum kau pergi aku ingin bertanya, siapa nama wanita malang ini? dan mengapa ia sampai berada di dalam hutan ini,"
Saat laki-laki itu akan menjawab, bayi digendongan Laksmi bergerak dan bergetar, tanda jika bayi perempuan itu sedang kedinginan.
Lakshmi menurunkan pandangannya dan menatap bayi mungil itu. Ia lalu melepas kain yang melilit tubuhnya dan mendekap bayi itu di antara dada dan ketiaknya. Bulu-bulu yang ada di tubuhnya seperti memberi kehangatan dan bayii itu langsung terdiam.
"Wanita malang ini bernama Suparti. Dia menderita penyakit aneh setelah menikah dengan seorang juragan pemilik kebun teh terbesar di tempat kami,"
"Status Suparti adalah istri kedua. Dan yang membuang Suparti tidak lain adalah suaminya sendiri,"
"Nama suaminya adalah juragan Aryo, dan karena penyakit aneh ini, di mana seluruh tubuh Parti dipenuhi oleh borok yang berbau tajam ini, aku dan kedua temanku diperintahkan untuk membuangnya ke dalam hutan ini, dengan imbalan besar,"
"Aku meminta maaf, semua ini sebenarnya sama sekali tidak pernah aku bayangkan. Karena desakan ekonomi aku terpaksa melakukan pekerjaan yang kotor ini," laki-laki itu kembali tertunduk, menatap mayat wanita yang saat itu terkapar dengan perut yang terbelah di dekat kakinya.
Ia sungguh merasa menyesal, karena ikut dalam kejahatan yang melibatkan seorang wanita hamil yang akhirnya harus kehilangan nyawanya, dan seorang anak yang terpaksa hidup tanpa ibu kandungnya.
"Pergilah, lebih baik kau perbaiki hidupmu. Sebenarnya aku sangat ingin menikmati tubuh laki-laki jahat seperti dirimu, tapi aku memberikan kesempatan untukmu, karena kau telah bersusah payah membantuku dan sempat akan menolong wanita ini. Pergilah, sebelum kaumku tahu dan Kau yang akan menjadi santapan berikutnya,"
Laki-laki itu kembali mengucapkan terima kasih, dan tanpa membuang waktu juga kesempatan yang diberikan kepadanya, laki-laki bernama Harun itu berlari tak tentu arah. Mencari jalan keluar dan berusaha menyelamatkan dirinya.
Sementara Laksmi dengan susah payah membawa bayi itu ke tempat biasa ia tinggal.
Ia berusaha keras menjaga bayi itu agar tidak terkena guyuran air hujan, menutupi kepala bayi itu dengan tangan besarnya dan memberikan dekapan hangat seperti layaknya seorang ibu yang sedang melindungi putrinya.
Itulah awal mula ia bisa bertemu dengan bayi mungil yang akhirnya ia angkat sebagai anak dan ia besarkan dengan penuh cinta. Ia memberi nama bayi itu Sumiati.
Sumiati telah menjadi kekuatan baginya, tempatnya mencurahkan kasih sayang dan membuat hidupnya lebih bermakna.
***
" Gadis itu .... kenapa bisa begitu mirip dengan Suparti? mungkinkah dia ...,""Tidak-tidak! aku yakin sekali tidak. Karena Harun memastikan, malam itu hanya dia yang selamat dan dia berani bersumpah, jika Suparti dan dua temannya menjadi santapan makhluk besar pemakan manusia di dalam hutan,"
"Di hutan larangan? Kau buang Suparti di sana?" tanya Nilam--ibu Aksa pada suaminya.
"Ya, aku buang dia di sana. Semua karena aku takut kamu akan pergi seperti ucapanmu kala itu. Aku tahu itu sebuah kesalahan fatal, tapi saat itu aku kalut dan tidak bisa berpikir waras, tapi selama ini aku sudah berusaha untuk membayar semua kesalahanku saat itu. Aku membiayai semua keluarga Suparti agar mereka tutup mulut,"
Nilam terdiam mendengar penjelasan suaminya. Bukan hanya laki-laki itu yang berdosa, tapi ia pun ikut andil dalam menyiksa wanita bernama Suparti itu.
Ia menyadari, itu bukan sepenuhnya kesalahan Suparti. Semua itu tidak akan terjadi, jika suaminya tidak mau atau menolak kehadiran wanita itu dalam hidupnya.
Gara-gara perbuatan Nilam-lah Suparti yang saat itu sedang hamil besar harus mengalami kejadian buruk dalam hidupnya.
Wanita itu jadi menderita borok di sekujur tubuhnya. Koreng yang berbau amis dan juga berbau anyir, hingga orang-orang enggan mendekat padanya dan menyebutnya sebagai wanita sial. Termasuk juragan Aryo, suaminya.
Awalnya Nilam merasa bahagia, karena ia memenangkan persaingan dan bisa membuat wanita itu perlahan tersingkir dari kehidupan suaminya.
Namun, ia tidak menyangka pertengkarannya dengan juragan Aryo, malah membuat suaminya itu menjadi gelap mata dan menyingkirkan wanita itu tanpa rasa kasihan.
Meskipun setelah kejadian itu, suaminya pun menyimpan rasa bersalah sama seperti dirinya.
Raden Aryo menjadi lebih pendiam, dan sering melamun seorang diri. Begitupun Nilam, yang selalu dibayang-bayangi sosok Suparti.
Rasa bersalah itu terkadang hadir kembali meski sudah puluhan tahun mereka lewati.
"Mungkin ini hanya ketakutan kita saja. Lebih baik kita jangan membuat Aksa curiga. Aku tidak mau Aksa menjadi benci terhadap kita," Nilam lalu beranjak menjauh, merapikan pakaiannya dan keluar dari dalam kamar.
Sementara Raden Aryo hanya menatap lesu istrinya. Laki-laki itu lalu melangkah ke arah ranjang dan duduk di tepi.
Pikirannya menerawang bebas. Tak bisa ia pungkiri, wajah gadis itu sangat mirip dengan Suparti.
Lugu, tak banyak bicara, dengan mata yang bulat, dan bibirnya yang penuh, sangat mirip dengan Suparti. Yang membedakannya hanya dari kulitnya lebih putih, karena kulit Suparti tidak seputih dirinya.
"Akh, kenapa aku harus memikirkan gadis itu? dan ... kenapa batinku mengatakan jika gadis itu adalah anakku? apa benar di dunia ini ada orang yang bisa sangat mirip seperti itu?" Raden Aryo berbicara pada dirinya sendiri.
Ia benar-benar tidak habis pikir. Rasanya ia tak sanggup untuk keluar dan menatap mata teduh itu seperti tadi.
"Bagaimana jika gadis itu benar adalah anakku? buah cinta antara aku dan Suparti dulu?"
Sementara Raden Aryo masih berjibaku dengan pikirannya sendiri, Nilam yang saat itu baru saja keluar dari kamar mendapati Aksa sedang menunggu dirinya.
Jelas saja Nilam terkaget saat melihat anaknya itu, apalagi melihat wajah Aksa terlihat tegang. Apa mungkin ia mendengar percakapan Nilam dan ayahnya?
****