part 6

250 22 0
                                    

"Siapa itu!"

Sumi yang asik makan langsung menghentikan makannya. Ia meletakkan pelan-pelan bongkahan daging yang sedang ia nikmati  di atas piring yang terbuat dari tanah liat dan memandang ke arah ibunya.

Wajah wanita tua itu tampak marah, matanya langsung melesat ke arah kamar Sumi dan menggertakkan giginya.

"Sumi! apa kau menyimpan seseorang di dalam kamarmu?" Ibunya  lalu menatap ke arah Sumi dan menatap tajam mencari jawaban di mata Sumi yang berkilat takut.

Wajah Sumi langsung tegang. Ia lalu menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan, berusaha agar tetap tenang.

"Tentu saja tidak, Ibu. Mana berani Sumi membawa orang masuk ke dalam rumah kita, hewan pun Sumi tak berani. Sumi kan anak ibu yang penurut," jawab gadis itu setenang mungkin, meski hatinya bergemuruh dengan kencang.

Brakkk!

Sumi terjingkat dan matanya seketika membola, saat tiba-tiba saja ibunya menggebrak meja. Ini untuk pertama kalinya, wanita tua yang sangat ia sayangi itu marah.

"Kau jangan bohong, Sumi! meski aku tak mencium aroma manusia, tapi aku mendengar pergerakan dari arah kamarmu. Apa kau menyembunyikan sesuatu?"

Wanita itu seketika berdiri dan melangkah tertatih-tatih ke arah kamar Sumi.

Sumi gelagapan dan kalut. Bagaimana jika ibunya menemukan Aksa di dalam kamarnya? apakah ia akan mengusir Aksa saat itu juga dan akan menghukum dirinya?

"Su--Sumi tidak bohong, Bu. Mungkin itu suara gemerisik dari luar, bisa jadi itu suara ranting atau mungkin pohon yang tumbang," Sumi berusaha menghalangi wanita itu untuk masuk ke dalam kamarnya.

"Kau jangan bohongi aku, Sumi. Meski jelas semakin dewasa kau semakin berperilaku seperti manusia seutuhnya, tapi kau tetap anakku, kau berada dalam genggamanku, dan akulah yang telah menjagamu! Aku tahu semua tentang dirimu, sampai saat kau berbohong pun aku tahu, Sumi!" sentak wanita itu saat Sumi berada di hadapannya.

Sumi terdiam. Untuk pertama kalinya ibunya berkata kasar, dan membuat jantungnya nyaris copot seketika dengar suaranya begitu lantang dan juga nyaring di telinganya.

"Geser tubuhmu! jika nanti aku menemukan sesuatu di dalam kamarmu, maka aku akan membuat makhluk itu menyesal seumur hidup karena pernah masuk ke dalam rumahku!"

Mendengar ancaman ibunya itu, Sumipun menggeser tubuhnya menjauh, tapi mata tetap awas melihat langkah ibunya yang mendekati kamar.

Saat pintu terbuka...

Kriettt!!!

***
POV Aksa.

Kakiku rasa lunglai tak bertenaga saat  kulihat gadis itu makan daging dengan lahap.

Yang membuat aku shock dan rasanya tak percaya, adalah saat kulihat dengan teliti daging yang sedang mereka makan itu masih menempel tulang, dan aku yakin itu adalah tulang rusuk manusia.

Bagian tubuh manusia yang terbelah dua dan masih meneteskan darah itu, dimakan dengan begitu lahapnya.

Apalagi saat aku melihat makhluk yang berada di hadapan Sumi. Makhluk besar dengan rambut yang panjang dan awut-awutan, bertaring panjang, dengan bulu di beberapa bagian sisinya, serta payudara yang panjang melebihi perutnya dengan mata merah menyala.

Aku yakin, daging yang saat itu mereka nikmati adalah daging salah satu pengawalku yang jadi korban keganasan makhluk hutan.

Makhluk itu tampak sangat menyayangi Sumi. Seperti layaknya seorang ibu kepada anaknya.

Aku terkesiap. Ingin rasanya aku pergi dari tempat ini saat itu juga, tapi aku takut, bagaimana jika nanti aku yang akan menjadi santapan berikutnya?

Sebenarnya siapa Sumi? kenapa ia makan daging yang jelas-jelas itu adalah daging manusia?

Brakk!

' Ah, sial!'

Tanpa sengaja, tanganku menyentuh pintu, hingga tercipta suara meski itu tidak besar. Aku kembali menatap lobang kecil hingga pupilku melebar.

Sial memang sial nasibku. Makhluk itu bergerak mendekatiku yang berada di balik pintu.

Mata merahnya bergerak-gerak dan sekejap kemudian menatap ke arahku. Jantungku rasanya berhenti bekerja untuk sesaat.

Tatapan mata itu bukan hanya menakutiku, tapi seolah hendak memangsaku dan  menjadikanku sebagai santapannya.

Dengan waktu yang hanya sepersekian detik, aku tersadar dan bergerak cepat kembali ke bawah kolong tempat tidur dan menutupi tubuhku dengan kain yang diberikan oleh Sumi sebelumnya.

Dadaku bergemuruh, keringat dingin mengucur, tubuh gemetar dengan otot yang menegang. Aku benar-benar takut, hawa sekujur tubuhku terasa sangat panas, terhimpit hingga untuk bernapas pun terasa ragu dan takut.

Dengan tubuh yang meringkuk, aku menatap ke arah pintu. Mataku sedikit pun tidak pernah lepas dari sana, bersikap waspada dan awas jika sewaktu-waktu makhluk itu menemukanku dan berusaha menangkapku, aku akan melawan dengan segenap tenaga yang masih tersisa di dalam tubuh.

Kriettt!!!

Gawat! pintu terbuka!

Aku hanya bisa menahan nafas. Detik berikutnya, kulihat sepasang kaki melangkah secara bergantian masuk ke dalam kamar dan bergerak seperti mencari sesuatu.

"Sudah suami katakan ibu, tidak ada siapa-siapa di sini selain Sumi,"

Degh!

Aku tahu suara itu. Itu suara Sumi! dan kaki itu ... pasti milik Sumi. Tapi Sumi berbicara pada siapa?

Aku tertegun dan memperhatikan kain yang melayang dan selalu mengikuti kaki Sumi. Apakah itu makhluk yang tadi menatapku?

"Aku merasakan hawa yang berbeda dari kamarmu, jelas ada sesuatu di kamar ini, tapi kenapa tidak tercium bau manusia di sini?"

Astaga! Sumi memang tidak sendirian! jadi ... makhluk itu tidak menapak di tanah? dan makhluk yang panggil Ibu itu ... adalah hantu?

Aku sebisa mungkin menahan napas. Sesak dan begitu menyiksa. Rasa takut kian menjalari tubuh.

"Baiklah, sepertinya memang tidak ada apa-apa di sini,"

Baru saja ingin bernapas lega, tiba-tiba saja ada hembusan angin yang masuk dari pintu kamar.

Wusshh!

Angin itu menyibak kain yang mengawang dan menunjukkan kaki pucat dan berurat dengan kuku-kuku hitam dan panjang.

Up!

Aku seketika menutup mulut saat kaki itu tiba-tiba berhenti tepat di samping tempat tidur.

"Ibu? ayo, kita lanjutkan makan, Sumi masih lapar,"

"Tunggu dulu, ibu merasa ada yang salah dengan ranjang ini...,"

"Ibu ...,"

'Astaga!'

Entah mimpi apa aku bisa masuk ke rumah hantu ini. Belum juga habis rasa takutku, tiba-tiba saja kulihat uraian rambut panjang turun dan menyentuh lantai.

Jantungku semakin berdetak kencang.   Makhluk mengerikan itu pasti menemukanku.

'Mati aku! tamat hidupku!'

Kulihat tangan pucat berurat dengan kuku-kuku panjang berwarna hitam dan tetesan darah ikut turun dan menggapai-gapai masuk ke dalam kolong seraya mencari sesuatu.

Tangan berbau anyir darah itu hampir saja menyentuh tubuhku, dan hanya beberapa senti dari wajahku.

Tak bisa kubayangkan, jika kuku panjang itu mencakar wajahku, bukan cuma tergores, tapi mungkin terkoyak-koyak seperti tubuh para penjagaku.

Di saat ia hampir saja menggapaiku, tiba-tiba...

SUMIATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang