Aksa keluar dan menatap sekitar. Matanya awas mengira-ngira jika ada orang yang melihat keberadaan mereka.
Memang Aksa tidak melakukan perbuatan zinah, tapi apa yang sedang dilakukan oleh Sumi itu tidak bisa diterima oleh nalar manusia pada umumnya.
Jika ada yang melihat mereka, terutama Sumi, pastinya Sumi akan diusir dari kampung, dan lebih parahnya dia bisa dianiaya warga karena mengira Sumi adalah pemakan manusia.
Sayangnya, Aksa sama sekali tidak mendapati adanya orang lain di sekitar mereka. Ia kembali masuk ke dalam pondok dan menemani Sumi yang saat itu masih lahap menyantap daging ayam segar yang baru saja Aksa potong.
Dada Aksa terasa nyeri saat melihat Sumi begitu lahapnya makan. Ternyata, untuk membuat Sumi kembali kepada kodratnya sebagai manusia biasa yang makan nasi dan juga makanan yang dimasak tidak segampang seperti pikirannya.
Sumi belum bisa menyesuaikan dirinya, dan Aksa menganggap itu hal wajar, karena sejatinya sumi diasuh oleh makhluk pemakan daging itu pasti sudah terbiasa menyantap hal yang sama dengan ibu asuhnya.
Aksa menatap dekat Sumi yang saat itu sedang menyantap makanannya. Ia sangat yakin Sumi adalah manusia biasa. Yang menjadi pikirannya, kenapa Sumi bisa berada di dalam hutan dan oleh makhluk mengerikan?
Apakah Sumi sewaktu kecil diculik oleh makhluk itu, atau ada sebab lainnya. Jika ia memang anak manusia, ke mana orang tuanya?
***
Malam itu berlalu dengan membawa kepedihan yang teramat dalam pada diri Ratri--ibu muda yang anaknya diculik oleh Laksmi.Wanita itu melangkah gontai, nyaris saja terjerembab saat kakinya menyandung akar pepohonan yang mencuat di daratan.
Matanya menatap nanar sekitar. Langit hampir saja terang. Suara adzan sejak tadi selesai di kumandangkan.
Sebagian orang sudah pulang kembali ke rumah, lelah karena semalaman mencari bocah berumur 4 tahun yang tiba-tiba hilang di gondol makhluk halus.
Hanya Ratri dan suaminya, juga beberapa orang yang masih saja keukeuh untuk mencari bocah itu walau matahari sudah mulai menampakkan dirinya.
"Sudah, To. Kita pulang dulu. Istirahat. Nanti siang kita cari lagi," usul Pak RT yang baru saja datang sembari membawa sekantung gorengan untuk mengganjal perut orang-orang yang masih bertahan.
"Tapi, Pak, anak kami belum di temukan. Bagaimana dengan Tole?" Warto terlihat enggan untuk meninggalkan tempat, apalagi saat itu istrinya masih saja memanggil nama anaknya meskipun suara terdengar sangat lemah.
"Tole ... kamu di mana, Nak?"
Sedangkan bayi yang mereka cari pagi itu tiba-tiba terbangun. Ia mendengar namanya dipanggil.
"Ibukk!" serunya seraya mengucek matanya.
Tempat itu masih saja terlihat gelap, meskipun hari sudah siang. Tentu saja karena bocah itu dibawa ke dimensi lain oleh Laksmi. Ia sengaja menyembunyikan bocah itu untuk santapannya, awalnya.
Akan tetapi, begitu melihat paras polos bocah itu, Laksmi menjadi tidak tega, karena mengingatkannya pada Sumi--anak manusia yang ia asuh sejak lahir.
"Ibukkk!!" bocah itu kembali memanggil ibunya. Rasa takut mulai merajai dirinya, apalagi sosok yang ia panggil Ibu tak juga menampakkan wujudnya.
Laksmi saat itu berkeliaran jauh dari tempat itu. Memulai perjalanan untuk mencari anaknya.
Ya, ia sudah menganggap Sumi adalah bagian dari hidupnya, dan ia akan kembali membawa Sumi kembali padanya.
"Ibukkk!!!" teriakan bocah itu semakin kencang dan membahana, hingga menerobos tirai yang menutupi antara dunia manusia dan juga dunia yang sedang menyelimutinya.