part 28

420 23 4
                                    

"Tidak! kamu tidak boleh pulang. Karena aku akan segera mempersunting dirimu dan menjadikanmu istriku,"

"Apa? istri?!"

"Istri itu apa? Aku sama sekali tidak mengerti," ucap Sumi.

Aksa menghela napas dalam. Ia kira Sumi mengerti apa yang dia ucapkan barusan, tapi ternyata gadis itu memang terlalu polos, hingga tidak mengerti hal penting yang sangat sulit diutarakan oleh Aksa.

Ya, itu bukan sekedar hanya janji biasa. Selain ingin menepati ucapannya tempo hari, Ia pun merasa sudah jatuh cinta kepada Sumi.

Sejak ia di selamatkan oleh Sumi, Aksa sulit untuk melupakan bayang-bayang gadis itu dari pikirannya.

"Menikah itu berarti kita tinggal bersama, saling mencintai dan saling berbagi,"

Gadis itu lalu menoleh ke arah Aksa dan menatapnya dalam.

"Bukankah sekarang kita sudah tinggal bersama? apa itu berarti kita sudah menikah?"

Aksa menggeleng pelan. "Belum, kita belum menikah. Kalau kita menikah, nanti akan ada acara yang besar, mengundang para warga untuk makan bersama," jelasnya.

"Oh, kalau begitu, ayo menikah. Tapi ... sebelum kita menikah, Aku ingin bertemu dengan ibu. Aku takut ibu akan tertangkap warga, dan mereka berbuat jahat pada ibu," ujar Sumi. Gadis itu menunduk dan meremas ujung bajunya.

Ia sangat rindu akan sosok ibunya. Ingin rasanya ia pulang, karena di tempat Aksa, ia tidak bahagia.

Namun, entah kenapa ada bagian dari dirinya ingin tetap tinggal di situ. Kadang ia merasa, ia tidak seperti ibunya, mempunyai wujud asli yang menyeramkan.

Sumi pun merasa jika ia sama seperti orang-orang yang lainnya hanya mempunyai kebiasaan makan yang berbeda, tapi tetap saja, Sumi lebih nyaman tinggal bersama dengan ibunya.

Meskipun di sini ramai dan juga banyak orang-orang yang seperti dirinya, tapi Sumi tidak merasa dicintai, tatapan mata orang-orang kepadanya berbeda dengan tatapan mata ibunya yang penuh kasih sayang.

Sumi menyadari walaupun wujud asli ibunya buruk rupa tapi ibunya sangat menyayangi dirinya.

Ia sangat yakin, makhluk yang saat ini sedang menjadi perbincangan warga adalah ibunya yang  mencari keberadaannya.

"Bagaimana mungkin kita kembali bertemu dengan ibumu? bukankah kamu juga sudah melihat wujud aslinya? jika tidak, tidak mungkin kamu pergi dari tempat itu," Aksa keberatan. Tangannya kemudian meremas setir mobil, ia benar-benar tidak ingin melihat Sumi kembali ke hutan dan menempuh hidup seperti manusia purba.

Hatinya tak rela. Ia pun tak mengerti, kenapa perasaannya begitu terikat pada Sumi, padahal Ia baru beberapa hari mengenal gadis yang telah menolongnya itu.

"Kalau aku tidak menemui ibu, bagaimana nasib anak itu? lagi pula, aku sangat merindukannya, aku tahu di balik sosoknya yang mengerikan, ibu mempunyai hati yang sangat baik dan ia sangat tulus mencintaiku," bela Sumi.

Mendengar ucapan Sumi, Aksa hanya bisa terdiam. Benar yang dikatakan Sumi, ada nyawa tak berdosa yang kini tengah mereka pertaruhkan.

"Baik, kita akan lihat. Apa makhluk itu benar ibumu, atau bukan. Tapi kita pulang terlebih dahulu. Aku ingin makan,"

Sumi mengulas senyum senang saat Aksa akhirnya mau menuruti keinginannya. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang beranjak dari arah pasar menuju rumah Aksa.

Sementara itu di dalam kamar mewah rumah Aksa, Raden Aryo sedang berbincang dengan Nilam. Wajahnya terlihat serius begitu juga dengan Nilam.

"Kalau kita usir gadis itu sekarang, sudah pasti Aksa akan marah. Tapi jika tidak kita usir, hatiku akan semakin sakit, melihat wajahnya yang mengingatkanku pada Suparti, mantan istri keduamu itu," decak Nilam seraya menekuk kedua tangan di dadanya.

"Tapi ... itu kemungkinan besar adalah anakku. Aku tidak tega melakukan perbuatan itu lagi. Ibunya terbunuh karena aku, dan dia ... sama sekali tidak bersalah, Nilam,"

"Aku mohon ... izinkan aku merawat anak kandungku, Nilam. Terimalah dia sebagai anakmu, selayaknya aku menerima Aksa sebagai putraku," pinta Aryo dengan mata yang berembun.

Ia yakin sekali, Sumi adalah hasil buah cintanya bersama Suparti. Melihat wajah mereka yang identik sama, juga tingkah lakunya selama berada di rumah, karena Aryo terus memantau gerak-geriknya.

Nilam melesatkan pandangannya pada Aryo. Netranya membesar, bola matanya seperti hendak terlontar keluar mendengar permintaan suaminya.

"Hah?! Mas mau aku menerima gadis itu hanya karena mirip? katamu anakmu itu sudah mati beserta madumu itu!"

"Aku tahu Mas merasa bersalah, tapi tidak harus begini! tidak ada yang bisa membuktikan gadis itu adalah anakmu!"

"Kalaupun itu benar, aku tidak akan pernah menerima anak dari wanita itu! Mas jangan mimpi!"

Aryo membeku menatap kemarahan istrinya. Ia tahu Nilam pasti sangat membenci wanita yang telah merebut hatinya, tapi dalam hal ini, anak yang di lahirkan tidak bersalah.

Aryo hanya mampu menghela napas dalam. Ia menatap lesu Nilam yang saat itu pergi begitu saja meninggalkan dirinya yang terduduk lemas di ujung ranjang kamarnya.

Sedang Nilam melangkah tergesa ke arah dapur, berniat untuk mengambil air dan melegakan dahaga yang kian menyerang tenggorokannya.

"Nyonya," sapa gadis belia yang saat itu sedang berada di dapur, membantu ibunya mencuci piring, saat melihat Nilam yang melangkah tergesa.

"Hem," Nilam menjawab dengan deheman seraya meraih teko dan menuangkan air ke dalam gelas. Ia dengan cepat meneguk segelas air hingga kandas.

Gadis itu begitu saja meninggalkan pekerjaannya dan mendekati Nilam. Matanya melirik ke kiri dan ke kanan, memantau keadaan.

Begitu merasa aman, ia langsung berdiri di samping Nilam. Wanita bertubuh langsing itu menoleh ke arah pembantunya, salah satu alisnya terangkat dan menggeser tubuh, merasa risih.

"Ada apa?" ketusnya, yang membuat gadis belia itu sadar diri dan menundukkan tubuh.

"Maaf, Nyonya. Ada sesuatu yang mau saya sampaikan. Ini sangat rahasia," tuturnya sopan.

Alis Nilam menaut. Merasa penasaran, ia lalu menarik tubuh gadis itu mendekat dan berbisik padanya," ada apa? katakan dengan jelas! jangan membuatku penasaran,"

Gadis itu menelan ludahnya susah payah. Ia mengangkat kedua tangan dan mendekatkan wajahnya ke telinga Nilam.

"Ini tentang Raden Aksa dan wanita itu, mereka ...,"

" Mereka apa? jangan buat aku penasaran!" sentak Nilam yang membuat tangan gadis itu bergetar, takut.

"Wanita itu ... sepertinya bukan manusia biasa. Saya melihat wanita itu makan ayam mentah yang masih berbulu tanpa di masak. Cara makannya sangat beringas,"

Degh!

Mendengar itu, Nilam langsung menggeser tubuhnya hingga mata mereka bertemu.

" Kamu ... tidak berbohong?"

"Tidak, Nyonya, saya sama sekali tidak berbohong. Saya melihat sendiri. Kalau Nyonya tidak percaya, Nyonya bisa lihat sendiri bekas makanan wanita itu di pondok yang ada di kebun belakang rumah,"

Tubuh Nilam langsung membeku. 'Apa mungkin Sumi memang anak Suparti yang ingin membalas dendam akan kematian ibunya?'

****




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUMIATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang