Pemikiran tentang ibu mertua super galak yang akan meintimidasi calon menantu, selalu berada dibenak Eunbi. Namun sangat disyukuri, Eunbi tidak mendapat pemandang tersebut dalam hidupnya. Tapi bukan berarti ibu Jungkook menyukainya. Nyonya besar itu hanya berusaha bersikap netral karena ini pertemuan pertama mereka.
"Bisa temani aku ke taman belakang rumah setelah ini, nona Hwang."
Tidak memerlukan perenungan Panjang untuk memberi anggukan sebagai jawaban. Mata Jungkook melebar melihat keberanian wanitanya. Mata mereka kemudian bertemu dan tanpa peringatan Eunbi mengedipkan mata, membuat Jungkook terkekeh lalu menyeruput teh.
Nyonya Jeon melihat adegan ini, nampak berpikir dengan kerut di dahi sebelum kembali makan dengan tenang.
Selesai sarapan, semua orang meninggalkan meja makan. Nyonya Jeon berdiri, diikuti Eunbi setelahnya. Jungkook memandang dua sosok kecintaannya itu dengan hati menghangat. Dadanya tidak pernah bergemuruh begini dahsyat. Terasa sakit karena berdebar begitu cepat namun Jungkook menyukai sensasinya.
Sementara di belakang rumah keluarga Jeon, ada banyak tumbuhan obat dan buah, mulai dari yang rambat, sampai beberapa pohon bamboo yang berformasi setengah lingkaran. Anggrek dengan berbagai jenis dan bunga-bunga lain juga, termasuk bunga kelahiran Jungkook Tulip Tiger.
Nyonya Jeon duduk lebih dulu pada salah satu meja dengan empat kursi. Melirik empat kursi itu, merasa tidak pantas untuk duduk di sana karena jumlahnya tepat. Seperti mengisyaratkan bahwa dia tidak punya tempat di rumah ini.
"Duduklah."
Benar. Akan lebih aneh jika dia terus berdiri.
"Dari sini, biasanya kami bisa menikmati matahari tenggelam. Dengan minum teh, meski Wonwoo dan Jungkook lebih suka Kopi." Sang calon mertua berujar.
"Sejak Jungkook dilarikan ke rumah sakit akibat kurang gizi, saya menyarankannya untuk beralih ke teh."
Jeon Yeobin mengangguk, "Aku sempat bingung kenapa dia mau minum teh saat sarapan tadi, karena dia tidak pernah menyukai apapun jenis teh. Ternyata karenamu."
Eunbi menggeleng lembut, merasa tidak seberpengaruh itu untuk Jungkook. "Karena kesehatannya, Nyonya."
"Sebagai ibunya, aku berterima kasih. Ya, meski kau hanya melakukan pekerjaanmu."
Percakapan berikutnya masih lama Eunbi kira. Karena selama beberapa menit nyonya Jeon hanya diam sementara Eunbi kembali ke mode penakutnya. Menunduk dengan kaki bergerak tidak tenang. Rasa gugup menguasai hampir seluruh tubuhnya, tapi semoga akal sehatnya masih berfungsi selama ia dan sang calon mertua berkomunikasi.
"Aku bukannya membencimu, tapi kau pun mungkin pernah memiliki pemikiran bahwa putraku pantas dapat lebih darimu. Apakah aku salah?"
Itu penghinaan, tentu saja. Tapi apa yang dikatakan ibu Jungkook juga tidak sepenuhnya salah.
Bayangkan saja, seorang Jeon Jungkook. Putra bungsu dari konglomerat perusahaan Golden Group, satu-satunya non-celebrity yang masuk ke dalam list pria paling panas di negeri ginseng ini. Ketampanannya mampu menandingi public figure.
Masalah prestasinya? Oh, tidak perlu diungkit, tidak akan ada habisnya. Bahkan dengan kemampuan yang dia miliki (meski terpaksa) dia dapat memimpin Golden Group di usia 20 tahun dan membuat anak perusahaan sedikitnya 4 dalam 3 periode kepemimpinannya.
Dan Eunbi?
Dia benar-benar bukan apa-apa
Yatim piatu yang bekerja sebagai perawat. That's it.
Eunbi tahu, dia tidak akan pernah pantas untuk siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Every Moment of You; Sinkook
Fiksi PenggemarHwang Eunbi. Seorang perawat di Hallym Medical Center bagian Bedah Umum Unit 2. Gadis itu berpenampilan tidak mencolok. Hanya perempuan biasa yang mungkin ketika pasien sembuh, keluar dari rumah sakit, lalu secara kebetulan berpapasan dengan Eunbi d...