Setelah dua hari izin, Ayana kembali masuk sekolah. Ia tampil berbeda, kini ia menjadi pendiam lagi seperti dulu. Tak banyak omong, ia hanya duduk termenung.
"Eh Na, gue udah sembuh nii!" Ucap Feli menghampiri bangku Ayana.
Ayana hanya menjawab dengan senyuman.
"Loh, kenapa Na?"
Ayana hanya menggelengkan kepalanya.
"Ohh lagi sakit gigi ya?"
Ayana menggelengkan kepalanya lagi.
"Loh terus kenapa?sini cerita kayaknya lagi lemes banget"
"Nggakapapa Fel, kamu jaga diri ya baik baik disini"
"Kenapa tiba tiba ngomong gitu Na, aku kan udah sembuh!"
Ayana kembali membalasnya dengan senyuman.
Feli mulai mengerti, Ayana mungkin sedang dilanda masalah jadi ia kembali kebangku nya lagi. Saat bel istirahat, Ayana masih duduk termenung dibangku nya.
"Na, mau istirahat nggak?"
Ayana membalasnya dengan gelengan kepala lagi.
Aneh, Feli merasakan ada sesuatu dengan Ayana. Tapi, ia tetap menghargai keadaan Ayana, ia pergi kekantin hanya untuk membeli roti tawar di isi dengan selai manis.
"Na, ini buat lo!"
Feli juga membelikan Ayana roti itu.
Kini, senyumnya melebar.
"Makasih Fel, maaf ngerepotin ya"
"Dihh nggak lah"
Ayana memakan roti itu. Mereka kembali sedikit berbincang meski cara bicara Ayana sedikit kaku, seperti sedang ketakutan.
"Fel, nanti kalau aku udah nggak ada kamu jangan nangis ya" Ucap Ayana.
"Jangan ngomong gitu, jadinya takutt"
******
Bunda dan ayah sedang ada urusan diluar, Gavin tetap dirumah menemani Ayana. Saat Gavin sedang dikamar mandi, terlintas sebuah ide di pikiran Ayana.
Bunuh diri. Ide itu tiba-tiba saja hadir di pikiran Ayana. Rasa takut jika terus melanjutkan sekolahnya membuat ia ingin mengakhiri hidupnya. Ia semakin trauma, semakin lelah dengan hidupnya.
Ia menggambil dua botol detergen, lalu meminumnya. Ia tergeletak didalam kamarnya.
"Astagfirullah, Ayanaaa!"
*****
"Bunda?"
Ayana perlahan membuka matanya. Saat ia membuka mata, ternyata ia sudah berada di rumah sakit.
"Ayana!dok anak saya bangun dok!"
"Sebentar saya cek dulu"
"Alhamdulilah, Allah memberikan kesempatan lagi untuk anak ibu"
"Alhamdulilah Ayana ya allah"
Tak hanya keluarga kecil, keluarga besar hadir disana. Mereka sangat terkejut dan bersyukur, mereka tak henti-hentinya menangis karene ternyata Ayana sempat dinyatakan meninggal dunia.
"Bunda Ayana hidup lagi?"
"Iya sayang, kenapa kamu coba bunuh diri"
Bunda masih terus menangis.
"Ini semua salah Gavin, bund"
Gavin sangat menyesal, sudah meninggalkan adiknya kekamar mandi.
"Harusnya waktu itu abang ngga kekamar mandi!"
Gavin sangat menyesalinya, air matanya pun turun.
Ayana yang masih dalam keadaan lemas berusaha untuk menenangkan abangnya.
"Abang ngga salah, ini semua salah Ayana sendiri" Ucapnya dengan lembut.
"Ayana udah cape sama semuanya, tapi ternyata keputusan Ayana itu salah. Allah baik, masih mau ngasih kesempatan ke Ayana, Ayana cuman pengin bahagia bund Ayana pengin sembuh Ayana pengin bebas dari pembully an" Jelasnya.
Semakin derass air mata mereka mengalir. Tante Rani mencoba mendekat
"Kamu capek ya sayang?gapapa tante juga pernah cape kok kayak kamu"
"Tan, apa aku ngga layak untuk hidup didunia ini?apa semua manusia ngga suka aku hidup?"
Suasana semakin menyedihkan, mereka hanya bisa menangis mendengar ucapan Ayana, terasa sangat menyedihkan kehidupan Ayana.
"Jangan ngomong gitu, kita semua ini sayang sama kamu, kita seneng kok kamu lahir di dunia ini"
"Tapi kenapa mereka selalu bully aku?kenapa orang baik selalu dikecewakan?"
"Karena itu sebuah ujian dari Allah untuk menguji seberapa kuat iman kamu, kalau kamu semakin kuat ujian nya juga semakin berat tapi itu bukan berarti kamu harus lemah agar ujian itu dientengkan. Allah pasti akan bantu jalan keluar, masih ada tante dan yang lain disini"
Ayana ikut menangis. Ia membalas ucapan tante dengan anggukan kepala.
"Jadi perempuan yang kuat ya, kita percaya kamu pasti bisa melewati semua ini!"
"Terimakasih tan"
KAMU SEDANG MEMBACA
This is Ayana.
Roman pour AdolescentsTentang Ayana yang awalnya mengharapkan sekolah barunya akan membawa kebahagiaan namun ternyata memiliki banyak luka daripada sekolah lamanya. Belum lagi tentang masalah percintaannya dan penyakit mentalnya yang semakin memburuk. Membuat Ayana ingin...