bab 3

108 62 62
                                    

Dirga sedang berada di kamarnya, dia selalu memikirkan tentang gadis itu. Kebaikan yang dimiliki gadis itu mampu meluluhkan hatinya dan jatuh cinta pada pandangan pertama, apalagi senyum yang dimiliki mampu mendebarkan hatinya.

"Kenapa gadis itu dengan lancang telah mencuri hatiku, aku bisa gila jika terus memikirkannya." Dirga mengacak rambutnya frustrasi.

Ting!

Bunyi notifikasi dari ponselnya pertanda ada pesan masuk, Dirga langsung mengambilnya dan melihatnya ternyata itu pesan dari Kevin.

Kevin ternyata mengirimkan informasi tentang gadis yang berhasil membuat jatuh cinta pada saat pandangan pertama. Senyuman di bibir Dirga tidak pernah luntur membaca setiap kalimat tentang gadisnya. Gadisnya? Dia sudah mengklaim hal itu.

"Jadi namanya Dinda. Baiklah, karena kau telah nakalnya mencuri hatiku, maka kau juga harus bertanggungjawab akan hal itu." Dirga tersenyum melihat foto gadisnya yang dikirim oleh Kevin di sana Dinda terlihat begitu bahagia.

Dirga menyimpan kembali ponsel di saku celana dan bersiap-siap turun makan malam sebab kedua orang tuanya pasti sudah menunggu kehadirannya di sana. Saat dirinya sampai di meja makan di sana sudah ada Wina dan Robert duduk manis.

"Nak, mama sudah mencarikanmu pasangan jadi, sekarang kamu fokus saja pada pekerjaanmu." Wina tampak senang sebab dirinya akan segera menemukan jodoh terbaik untuk putranya.

"Aku sudah menemukan pasanganku sendiri jadi mama tidak perlu repot-repot lagi mencarikanku pasangan." Ucapan Dirga mampu membuat Robert yang sadari tadi fokus pada makanan langsung mengalihkan pandangan pada putranya itu.

"Kamu serius baiklah kapan kita ke sana melamarnya?" Wina terlihat bahagia mendengarnya.

"Iya, Ma. Namun, sepertinya kita tidak akan ke sana dalam waktu dekat karna masih banyak yang harus aku lakukan untuk mendapatkannya," ucap Dirga dingin.

"Apa maksudmu?" tanya Robert.

"Aku jatuh cinta pada gadis yang jauh lebih muda dariku." Dirga tetap fokus menyantap makanannya.

"Apa!" Kaget Wina.

"Berapa umur gadis itu?" tanya Robert.

"19 tahun, lebih tepatnya dia adalah cucu dari sahabat papa," kata Dirga.

"Dinda," gumam Robert tapi, masih didengar oleh Dirga dan Wina.

"Siapa Dinda, Mas?" tanya Wina.

"Dinda adalah anak Mikail, dulu papa dan Rizal pernah berjanji kalau jika di antara kami berdua melihat anak laki-laki dan perempuan maka kita akan menjodohkannya, tapi hal itu gagal sebab Rizal memiliki anak laki-laki begitu pula dengan papa," jelas Robert.

"Lalu kenapa aku tidak dijodohkan dengan Dinda saja, Pa?" tanya Dirga.

"Kamu pikir Mikail mau memberikan anaknya padamu, pasti dirinya tidak mau apalagi umurmu hampir sama dengan. Jadi, lupakan saja niatmu itu," Robert langsung pergi begitu saja.

"Jika aku tidak bisa memilikinya maka seumur hidupku tidak akan ada kata pernikahan!" Teriakan Dirga mampu membuat Robert berhenti.

***

Dinda sedang berada di kamarnya menonton film kesukaannya ditemani berbagai jenis camilan. Dia memang biasa menghabiskan waktunya di kamar. Sejak kecil dirinya selalu diajarkan agama sehingga kini tumbuh menjadi perempuan Sholehah, apalagi dia anak satu-satunya perempuan sehingga begitu dijaga oleh keluarga.

Ceklek!

Pintu dibuka oleh Mikail untuk melihat apa yang dilakukan putrinya di dalam kamar. Senyumannya mengembang saat melihat anak kesayangannya sedang asyik menonton film tanpa menyadari kehadirannya.

"Assalamualaikum," ucap Mikail.

"Eh, Pa. Waalaikumsalam." Dinda langsung memeluk sang ayah dengan penuh cinta.

"Lagi apa, Sayang?" tanya Mikail.

"Lagi nonton, Pa. Aku kesal pada papa karna terlambat pulang jadi tidak bisa makan sama-sama." Dinda memajukan bibirnya beberapa senti.

Mikail terkekeh melihat ekspresi putrinya yang begitu menggemaskan itu, Dinda memang begitu manja padanya, jika kedua anak laki-lakinya sedikit takut padanya berbeda dengan Dinda, dirinya begitu manja apabila saat dirinya ada perjalanan bisnis setiap saat pasti dia harus memberikan kabar.

"Papa banyak pekerjaan, Sayang." Mikail mengecup kening putrinya dengan penuh kasih sayang.

"Jangan ulangi lagi," ucap Dinda.

"Baiklah, Sayang," kata Mikail.

***

Robert sedang berada di kamarnya dirinya memikirkan keinginan anaknya itu, baru pertama kalinya dirinya menolak permintaan Dirga, dari dulu Robert selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya. Namun, kali ini sepertinya permintaan itu terlalu berat baginya dan dapat berimpas pada persahabatannya.

Wina langsung memeluk suaminya, permintaan Dirga terlalu berat bagi Robert, apalagi dirinya tahu kalau Dinda adalah anak kesayangan keluarga Kusuma Wijaya permata hati mereka.

"Apa tidak ada gadis lain di muka bumi ini sehingga dia memilih Dinda?" Robert tidak habis pikir dengan jalan pikiran Dirga.

"Mas, tidak usah memikirkan hal itu dulu biarkan mama yang akan bicara dengan Dirga tentang itu." Wina berusaha membujuk Robert untuk tenang padahal dirinya juga tidak tenang.

Wina pergi ke kamar anaknya untuk memperjelas keinginannya itu. Saat pintu kamarnya terbuka, di sana terlihat Dirga sedang berdiri menghadap jendela dengan tatapan kosong.

"Sayang." Wina menepuk pelan pundak sang anak.

"Iya," jawab Dirga tanpa menoleh.

"Mama tahu apa yang sedang kamu pikirkan sekarang, tapi yang dikatakan oleh papamu ada benarnya. Jadi demi kebaikan bersama lebih baik kubur dalam-dalam cintamu itu," jelas Wina.

"Seharusnya kalian mendukungku bukan malah sebaliknya, saat aku sudah menemukan pilihanku tidak ada yang mendukungku. Apakah aku tidak bisa bahagia? Kalian hanya memikirkan kebaikan semua orang tanpa melihat apakah aku sudah bahagia?" Setelah mengatakan hal itu, Dirga pergi meninggalkan Wina yang sedih mendengar ucapan putranya tanpa sadar air matanya menetes begitu saja.

Semua orang tua di dunia ini menginginkan yang terbaik untuk anaknya, sama halnya dengan Wina dirinya juga menginginkan hal tersebut.

***

Kediaman Kusuma Wijaya

Dinda sedang menonton film kesukaannya bersama keluarganya ditemani dengan beberapa makanan dan minuman. Mereka memang terkenal harmonis dan saling menyayangi, apalagi pada permata keluarga Kusuma Wijaya. Dinda adalah anak yang begitu spesial, sehingga yang berani mengganggunya tidak akan diberi ampun. Meskipun begitu dia tidak memiliki sikap sombong karena kedua orang tuanya mengajari anak-anak rendah hati dan selalu menolong orang yang membutuhkan bantuan.

"Pah, di kampusku ada acara bakti sosial untuk membantu bencana alam dan kami mencari donatur." Dinda mulai menceritakan semua kegiatan karena itu sudah dari dulu.

"Wah, bagus sekali itu papa pasti dukung tuh." Mikail memberikan respon yang sangat baik sehingga membuat Dinda senang.

Inilah alasan Dinda suka menceritakan apa pun pada keluarganya karena mereka selalu memberikan respon yang baik.

"Bunda juga mau ikut menyumbang," kata Ayu dengan semangat.

"Kakak juga mau ikut menyumbang," ujar Dika

"Aku juga," ucap Dimas dingin.

Dinda tersenyum mendengar hal itu, selain itu dirinya juga bersyukur dilahirkan di keluarga yang begitu menyayanginya.

'Terima kasih, Ya Allah atas semuanya, mudah-mudahan keluarga kita akan terus seperti ini.' batin Dinda.

Milik CEO Tua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang