bab 11

50 32 5
                                    

Dinda dan Dewi ketakutan di rumah sebab ada yang menyusup dan membuat beberapa bodyguard jatuh pingsan. Dewi sudah menghubungi Dirga ataupun Robert. Namun, tidak ada satu pun yang membawa ponselnya membuatnya ketahuan setengah mati, sedangkan Dinda sudah gemetar menahan tangis dan berhadapan ada bantuan. Tiba-tiba dia teringat pada Jhon Dewi langsung menghubunginya dan sialnya Jhon tidak mengangkatnya akhirnya dia mengirim pesan dengan harapan John melihat pesan itu.

Merta—pengawal pribadi Dewi langsung masuk ke kamar majikannya dengan wajah yang panik sebab hampir semua penjaga sudah pingsan.

“Nyonya, gawat kita harus meninggalkan tempat ini,” pinta Merta.

“Kita harus ke mana mereka sudah mengepung rumah ini?” tanya Dewi menahan tangis.

“Tenang Nyonya kita akan bersembunyi di ruangan bawah tanah tuan Robert pernah memperlihatkan kepada saya ruangan itu dan ruangan itu sulit dijangkau musuh sebab telah didesain segala rupa. Ayo ikut saya.” Merta membuka lemari baju Dewi membuat sang pemilik jadi bingung.

Merta langsung mengeluarkan sebuah kartu yang Dewi yakini itu bukan kartu kredit dan memasukkan ke sebuah alat gesekkan yang berada di dalam lemari dan tiba-tiba tembok di samping kanan lemari bergeser tanpa membuang waktu Merta langsung menarik Dinda masuk ke sana. Dewi baru tahu tentang itu semua mereka masuk dan ternyata lorong yang mereka lalui membawanya ke perpustakaan pribadi milik Robert.

 Merta langsung memencet tombol yang berada di perpustakaan dan di sana terdapat beberapa tombol yang harus ditekan, Merta langsung menekan beberapa tombol tersebut dan tembok itu langsung terbuka mereka langsung masuk dengan terburu-buru secara otomatis tembok itu langsung tertutup kembali.

Merta langsung menurut mereka ke ruangan yang dimaksud dan diyakini aman, sebelum masuk ke dalam ada kode yang harus dimasukkan. Merta langsung mengeluarkan sebuah kartu dalam sakunya dan menempelkan di depan pintu dan pintu langsung terbuka ternyata di dalamnya terdapat sebuah ruangan yang luas dilengkapi sebuah ranjang dan kulkasnya sama seperti kamar pada umumnya mereka langsung masuk dan menutup kembali pintu.

“Merta apakah di sini aman bisa saja mereka akan ke sini?” tanya Dewi was-was.

“Saya yakin di sini aman, Nyonya. Mereka tidak akan masuk ke sini keamanannya kuat sebab yang mendesain ini adalah tuan Robert sendiri dan yang tahu sandinya hanya saja dan beliau,” jelas Merta.

“Ma, pa. Dinda takut.” Tangisan Dinda begitu memilukan.

Dewi langsung memeluk Dinda memberikan kekuatan dan membawanya ke ranjang yang terdapat di sana, sedangkan Merta berusaha memantau perkembangan di luar rumah lewat komputer yang ada di sana.

***

Para penyusup berhasil masuk setelah melumpuhkan semua penjaga dan mereka langsung mencari orang yang diperintahkan bos-nya. Setiap ruangan sudah mereka periksa akan tetapi tidak menemukan siapa pun. Semuanya memakai topeng sehingga wajahnya tidak padat diketahui.

“Bagaimana apakah kalian sudah menemukannya?” tanya Bosnya.

“Belum, Bos kami sudah menggeledah semua ruangan, tetapi dia tidak ada.” Anaknya menunduk saat merasakan aura menakutkan dari bosnya.

“Coba kalian cek rekaman CCTV!” Perintah Bosnya.

Anak buahnya langsung melihat rekanan CCTV itu dan terlihat kalau mangsanya berada di kamar utama yang membuat mereka bingung sebab tidak ada orang di sana sedangkan dalam CCTV tidak terlihat kalau mereka meninggalkan ruangan itu.

“Cari mereka dalam kamar itu sekarang juga jangan sampai ada tempat yang terlewatkan!” Tandas Bos itu.

Mereka langsung pergi ke sana namun, semuanya sia-sia tidak ada jejak di dalam sana.0

***

Jhon dan Robert berada di rumah sakit menjenguk korban kecelakaan itu dan ternyata Dirga dan Kevin juga berada di sana mengurus administrasi korban yang mengalami luka bakar itu.

“Jhon, hubungi pengacara kita untuk menyelesaikan semua ini bayar berapa pun mereka minta asalkan semuanya selesai,” perintah Robert.

Dirga hanya diam saja perasaan tidak enak jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya, ada kegelisahan di sana. Jhon langsung mengambil ponselnya di sakunya dan mereka heran sebab banyak panggil masuk dari Dewi dan satu pesan tanpa membuang waktu dia langsung membaca dan melotot saat membaca setiap katanya.

“Tuan kita harus pulang kediaman Sanjaya di serang orang!” Teriak Jhon panik.

Robert, Dirga, dan Kevin langsung kaget mendengar itu sekaligus khawatir, tanpa membuang waktu mereka langsung pergi meninggalkan rumah sakit mengendarai mobil. Mereka sengaja menggunakan satu mobil sebab dengan mudah mengatur strategi.

Dirga langsung menghubungi anggota yang berada di markas sebab pasti para penjaga di mansion pasti sudah berkurang, sedangkan Robert menyalahkan Jhon lambat memberikan informasi. Beberapa menit kemudian mereka sampai dan benar dugaannya kalau penjaga di mansionnya sudah dilumpuhkan.

Anggotanya juga sudah sampai sehingga mereka langsung masuk ke dalam dan ternyata mansionnya sudah seperti kapal pecah banyak pelayan yang sudah berlumuran darah.

Dirga langsung mengarahkan yang lain menyerang mereka semua dan terjadilah baku hantam keduanya, anak buah pria bertopeng itu tumbang dalam beberapa menit dan Dirga lah yang menghadapi bosnya dan saat ingin menyerahkan ada salah satu anak buah bertopeng melemparkan sebuah botol yang mengeluarkan asap sehingga Dirga dan lain kesusahan melihat saat asap itu perlahan menghilang semua anggota bertopeng itu sudah tidak ada di tempat.

“Ma, Dinda di mana kalian!” Dirga terus memanggil kedua.

Dia berlari mencari ke setiap ruangan namun, tidak kunjung menemukannya sedangkan Robert yang melihat rekaman CCTV dari Jhon sedikit tenang saat melihat Merta bersama mereka, Dirga langsung menatap Robert terlihat santai memerintah Kevin dan Jhon membaca pelayan dan Bodyguard ke rumah sakit.

“Kenapa Papa terlihat santai saja mama dan Dinda hilang!” bentak Dirga.

Robert langsung menarik tangan Dirga dan membawanya ke perpustakaan pribadinya dan melakukan hal yang sama seperti Merta tadi, tiba-tiba mereka sampai di sebuah pintu yang berwarna hitam dengan menggunakan sidik jari Robert pintu itu langsung terbuka.

Di sana sudah ada Dewi yang memeluk Dinda yang sedang tertidur, Robert langsung menghampiri mereka dan memeluk Dewi dari belakang membuatnya kaget dan hampir menjerit.

“Apakah kalian baik-baik saja?” tanya Robert.

“Aku baik cuma sedikit syok, tetapi sepertinya Dinda begitu ketakutan apalagi para penyusup itu selalu menyebut namanya,” jelas Dewi.

“Pah. Sejak kapan ruang ini ada?” tanya Dirga.

“Ruang ini sudah ada lama tapi tidak pernah dipergunakan dan mengetahui ruangan ini hanya papa dan Merta saja,” jelas Robert.

Dirga langsung mengambil alih badan Dinda dan membaringkannya ke ranjang yang ada di sana, menatap wajah cantik itu yang kini memerah dengan mata yang bengkak kelamaan menangis.

“Untung kamu cepat datang Merta, jika tidak mungkin aku tidak akan tahu nasib keluargaku,” ucap Robert.

“Itu sudah tugas saya menjaga dan melindungi Nyonya, tapi sepertinya ini sudah direncanakan lama sebab penyusup itu sudah tahu kalau kita sedang lengah dan targetnya bukan Nyonya Dewi akan tetapi Nona Dinda,” jelas Merta.

“Kamu benar dan sepertinya kutahu siapa dalang di balik ini semua,” kata Robert.

“Siapa Pah biar kuhabis mereka semuanya berani-beraninya mereka mencari masalah pada keluarga kita.” Dirga mengepalkan tangannya menahan amarahnya.

 
____

Sebenarnya mau bikin konflik yang berat sih wkwkw tapi enggak jadi sebab dipikir-pikir masih awal banget jadi untuk konflik selanjutnya siapkan mental ya soalnya agak berat ini❤️😭😂

Tinggalkan vote+ komen
Sampai ketemu dilain waktu babay❤️
 

Milik CEO Tua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang