bab 17

46 30 7
                                    

Happy reading 😚
-
-
-
❤️


Malam telah berganti pagi, akan tetapi kabar tentang keberadaan Dinda belum ditemukan juga Dirga begitu frustrasi sekarang semua orang begitu khawatir, aura yang dipancarkan keluarganya itu begitu menyeramkan, tanpa mereka sadari ada yang memantaunya dengan tatapan misterius sambil tersenyum.

Jika keluarganya sedang dilanda kekhawatiran kondisi Dinda begitu memprihatinkan sebab dirinya belum pernah tidur sama sekali, setiap detik dia selalu ketakutan dan berdoa supaya pertolongan cepat datang, dingin udaranya di sana membuat tubuhnya menggigil kedinginan.

Suara langkah kaki yang mendekat membuat Dinda semakin takut firasatnya begitu buruk, penutup matanya terbuka pandangan yang pertama dilihat tubuhnya dikelilingi oleh banyak orang yang begitu menyeramkan.

"Mau apa kalian?" tanya Dinda dengan ketakutan.

Mereka bukannya menjawab malah menatapnya dengan tatapan kelaparan membuat Dinda begitu takut. Mereka tersenyum puas begitu melihat ketakutan di mata indah.

"Aku mohon lepaskan aku!" Dinda menangis dengan penuh iba.

"Tidak semudah itu nona, setelah apa yang keluargamu lakukan pada keluarga kami." Salah satu Bodyguard itu menatap remeh permata musuhnya yang tidak berdaya.

Dia berpikir keras selama ini keluarganya tergolong orang-orang baik, lalu kejahatan apa yang diperbuat? Dinda memang hanya mengetahui kalau keluarga seorang pengusaha dan Mikail tidak pernah memperlihatkan kepribadian aslinya di depan putri kecilnya itu.

"Apa yang dilakukan ayahku?" tanya Dinda.

"Wah ... Anak kesayangan ini tidak tahu watak asli keluarganya, mereka semua itu seorang iblis," jawab salah satu dari mereka.

"Mereka adalah seorang pembunuh, yang rela menghabisi nyawa orang-orang yang kita sayangi meskipun mereka tidak bersalah demi kebahagiaannya sendiri," sambung pria bertubuh gempal itu sedang menatap Dinda dengan tatapan kebencian dimatanya.

Yaps, Mereka adalah keluarga korban-korban yang telah dibinasakan keluarga Wijaya, selama ini rasa dendam itu begitu semakin besar sehingga membuat semuanya di sana gelap mata.

Cetar! Cetar! Cetar!

Salah satu bodyguard itu mencabut tubuh Dinda tanpa ampun membuat Dinda terus saja menjerit meminta ampun, selama ini dia selalu mendapat kasih sayang tidak pernah sedikit pun dia mendapatkan siksaan sepertinya.

Seakan tidak pernah puas melihat hal itu mereka bergantian memberikan cambukkan seolah tidak ada hari esok. Mereka terus saja mencambuk Dinda meskipun Dinda telah pingsan dengan kondisi mengenaskan.

***

Dirga sudah mengamuk dan hampir menembakkan kepala Sam karena merasa dirinya tidak becus dalam mengurus pekerjaannya sekarang, amarahnya begitu kentara, Kevin saja baru pertama kali melihat Dirga marah melewati batasnya. Kevin melihat kalau di depannya bukan sosok sahabatnya melainkan malaikat pencabut nyawa.

"Apakah kalian tidak sayang nyawa kalian?" Dirga menatap satu persatu orang di sana dengan tatapan mengintimidasi.

"Bos, titik temunya telah ditemukan." Ucapan Rio mampu membuat amarah Dirga sedikit mereda.

Sam langsung mengambil alih komputer itu dan melacaknya titik lokasinya, saat tempatnya telah ditemukan akhirnya semuanya anggota di sana langsung di arah ke sana. Dirga dan Mikail membawa bodyguard kepercayaan masing-masing.

Mereka sampai di sebuah hutan belantara yang terlihat menakutkan, tetapi tidak ada rasa takut dibenak mereka hanya rasa khawatir lebih jelasnya.

***

Pria itu tahu kalau keberadaan mereka telah diketahui memerintahkan semuanya meninggalkan tempat ini permainannya cukup sampai di sini, mendengar bos mereka memerintahkan kepada semuanya untuk pergi tanpa menunggu perintah lagi mereka sudah pergi sebelum identitasnya terbongkar.

Rencana ini sengaja dilakukan agar keluarga itu menderita dengan perlahan-lahan dengan mempermainkannya seperti sekarang. Pria itu tersenyum sebelum benar-benar pergi dari sana.

Dirga dan Mikail telah sampai di tempat tujuan, akan tetapi merasa ada yang aneh tidak ada satu pun orang di sana. Mikail langsung memerintahkan semuanya memeriksa semua sisi bangunan tua itu. Kevin juga ikut mencari di dalam. Namun, di sana tidak ada orang satu pun sampai dia sampai di sebuah ruangan yang begitu gelap dirinya begitu kaget melihat Dinda yang tidak sadarkan diri dengan badan penuh luka cambukkan.

"Hay, beritahu tuan Dirga dan tuan Mikail sekarang." Kevin meminta salah satu bodyguard yang bersamanya tadi.

Mikail yang baru datang langsung lemes melihat kondisi putrinya begitu memperhatikan tanpa membuang waktu dia langsung menggendongnya dan membawanya ke rumah sakit di susul Dirga dan yang lainnya di belakangnya.

Dirga berjanji pada dirinya sendiri akan membalas semuanya ini setiap air mata darah yang menetes dari gadisnya harus dibalaskan. Setelah melewati jalan yang begitu panjang akhirnya mereka semua sampai di rumah sakit.

Mikail sudah menghubungi keluarganya dan mereka semua sudah dalam perjalanan menuju ke rumah sakit, Mikail merasa begitu gagal melindungi orang tersayangnya, bajunya yang penuh darah tidak dia pedulikan sekarang yang terpenting keselamatan putrinya.

"Dokter, selamatkan putriku jika tidak rumah sakit ini yang akan hancur." Mikail langsung meletakkan Dinda di brankar.

Suster langsung membawa Dinda ke UGD yang sudah ada dokter di sana. Mikail yang melihat itu langsung duduk di kursi tunggu yang berada di sana dengan perasaan yang tidak menentu. Putri kecilnya sedang berjuang di sana doa selalu di pancarkan semoga Dinda dapat selamat.

Beberapa menit kemudian, Ayu sampai bersama dengan yang lain, dada Rizal seakan dipaksa berhenti saat mendengar kondisi cucunya begitu memperhatikan, cucunya begitu ceria dan baik harus mengalami penderita seperti itu membuat jiwa iblisnya meronta-ronta untuk dikeluarkan.

"Siapa pelakunya?" tanya Rizal.

"Kita tidak menemukan siapa-siapa di sana seperti pergerakan kita telah diketahui musuh, Tuan." Kevin menjelaskan saat melihat Mikail dan Dirga hanya diam.

Rizal langsung menendang pot bunga yang ada di sana sehingga hancur, kali ini dirinya merasa dipermainkan oleh musuhnya. Dimas mengepalkan tangannya mendengar itu semua yang sedari diam dan berusaha menahan amarahnya.

Jika di sana keluarga Wijaya dan Sanjaya dilanda kekhawatiran berbeda dengan di sini yang sedang melakukan pesta begitu besar saat melihat musuh begitu gampang dikelabuinya, dia sengaja menyewa sebuah bar untuk berpesta setelah sekian lama akhirnya tidurnya kali ini akan nyenyak.

Suara alunan musik yang begitu besar menambah kesan meriah apalagi ditemani wanita-wanita cantik, kebahagiaan begitu terpancar di wajah mereka.

"Selamat bersenang-senang!" pinta pria itu.

"Baik, Bos." Mereka asik berjoget.

***

Beberapa Menit kemudian, Dokter keluar dari ruangan itu langsung menghampiri keluarga pasien.

"Bagaimana keadaan putriku?" tanya Ayu.

"Pasien mengalami luka yang serius pada tubuhnya sehingga pasien masih dalam keadaan kritis jadi selama beberapa jam ke depannya kami akan terus memantau perkembangannya apalagi imun tubuhnya yang sedikit lemah, prediksi kami kemungkinan pasien akan mengalami trauma yang cukup berat jadi kita hanya perlu menunggu berkembangnya saja," jelas Dokter.

"Apakah cucuku padat di kunjungi?" tanya Rizal.

"Tentu, Tuan tapi tolong cukup dua orang saja sebab kondisi pasien belum stabil." Dokter itu berusaha tenang saat melihat dengan siapa dia berbicara.

Rizal langsung mengangguk dan masuk bersama Mikail dan Ayu, dokter itu hanya bisa pasrah tidak mungkin melarang mereka bisa-bisa nyawanya melayang padahal dirinya sudah menjelaskan kalau hanya boleh dua orang saja, tapi apa buat orang kaya selalu benar.


Udah update ayo komen+vote
Ingat bikin orang seneng tuh dapat pahala heheh
Jangan pula masukin di perpustakaan 🙏❤️

Milik CEO Tua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang