Vote + komen kakak❤️
Pagi-pagi Robert sudah dibuat jengkel dengan tingkah laku Dirga, karena dari semalam dia sudah menyuruhnya kembali kepada apartemen dan apa yang dia dapat amukan Dewi sebab anak itu mengadu padanya sang istri kalau dia telah diusir dari rumah. Dewi begitu marah padanya sampai-sampai dirinya diharuskan tidur di luar.
Dirga rasanya ingin tertawa terbahak-bahak melihat wajah masam papanya, saat ada Dinda rasanya dia ingin sudah mulai memperlihatkan berbagai ekspresi tidak seperti dulu hanya ekspresi marah dan dingin.
“Om, kenapa?” tanya Dinda saat melihat wajah masam Robet.
“Tidak, Sayang. Sebaiknya kita selesaikan sarapan ini lalu kita jalan-jalan mumpung lagi Minggu.” Robert tersenyum lebar saat tiba-tiba menemukan ide yang bisa membalas perbuatan putranya.
“jalan-jalan ke mana, Om?” tanya Dinda, lagi.
“Ke suatu tempat pasti kamu suka, ayo sekarang makan dulu,” pinta Robert dibalas angkuhan oleh Dinda.
Mereka makan dengan keheningan beberapa menit kemudian acara makan selesai mereka langsung bersantai di ruang keluarga menonton seperti keluarga bahagia semuanya terasa lengkap.
Dwi begitu bahagia inilah momen yang ditunggu-tunggu selama ini, dulu setiap Weekend dia lalui tanpa sang anak sebab Dirga begitu sibuk dengan dunianya sendiri. Namun, hari ini berbeda dengan biasanya sebab putranya seperti tidak ada pekerjaan apa pun.
“Mengapa kamu masih di sini, Dir. Bukannya dari dulu kamu begitu sibuk sampai-sampai jarang pulang pergilah ke kantor urus pekerjaanmu itu?” Usir Robert.
“Weekend itu untuk kumpul keluarga bukan malah kerja,” jawab Dirga tanpa beban.
“Hei, sejak kapan itu berlalu pada seorang Dirga Putra Sanjaya?” tanya Robert sedikit kesal.
“Sejak saat ini itu berlaku iya kan Dinda?” Dirga seolah meminta pembelaan.
“Iya Pak.” Ucapan Dinda mampu membuat Dirga tertawa.
Robert dan Dewi yang melihat itu syok baru kali ini Dirga tertawa seperti itu, di mana anak mereka yang dingin kenapa tiba-tiba berubah? Apakah mereka salah liat atau anaknya kerasukan setan? Dirga menyadari hal itu langsung mendatarkan kembali wajahnya.
***
Sedar sedang menatap sebuah foto besar di kamarnya yang memperlihatkan seorang wanita mengendong anak laki-laki yang umurnya berkisar 7 tahun, tanpa sadar air matanya jatuh begitu saja di dalam hatinya seperti ada batu yang menghantamnya sehingga begitu sakit untuk diceritakan.
Tap! Tap! Tap!
Langsung kaki membuat membuatnya mengalihkan pandangannya di sana ada seorang pria paruh baya yang bersetelan rapi berjalan ke arahnya, lalu menepuk pundaknya.
“Apakah kamu sudah menjalankan rencana itu?” tanya Pria paruh baya itu.
“Yah, aku menunggu waktu yang tepat sekarang dia masih dijaga ketat jika kita bertindak sekarang maka nasib perusahaan kita yang akan dipertaruhkan tunggu mereka lengah,” kata Sedar.
“Lengah? Jangan harap mereka akan lengah karena setiap saat selalu ada yang melindungi sebaiknya lakukan rencana itu jika tidak ingin melihat kepala ayah tergantung di gerbang rumah kita.” Marah Pria paruh baya itu.
“Jangan lakukan itu aku janji akan melakukan itu, tapi tolong bersabar sedikit lagi,” tutur Sedar lemah.
Sedar rasanya tidak mengerti jalan apa yang harus dia ambil kali ini Xander—ayah Sedar benar-benar berhasil membuatnya tidak bisa berpikir jernih.
“Berpuluh tahun kubersabar tapi sampai saat ini belum ada kemajuan juga, jika saat itu kamu langsung membunuhnya mungkin sekarang kita bisa hidup dengan damai tanpa ada dendam lagi akan tetapi sikap cerobohmu itu mampu membuatnya lolos!” hardik Xander.
“Maafkan aku, Yah.” Cuma itu yang bisa di ucapan Sedar.
“Kali ini jangan sampai gagal, tolong balas dendam ayah pada mereka kita kehilangan permata kita orang yang begitu berharga bagi hidup kita yaitu mamamu Sedar, ingat itu!” Xander langsung pergi meninggalkan kamar anaknya sebelum itu menepuk pundaknya.
'Aku sebenarnya sulit melakukan itu, tetapi demi ayahku ini semua harus kulakukan tolong maafkan diri ini Tuhan sekali lagi harus membuat dosa besar.’ Sedar membatin merasakan nyeri di dadanya.
***
Perasaan Ayu tidak tenang seperti akan ada malapetaka yang akan terjadi, sepanjang hari hatinya risau, membuat Mikail kesulitan untuk menenangkannya sebab Ayu terus merengek meminta kembali ke Indonesia, sebab khawatir pada sang putri.
“Sayang, kita baru 2 hari di sini jika kita pulang lagi berarti pekerjaanku semakin lama selesai jadi tolong tenangkan dirimu, semuanya pasti akan baik-baik saja,” pinta Mikail.
“Aku khawatir pada putri kita, jika kamu tidak bisa pulang biarkan kupulang sendiri.” Tangis Ayu seketika pecah.
Mikail langsung menghubungi Robert menanyakan kabar putrinya karena dia juga memiliki perasaan tidak enak. Namun, setelah mendengar suara putrinya yang ceria membuatnya sedikit lega bahkan Ayu mengurungkan niatnya kembali ke Indonesia. Namun, ketakutan masih terus ada.
Ayu langsung menyampingkan perasaan tidak enaknya itu sebab berpikir kalau itu cuma pikiran semata-mata sebab merindukan anaknya itu.
***
Dinda dan Dewi sedang menonton televisi di temani Dirga dan Robert saling melempar tatapan datar, sebab Robert dengan sengaja memamerkan keromantisannya dengan memeluk Dewi sesekali mencium keningnya. Dirga begitu kesal dengan melihat itu jiwa keiriannya seketika bangkit, dia juga ingin seperti akan tetapi jika hal itu dirinya lalukan pasti Mikail benar-benar akan membencinya sebab dia sudah mendapatkan telepon dari calon mertuanya. Calon mertua? Iya, Dirga mengklaim Mikail sebagai mertuanya dari dulu.
Saat asyik-asyiknya bersantai tiba-tiba Kevin dan John—Asisten Robert datang dengan wajah panik. Mereka langsung menghampiri atasannya masing-masing.
“Ada apa kalian ke sini?” tanya Robert.
“Maaf, Tuan. Saya sudah menelepon anda puluhan kali, akan tetapi tidak ada jawaban maka dari itu saya ke sini,” jawab John.
“Ada apa?” tanya Dirga pada Kevin.
“Pabrik kita mengalami kebakaran, meskipun hanya sedikit tapi ada pekerja yang mengalami luka bakar, bahkan keluarganya akan menuntut perusahaan kita sebab dikira teledor,” jelas Kevin.
“Di projek juga ada kuli yang terlimpah material sehingga dilarikan ke rumah sakit dan ada polisi di sana,” tambah John.
Dirga dan Robert pergi ke lokasi kejadian tersebut seperti Robert ke projek sedangkan Dirga ke pabrik diikuti tangan asisten masing-masing. Sebenarnya agak aneh dengan kejadian itu kenapa tiba-tiba ada kejadian yang bersamaan.
Beberapa menit kemudian Dirga sampai di pabriknya kerusakan hanya sedikit, tapi bisa memakan korban apalagi setahunya pabrik ini tidak beroperasi pada hari Minggu lalu bagaimana bisa ada korban? Ternyata sudah banyak polisi dan wartawan di sana membuat kepala Dirga pusing dengan pertanyaan mereka.
Dirga merasa ini berlebihan sebab kerusakannya tidak terlalu parah sampai harus diliput media, Kevin langsung menenangkan media, sedangkan Dirga langsung ke rumah sakit melihat korban itu dia penasaran separah apakah sehingga harus membawa pihak berwajib.
Berbeda dengan Dirga, Robert pun tiba di lokasi ternyata kulinya itu tertimpa balok dan sudah dilarikan ke rumah sakit padahal itu hal sepele, lagi pula setiap yang bekerja padanya akan mendapatkan asuransi kesehatan, dulu pernah ada kecelakaan lebih parah dari ini, tetapi tidak pernah ada polisi sedangkan ini hanya balok kayu satu projek heboh.
“Sial siapa yang mempermainkanku seperti!” Marah Robert.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milik CEO Tua
RomanceManusia memiliki pilihannya masing-masing dan berhak menentukan hidupnya, kita tidak akan tahu kedepannya apa yang terjadi, sama halnya dengan Kisah cinta Dirga dan Dinda yang terpaut usia. Banyak rintangan yang harus Dirga lalui untuk meluluhkan pu...