bab 18

47 29 6
                                    

Happy reading

-
-
-
_
_
♥️


Ayu menatap putrinya begitu pucat, suaranya terdengar nyaring kini menghilangkan diganti dengan bunyi alat-alat medis. Seorang ibu mana yang tidak khawatir melihat anaknya dipasangi alat medis yang begitu banyak, sama halnya dengan Mikail merasa gagal menjadi seorang ayah, dirinya hanya bisa berandai saja jika lebih hati-hati mungkin kejadian ini tidak terjadi.

Anak yang dibesarkan dengan kasih sayang kini harus mendapatkan kekerasan fisik yang mungkin akan membuat anaknya trauma, anak yang selalu menunggu kepulangannya kini harus berbaring lemah di berangka rumah sakit. Beberapa menit kemudian akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruangan itu dan mempersilahkan yang lain masuk.

Banyak bodyguard yang menjaga ruangan Dinda, Mikail sengaja menyewa satu lantai supaya keluarganya nyaman. Dimas yang sadari tadi berusaha menahan amarahnya yang ingin segera disalurkan, tidak jauh berbeda dengan Dimas kini Dirga mati-matian menahan hasrat membunuhnya keluar.

"Sebaiknya yang lain pulang dulu untuk mengistirahatkan diri kalian biarkan aku dan Mikail yang menjaga Dinda," ucap Rizal.

"Tidak, Pah. Aku ingin menjaga putriku. Mas!" Ayu menatap Mikail untuk mendapatkan pembelaan.

Namun, harapan Ayu naas saat melihat Mikail menggeleng dan memerintahkan anak-anaknya membawanya pulang yang tentu di tolong mentah-mentah oleh Dimas dan Dika, akan tetapi mereka tidak berkutik mendengar suara Mikail yang berbeda.

Drama yang telah dibuat tadi telah selesai sekarang menyisakan Rizal, Mikail, dan Dirga yang sibuk dengan pikirannya masing-masing. Kevin yang datang dengan sebuah map dibawa mampu mengalihkan perhatian ketiganya.

"Ada apa?" tanya Dirga.

"Titik lokasi tuan Xander telah ditemukan, tapi menurut informasi yang kami dapat dia sedang melakukan pengobatan dan ditemani anaknya." Kevin langsung memberikan map itu kepada Dirga.

Mereka bertiga langsung membacanya merasa ada mengganjal sebab di sana terlihat jelas tanggal keberangkatan Xander, jauh sebelum insiden itu. Apakah Mereka punya musuh lain? Itulah yang dipikirkan olehnya.

"Apakah ini informasi benar?" tanya Mikail.

"Kami pastikan ini benar." Kevin menjawab dengan tegas.

***

Di sebuah ruangan gelap seseorang sedang tertawa melihat tingkah laku musuhnya yang dibuat pusing inilah yang diinginkan dari dulu, dendamnya akan terbalaskan setiap air mata yang keluar akan segera tergantikan.

"Aku mohon hentikan ini." Seorang gadis memohon agar ini selesai.

"Berhenti sebelum mereka merasakan apa yang kita rasakan jika memang kamu tidak ingin membantu sebaiknya pergi jangan mengganggu." Pria itu pergi tanpa memedulikan keadaan gadis itu.

Gadis itu menangis dirinya capek hidup dalam lingkaran dendam dan penuh tipu daya, dia ingin hidup normal sama seperti orang lain harmonis dan bahagia. Namun, seperti itu hanya angan-angannya saja saat dendam terus membara di situlah penderitaan selalu menyertai.

Semua orang punya masalahnya masing-masing, akan tetapi setiap masalah akan memiliki jalan keluarnya baik itu harus ikhlas atau berjuang untuk bisa menyelesaikannya dengan baik. Kebahagiaan itu bukan tentang sebuah dendam, tapi menerima kenyataan yang ada.

***

Di dalam alam bawah sadarnya Dinda selalu mendengar suara orang-orang meminta tolong dan memohon, akan tetapi dia tidak bisa melihat orang itu hanya ada kegelapan membuat semuanya takut.

"Siapa kalian?" Dinda berteriak meminta jawaban.

Namun, bukan jawaban yang dia dapat melainkan hanya tangisan yang terdengar jelas, beberapa menit kemudian terdengar suara tembakan dan cambukkan diiringi jeritan yang memilukan, pandangan yang awalnya gelap kini mulai buram. Dia melihat ada beberapa orang yang memegang senjata dan terdapat beberapa orang wajahnya penuh luka meminta pengampunan.

Dinda melihat semua siksaan yang dilakukan itu berteriak histeris dan meminta berhenti melakukannya, dengan penglihatan yang kurang jelas dia berusaha mendekati orang itu. Namun, dia tidak bisa menyentuh siapa pun. Dinda mengusap kedua matanya dan betapa terkejutnya saat melihat orang yang melakukan penganiayaan itu adalah keluarganya.

Dia menggeleng dan keseimbangan tubuhnya ambruk, tidak percaya dengan itu orang yang dia anggap malaikat ternyata iblis yang tegah menghabisi nyawa orang lain bukan hanya keluarganya yang ada di sana tetapi ada Dirga dan Robert juga di sana.

Tubuh Dinda langsung terasa di tarik pergi, cahaya lampu menjadi hal yang pertama dia lihat suara alat medis suara pertama dia dengar. Yaps, Dinda telah sadar dari komanya, tetapi tatapannya menjadi kosong bayangan dan suara-suara itu seperti nyata.

Suster yang datang memeriksa kondisi Dinda langsung menekan tombol yang ada di dekat berangka Dinda saat melihat pasiennya sadar beberapa menit kemudian, dokter datang diikut yang lain.

"Bagaimana keadaan putriku?" tanya Mikail.

Kebetulan Mikail sedang berada di kantin tadi tiba-tiba bodyguard mengabari kalau putrinya telah sadar membuat begitu bahagia.

"Kondisi pasien sudah stabil, tapi pasien meminta untuk tidak ada yang masuk ke ruang rawatnya, kalau begitu saya pamit dulu." Dokter itu pamit dengan cepat berdekatan dengan orang kaya membuatnya menjaga jarak.

Mikail merasa heran kenapa putrinya tidak mau dikunjungi tanpa memikirkan itu dia langsung menghubungi yang lain menyampaikan kabar baik ini. Beberapa menit kemudian mereka semua sampai, Ayu begitu antusias mendengar kabar itu.

Saat semuanya ingin masuk tiba-tiba mereka dihalangi oleh suster dan mengatakan pasien tidak mau diganggu, tetapi bukan keluarga Sanjaya dan Wijaya jika mendengarkan hal itu mereka tetap menerobos masuk.

Saat masuk di sana ada Dinda yang melamun dengan tatapan kosong, Ayu langsung menghampirinya dan memeluk putrinya. Akan tetapi tidak ada respon membuat yang lain sedih semuanya berpikir kalau Dinda mengalami trauma akibat kecelakaan itu.

"Mana yang sakti, Sayang?" tanya Mikail.

Dinda menoleh mendengar suara itu. "Berapa banyak orang yang telah kamu bunuh?" tanya Dinda.

"Apa maksudmu?" Kali ini pertanyaan muncul dari Dirga.

"Sekarang aku tahu kenapa aku mengalami ini, itu semua karena kalian yang terlalu kejam aku menyesal terlahir dari keluarga ini orang yang kuanggap malaikat ternyata seorang iblis!" Dinda menangis sesenggukan.

Deg!

Jantung Mikail terasa berhenti apakah putrinya sudah tahu semuanya? Inilah alasannya dirinya menyembunyikan sikap aslinya agar dia selalu menjadi orang dibanggakan putrinya. Dinda menatap papanya dengan tatapan kecewa.

"Kenapa kalian melakukan itu? Sekarang kalian ini tahu apa yang terjadi malam itu aku ketakutan dan kedinginan, mereka mencambukku tanpa ampun tapi aku tidak marah sebab itu kesalahan kalian tubuhku sakit semua tapi lebih sakit mereka harus kehilangan keluarganya demi ambisi kalian!" Dinda menjerit.

Semuanya diam mereka tidak bisa menjawab pertanyaan itu, tidak pernah terpikir dalam pikirannya dampaknya akan seperti ini, mereka yang salah sekarang Mikail menyesal dari dulu setiap orang melakukan kesalahan dia langsung membunuh orang itu tanpa berpikir kalau orang itu memiliki keluarga.

"Maafkan papa," lirih Mikail.

"Maafmu atau kalian semua tidak akan membuat mereka kembali menghidupkan mereka kembali dan senyuman itu tidak akan kembali kalian jahat keluar kalian dari sini!" usir Dinda.

Dinda melempar semua barang yang ada di sana membuat suster dan dokter langsung memerintahkan yang lain keluar. Di luar Ayu sudah menangis di pelukan Mikail.

"Dari mana Dinda tahu semuanya?" tanya Dimas.

Vote+komen♥️💯🥀

Milik CEO Tua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang