bab 21

32 14 4
                                    

Happy reading
-
-
-

😘

Kesehatan Dinda sudah berasur pulih akan tetapi, dasarnya memiliki keluarga yang posesif dan overprotektif membuatnya kesulitan untuk berinteraksi di luar setiap begerakan yang dia lakukanlah selalu mendapatkan teguran. Dinda begitu kesal terkadang mengomel mood-nya seketika hancur padahal di otak kecilnya sudah tersusun rapi kegiatan yang akan dilakukan hari ini ternyata ekspetasi tidak sesuai dengan realita.

Ayu yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sang putri begitu tertekan jika hanya Mikail, Ayu bisa membantu tapi mertuanya juga ikut-ikutan sehingga dirinya hanya bisa pasrah melihat itu semua.

"Apakah kalian tidak punya kerjaan lain?" jengkel Dinda.

"Tidak ada, kami mengambil cuti beberapa hari ke depan." Ucapan Dika mampu membuat Dinda semakin kesal.

Beberapa hari kedepan? Dinda sudah pusing sehari saja dirinya sudah mulai stres apalagi beberapa hari kemudian, berdoalah semoga kesabarannya setinggi langit dan seluas samudra, karena kesal dia langsung pergi ke kamarnya menenangkan pikirannya.

Rizal ingin menyusul, tetapi bunyi notifikasi menghentikan langkahnya saat membaca pesan dari sahabatnya itu. Dia langsung mengajak cucu dan anaknya pergi yang menyisahkan Ayu yang di sana sedang kebingungan melihat semua orang pergi buru-buru sebelum bertanya Mikail mengatakan ada masalah serius yang harus kita jalanin.

Ayu memutuskan ke kamar sang putri cuma Dinda yang mengerti dirinya semua sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga dirinya butuh ketenangan.

***

Robert sedang menunggu kedatangan sahabatnya, yang mengirim pesan itu adalah dirinya masalah ini harus segera diselesaikan secara kekeluargaan demi kelangsungan hidup bersama. Beberapa menit kemudian, Rizal datang bersama dengan keluarganya langsung duduk dengan tatapan dingin disusul yang lainnya.

"Ada apa?" tanya Mikail.

"Bagaimana kalau Dirga dan Dinda menikah?" Ucapan Robert mampu membuat semuanya syok.

"Tidak!" Dimas langsung melayangkan protes.

"Kita semua tahu kalau usia Dirga hampir sama dengan Mikail, apakah itu pantas? Dinda adalah permata kami dan tentu saja kami menginginkan yang terbaik untuknya yang bisa menjaga dirinya kelak." Rizal menatap sahabatnya dengan tatapan sulit diartikan.

Robert menghembuskan nafas lelah lalu berkata. "Ini demi kebaikan bersama musuh sudah mulai bergerak kalian tidak bisa selalu bersamanya setiap saat dan apakah ada pria lain yang dapat di percaya untuk menyelamatkan Dinda selain Dirga sekarang ini, pria tua ini juga menyayangi Dinda. Coba kalian pikirkan baik-baik."

Semuanya terdiam mencerna apa yang dikatakan Robert memang benar adanya, tetapi kenapa harus Dirga? Usianya terpaut jauh. Keamanan Dinda yang paling utama.

"Baiklah kami setuju dengan syarat pernikahan mereka harus disembunyikan bahkan Dinda pun tidak perlu tahu akan hal itu dan jika boleh ada perjanjian jika suatu saat Dinda tahu dan tidak menerima pernikahan itu Dirga wajib menalaknya. Bagaimana apa kamu setuju?" Rizal angkat bicara setelah beberapa saat terdiam.

Mikail ini protes, tetapi melihat wajah ayahnya mulutnya terasa sulit bicara dengan pasrah dia harus menunggu waktu yang tepat. Robert meminta waktu untuk memikirkan hal itu dan membicarakan semua itu pada Dirga juga.

***

Di dalam mobil Mikail semua diam dengan pemikiran masing-masing Dika yang biang masalah juga ikut diam, jika menyangkut Dinda mereka begitu sensitif. Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka sampai tanpa mengucapkan sepatah kata Rizal langsung masuk dengan raut wajah yang susah terbaca.
Berbeda tempat Robert berada di ruang kerjanya langsung menghubungi putra yang sedang berada di kantor, setelah menunggu beberapa saat akhirnya yang tunggu pulang dengan wajah dingin.

"Duduk papa ingin bicara!" Perintah Robert.
"Ada apa?" tanya Dirga.

Robert langsung memeritahkan bodyguard keluar membuat semuanya keluar dan kini menyisahkan keluarga inti, tentu saja Wina juga ada di sana karena ini masalah menyangkut kebah putra mereka.
Robert langsung menceritakan hasil pertemuannya tadi, Dirga tentu saja menolak syarat yang diajukan Rizal itu tapi penjelasan yang diberikan Robert mampu membuatnya tidak bisa berkutik.

"Tidak syarat lain yang bagus dari?" Dirga berusaha menahan amarahnya.

"Sekarang tinggal pilih yang mana menikahinya dengan syarat yang mereka ajukan atau melupakan cintamu," ucap Robert.

"Baiklah, aku setuju asalkan mereka janji tidak akan menutup akses untuk menemui Dinda." Dirga langsung pergi menjernihkan pikirannya.

***

Jika semua orang sedang sibuk memikirkan masalah yang kian semakin rumit, sang pemeran utama sedang asik menonton film kesukaannya ditemani berbagai jenis cemilan siapa lagi kalau bukan Dinda. Tawa yang menghiasi kamar itu seolah tidak ada kesedihan di dalamnya, Dinda tidak sendiri di sana melainkan ada Ayu yang ikut serta menonton.

"Ma, liat mereka ganteng semua." Dinda menunjuk salah satu pemeran film itu.

"Iya, jika muda mama meronta-ronta." Ayu kegirangan.
Tawa kembali pecah saat adegan lucu kembali terjadi tanpa sadar kalau Mikail berada dibelakang berdecak pinggang mendengar keduanya memuji ketampanan pria lain tentu saja dirinya cemburu akan hal itu.

"Siapa yang ganteng?" tanya Mikail dengan wajah sagarnya.

"Eh, Mas kapan di situ?" tanya Ayu polos lebih tepatnya pura-pura polos.

"Sejak anak dan istriku memuji ketampanan pria lain mungkin." Mikail tidak mengubah raut wajahnya.

"Ayah jangan marah-marah nanti lekas tua kita orangnya setia tak akan mendua." Dinda memeluk Mikail sambil menyanyi membuat Ayu berusaha menahan tawanya.

Mikail membalas pelukan itu entah kemana kecemburuan itu menghilang melihat betapa lucunya sang putri. Ayu yang melihat ekspresi wajah suaminya telah berusaha menghembuskan nafas lega untuk masalah itu tidak diperpanjang tolong ingatkan pada dirinya dan sang putri tidak memuji pria lain.

"Ayah dari mana?" tanya Dinda.

"Tadi ada masalah sedikit yang harus ayah selesaikan." Mikail tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya.

***

Dirga sedang berada di mansion Kevin untuk melampiaskan kekecewaannya, sedangkan Kevin sudah mulai frustasi melihat sahabatnya itu masalahnya seolah tidak pernah selesai.

"Sudah sepertinya itu jalan yang baik untuk sekarang ini dari pada enggak nikah kan." Kevin sudah merasa lelah dengan semua ini.

"Papa!" Gadis cantik berlari memeluk Kevin. Membuat senyuman Kevin mengembang.

"Wah, putri kecil papa kenapa?" tanya Kevin pada putrinya.

"Kangen," jawab gadis itu.

"Papa sih enggak ya. Cuma beberapa hari camping kenapa enggak sebulan." Canda Kevin.

Melihat respon sang papa muka langsung cemberut dan sebentar lagi akan menangis, membuat sang ibu yang datang berdecak pinggang melihat kelakuan suaminya yang suka sekali menggoda sang anak padahal baru kemarin dia mengeluh merindukan sang putri.

"Mah, lihat papa," adu Gadis itu.

"Biarkan saja nanti jangan ada yang peluk papa biarkan dia menginap bersama berkas-berkasnya." jawab sang Mama.

Kevin membulatkan matanya dirinya hanya bercanda kenapa sekarang mereka menganggapnya hal itu benar terjadi. Kevin langsung membujuk putrinya yang sedang mode ngambek.

Kejadian itu tidak pernah lepas dari penglihatan Dirga, rasa iri muncul melihat betapa harmoni keluarga ini, sedangkan kisah cintanya belum dimulai bisa kah kelak ada seorang anak yang memanggilnya dengan sebutan ayah dan merasakan kebahagiaan itu hidup damai bersama keluarga impiannya.

Milik CEO Tua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang