bab 19

59 30 14
                                    

Happy reading
-
-
-
-
-
❤️


Dinda menghapus air mata sejujurnya dia tidak tega pada keluarga. Namun, ada dayanya kekecewaan yang begitu mendalam membuat semua ini terjadi, andaikan dirinya bisa memutar akan diputar waktu kembali untuk menghentikan kekejaman keluarganya, akan tetapi itu hanya sebuah khayalan yang tidak akan terwujud.

Sesak rasanya saat mengingat itu semua, di mana orang yang tidak bersalah harus menjadi korban banyak nyawa yang melayang hanya karena satu orang yang bersalah. Apakah itu adil? Dan patut dibenarkan? Semua orang perlu diberikan pengampunan karena setiap orang pasti pernah salah, itulah pemikiran Dinda saat ini.

“Maafkan aku, semua ini kulakukan agar kalian tahu dan paham apa yang kuinginkan.” Dinda menutup matanya berharap besok akan lebih baik masalah ini memiliki titik terang.

Berbeda di luar ruangan Ayu yang terus menangis melihat anaknya membencinya, jalan seakan buntu, selama ini Ayu tahu kalau Mikail dan anggota keluarganya memiliki sisi kejam karena awal mulanya hubungan dirinya dan sang suami tidak seharmonis sekarang banyak lika-liku yang harus dihadapi, mulai dirinya di siksa setiap hari, sebab pernikahan mereka sebuah kesalahan dari situlah dia tahu kekejaman Mikail.

Kekejaman Mikail di warisi kepada kedua putranya akan tetapi, yang paling dominan itu Dimas. Setiap penolakan yang diberikan putrinya membuat hasrat membunuh Mikail semakin menjadi-jadi rasanya dirinya ingin menghabisi nyawa orang-orang yang berani membuka sisi lainnya yang selalu disembunyikannya.

“Kita harus bagaimana sekarang, aku tidak ingin dijauhi oleh kekasihku?” tanya Dirga.

“Sejak kapan adikku menjadi kekasihmu Tuan Sanjaya?” tanya Dimas sinis.

“Suka atau tidak suka dia akan menjadi milikku, ingat kalau kalian gila aku lebih gila kesabaranku telah habis sekarang dan jangan mengulur-ulur waktu Mikail jika putrimu tahu satu rahasia ini mungkin dia akan begitu membencimu.” Dirga menatap Mikail dengan tatapan dingin.

Deg!

Dada Mikail berdebar dia tidak ingin Dirga membocorkan rahasia yang selama ini dia simpan dari keluarganya dan akan dibenci oleh putrinya.

“Rahasia apa?” tanya Dika.

Mikail langsung menatap Dirga tidak kalah dingin dari matanya mengisyaratkan sebuah ancaman, Dirga yang melihat itu tersenyum sinis seolah-olah mengejek Mikail yang mati kutu mendengar pertanyaan itu.

Dirga langsung pergi tanpa menjawab pertanyaan itu tujuannya sekarang mencari dalang dibalik penyekapan Dinda waktu. Di dalam mobil dia sibuk dari pikiran sendiri semuanya terkesan rumit tujuannya seakan jauh sekarang apalagi tembok penghalang mereka terlalu tebal untuk dikikis.

Beberapa menit kemudian, dia sampai di markas di sana sudah ada Kevin dengan yang lain yang begitu sibuk. Dia langsung menghampiri mereka.

“Bagaimana sudah ada perkembangan?” tanya Dirga.

“Menurut informasi yang kami dapat dalangnya orang dekat nona sebab beberapa hari sebelum kejadian penjagaan nona begitu ketat sehingga dapat disimpulkan kalau orang itu dekat dengan nona dan kemungkinan dekat dengan kita sebab penculik itu tahu letak-letak CCTV yang terpasang  serta strategi kita dan menurut pimpinan gedung hanya orang-orang dekat yang tahu itu semua.” Jelas Kevin.

Dirga langsung menendang kursi yang tadi dia duduki, ternyata pengkhianat kali ini orang terdekat mereka, sekarang dia harus menemukannya supaya hidupnya bisa tenang dan melihat wajah penghianat itu yang berlagak baik di depan mereka.

 ***

Seseorang sedang gelisah di kamarnya sebab posisinya terasa terancam cepat atau lambat dirinya akan ketahuan apalagi kasusnya telah ditangani oleh banyak orang, sekarang nyawanya terancam sekarang.

Dia langsung membuka lemarinya dan memasukkan semua pakaian ke tas sekarang dia begitu kalut sehingga memikirkan cara lain pun tidak mampu tanpa membuang waktunya dia langsung pergi dari sana dan memastikan tidak ada satu pun barang bukti yang akan mempersulitnya.

'Maafkan aku atas semuanya,' batinnya.

Tujuannya sekarang mencari tempat yang aman untuknya sehingga kehidupan yang diinginkan dapat terjamin karena dia tahu setelah semuanya terbongkar mungkin bernafas bagi dirinya akan sulit.

***

Mikail yang sedari semalaman menjaga Dinda akhirnya memberanikan diri untuk masuk kembali menemuinya berharap masih ada maaf yang bisa didapat. Jujur dirinya begitu sayang kepada putri kecil yang selalu merengek meminta pelukan hanya padanya.

“Maafkan papa,” lirih Mikail.

Mata yang awalnya tertutup kini terbuka saat mendengar suara yang begitu dicintainya, mata indah itu kembali berkaca-kaca saat mengingat semuanya, Dinda langsung menghamburkan pelukannya pada Mikail dan pecah sudah tangis antara anak dan ayah itu.

“Papa jahat, tapi aku tidak bisa marah terlalu lama tolong berhenti melakukan itu semua cukup jangan menambah korban.” Dinda memukul dada Mikail untuk melampiaskan amarah yang terpendam di dalam hati.

Mikail hanya bisa pasrah atas semuanya akhirnya dirinya dimaafkan kembali walaupun ada rasa kecewa di hati Dinda. Namun, itu tidak masalah asalkan putri kecilnya memaafkannya itu sudah cukup.

“Iya Sayang, papa minta maaf,” ucap Mikail.

“Badanku sakit semua, Pah.” Dinda mulai merengek seperti biasanya.

Dinda berusaha memaafkan keluarganya sebab jika terus membenci mereka kemungkinan besar, Mikail akan semakin berulah dan bahkan banyak korban setelah berdebat dengan hati dan pikiran akhirnya keputusan itulah yang paling baik.

“Mau papa panggilkan dokter?” Mikail begitu khawatir.

“Mau makan nasi goreng buatan papa.” Ucapan Dinda mampu membuat Mikail begitu gemas.

Mikail langsung pergi dari sana mencari dapur agar bisa memasak untuk Dinda, jika Mikail tengah berbahagia berbeda dengan Dinda yang harus menyiapkan rencana agar keluarga kembali ke jalan yang benar.

Beberapa menit kemudian, Mikail kembali dengan nampan di tangannya tanpa menunggu persetujuan Dinda dia langsung menyuapi putrinya dengan hati-hati dan penuh kasih sayang.

“Ke mana yang lain?” tanya Dinda saat tidak melihat anggota keluarganya yang lain.

“Papa sudah menghubungi mereka semua mungkin beberapa menit mereka akan datang.” Mikail melap keringat putrinya.

Dinda tersenyum dengan perlakuan manis itu, dulu dia berharap memiliki pasangan dan pahlawan seperti Mikail yang selalu siap siaga jika dirinya butuhkah. Beberapa menit kemudian, Ayu datang dan memeluk putrinya yang kini mendapatkan balasan tidak seperti kemarin ditolak mentah-mentah.

Dimas dan Dika juga ingin ikut tetapi takut kali ini mereka ditolak cukup kemarin jangan sampai kejadian itu terulang kali hatinya begitu sakit melihat orang yang begitu di sayangi membenci mereka. Dinda yang melihat itu langsung melepaskan pelukan sang mama dan merentangkan kedua tangannya mengisyaratkan keduanya masuk ke pelukannya.

Keduanya tersenyum dan langsung menghampiri sang adik dan memeluknya begitu erat seolah takut terpisahkan, mereka semua hanyut dalam suasana haru, saat canda tawa terdengar akan tetapi, saat Rizal datang seketika semuanya langsung berhenti tertawa.

“Kakek ayo ke sini.” Dinda menatap mata kakeknya yang begitu lemah dan lembut ada kantong matanya seolah mengatakan Rizal belum pernah tidur.

Rizal langsung memeluk cucunya dengan penuh kasih sayang sampai enggak melepaskan pelukannya malam kemarin membuatnya begitu menderita dan seperti penderitanya akan selesai.

 

____

Kau ada typo boleh komen yaa❤️

Milik CEO Tua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang